Walah, walah. Sama keponakan sendiri kok begitu, Pak Kaisar? Halo, pembaca semuanya~ Siapa nih yang kangen Kaisar-Embun? Oke nggak kebersamaan mereka sekarang? Jangan lupa dukungannya dengan meninggalkan komen ya, biar author tetap semangat updatenya~
Apakah Kaisar sedang cemburu? Pada keponakannya sendiri? Mana mungkin! Memang, pemuda itu lebih ramah dan tampak mudah bergaul dengan siapa saja, cukup berbeda dengan Kaisar. Tapi tetap saja– “Saya tidak masalah, Kaisar,” tanggap Embun, memotong pikiran sang suami. “Seperti yang saya bilang tadi, Nicholas senang sekali menggoda orang,” Kaisar makin mengernyit. “Tetap saja,” sahut pria itu. “Kamu adalah istriku, Embun. Tante untuk Nicholas. Aku rasa, panggilan ‘kak’ kurang tepat.” Embun menoleh pada sang suami. Sejujurnya, ia merasa heran. Kenapa Kaisar begitu kaku tentang masalah panggilan? Sementara itu, Kaisar pun menoleh menatap Embun karena tidak mendengar jawaban sang istri. Hening sejenak, sebelum kemudian pria itu bertanya, “Tapi apakah kamu suka panggilan itu?” Embun memiringkan kepalanya sedikit. “Panggilan ‘kak’ terdengar lebih muda dibandingkan ‘tante’, bukan?” Ia balas bertanya dengan nada ringan, mencoba bercanda dengan Kaisar. Akan tetapi, Kaisar menghela nap
"Ayo berangkat. Aku akan mengantarmu me kafe." Embun berusaha menghilangkan keterkejutannya dengan cepat dan mengikuti Kaisar menuju mobil karena usai mengatakan hal itu, suaminya tersebut langsung berbalik dan pergi. Meski begitu, Kaisar membukakan pintu mobil di sisi penumpang untuknya. "Saya pikir kamu sudah berangkat sejak pagi seperti biasa, Kaisar," ucap Embun ketika Kaisar duduk di kursi pengemudi. "Maaf, saya tidak menyiapkan sarapan." "Tidak masalah," tanggap Kaisar. Pria itu menyalakan mesin. "Tadi aku mencoba membangunkanmu, tapi sepertinya kamu sangat kelelahan." Wajah Embun bersemu, merasa malu. "Kamu masuk ke kamar saya?" "Tidak. Hanya mengetuk pintu." Embun mengangguk-angguk. Meskipun begitu, dirinya tak bisa dicegah untuk berpikir berapa lama Kaisar berdiri di depan pintu kamarnya, mengetuk pintu sembari memanggil-manggil Embun sementara yang dipanggil masih sibuk di alam mimpi. "... Berapa lama kamu coba membangunkan saya?" Akhirnya, Embun bertanya. Mendenga
“Aku harus berbuat sesuatu mengenai Aletta.” Dengan penuh tekad, Kaisar mencoba menemukan cara untuk membuat Aletta menyadari posisinya sembari mengemudikan mobil menuju kantor. Karena tampaknya wanita itu sama sekali tidak berniat untuk mundur, sekalipun ia tahu Kaisar sudah menikah. Meskipun pernikahan Kaisar dan Embun berawal dari berjodohan dan dilandasi oleh kesepakatan alih-alih cinta, sama seperti yang pernah Kaisar katakan pada sang istri, ia tidak berniat main-main dalam pernikahan ini. ** Beberapa hari berlalu. Di kantornya, Embun masih tampak sibuk mempersiapkan beberapa hal untuk membuka cabang baru di Asthana Hotel. Kali ini, wanita itu tengah mengecek berkas lamaran pekerjaan yang ia pasang beberapa waktu yang lalu. Ia membutuhkan banyak pegawai baru yang nantinya akan ia tempatkan di kafe pusat dan di hotel. Tiba-tiba, pintu kantornya diketuk. “Selamat siang, Bu,” sapa manajer kafenya setelah Embun persilakan untuk masuk. “Salah satu kandidat rekomendasi saya
“Sepuluh juta views…?” gumam Embun. Ia tampak tidak percaya. Namun, baik video maupun jumlah views yang ditunjukkan oleh Aletta dengan bangga tersebut terlihat nyata. “Hehe~ Tidak hanya itu.” Aletta menarik Embun untuk duduk di kursi terdekat dan menunjukkan hal lain pada wanita berambut sebahu tersebut. [Estetik dan Menarik! Kafe Senjakala Sajikan Ruang untuk Para Kaum Muda Unik] Embun membaca sederet judul yang tampil di layar ponsel Aletta. Di bawah headline tersebut, ada potret band yang biasa manggung di kafe Embun saat petang. Judul lain menarik perhatian Embun kemudian. [Rekomendasi Aletta yang Patut Dicoba: Nostalgia dengan Sederet Makanan dari Kafe Senjakala] Ada potret foto Aletta yang sedang makan di bawah judul tersebut. “Itu hanya beberapa saja, Embun~” Wanita dengan rambut cokelat terang tersebut berujar dengan bangga. Ia kembali menyodorkan video pada Embun. “Coba lihat!” Sepasang mata Embun seketika terbelalak saat mendapati kafenya masuk ke dalam berita kulin
“Sebagai brand ambassador kafe ini, maksudku.” Embun tertegun. Sesungguhnya, ia tidak pernah memikirkan untuk menggunakan ambassador untuk kafenya. Menurutnya, itu adalah sebuah tanggung jawab sekaligus langkah besar dalam pengembangan bisnisnya. Sementara itu, Aletta yang melihat Embun tampak bimbang, buru-buru menambahkan, “Embun, aku tidak pernah mengatakan ini sebelumnya, tapi aku culup populer!” Aletta kembali menunjukkan jumlah pengikut di akun media sosialnya. Sudah lebih dari dua puluh juta orang di sana. Embun juga melihat beberapa unggahan Aletta di akun tersebut. Ada beberapa di antaranya yang mendapatkankan views lebih dari satu hingga dua juta. Selain itu, komentar-komentar di unggahan Alletta kebanyakan positif. “Baiklah, mungkin aku bukanlah artis yang berhasil. Bahkan bisa dikatakan gagal,” ucap Aletta kemudian. “Aku sudah lama di dunia hiburan, tetapi tidak berhasil menyabet posisi pemeran utama. Banyak juga yang mengatakan bahwa aktingku buruk. Mungkin karena itu
“Apa yang harus aku lakukan?” Otak Aletta bekerja keras memikirkan cara agar Embun setuju dengan usulnya. Sementara itu, Embun mengeluarkan ponselnya sendiri dan mengecek berita-berita mengenai kafenya. Meskipun tidak tampil kegirangan dan bersikap berlebihan, sebenarnya di dalam hati Embun, ia merasa senang. Kafe yang ia dirikan beberapa tahun yang lalu, hasil dari kerja kerasnya selama ini ternyata memberinya hasil lebih besar daripada yang Embun harapkan. Wanita itu tidak sabar untuk memberi tahu Kaisar nanti malam–saat mereka mengobrol berdua. Sesuatu yang belakangan ini sering mereka lakukan. “Embun.” Pemiliki Kafe Senjakala tersebut kembali fokus pada Aletta saat gadis itu memanggilnya. “Aku mengerti,” kata Aletta kemudian. Wajahnya tampak sedih. “Kalau menurut kamu begitu, aku tidak akan memaksa menjadi brand ambassador kafe ini.” “Namun,” lanjut gadis berambut cokelat terang tersebut. Aletta menyentuh tangan Embun di atas meja dan menggenggamnya erat. “Aku harap kamu tid
[Apa kamu mau menonton konser bersamaku?] Tanpa sadar, Embun tersenyum membaca pesan dari suami dadakannya tersebut. “Malam ini?” balas Embun pada pesan Kaisar. Ia meletakkan ponselnya di atas meja dan berniat meregangkan badannya lagi, berpikir bahwa balasan Kaisar tidak akan datang dalam waktu dekat, Pria itu pasti sibuk dengan pekerjaannya. Tidak mungkin mereka bisa berkirim pesan dengan santai saat ini.. Namun, baru saja Embun meletakkan ponselnya, benda itu kembali berdenting, tanda sebuah pesan masuk. [Ya.] Satu balasan singkat tersebut membuat Embun bergumam pelan. Sesungguhnya ia merasa lelah. Hari ini adalah hari yang panjang untuknya dan badan Embun lebih membutuhkan pijat relaksasi daripada konser musik klasik. Selain itu, Embun belum pernah menonton konser musik klasik sebelumnya. Ia tidak tahu apakah ia akan menyukai hal tersebut atau tidak. Akan tetapi, Embun berpikir bahwa tidak ada salahnya ia mendampingi Kaisar menonton konser tersebut. Dengan begitu juga, E
“Aletta?” Embun tampak heran mendapatkan pesan dari wanita yang mengunjunginya siang tadi tersebut. Apalagi membaca bunyi teks tersebut. [Bagaimana, Embun? Apakah kamu suka kejutan dariku?] Sebuah pesan lain masuk ke ponsel Embun, pengirimnya masih sama. Aletta menambahkan sebuah link terusan ke media sosialnya. Ternyata perempuan berambut cokelat terang tersebut baru saja mengunggah video dua jam yang lalu, berisi sebuah tantangan kepada para pengikutnya. Siapa pun yang mengunggah ulasan makanan di Kafe Senjakala milik Embun maka akan mendapatkan hadiah dari influencer tersebut. Namun, tidak sembarang ulasan, melainkan ulasan terbaik dan unik! Tampaknya gerombolan orang-orang yang datang tiba-tiba malam ini adalah mereka yang menyanggupi tantangan dari sang influencer cantik itu. Sejujurnya, Embun memang tahu nama Aletta baik dan memiliki banyak pengikut, toh dia sudah mengeceknya tadi. Namun, ia tetap saja terkejut kalau pengaruh kata-kata Aletta sebesar ini terhadap para peng