All Chapters of Diceraikan Suamiku, Dinikahi Adik Iparku : Chapter 61 - Chapter 70

122 Chapters

Hari Bahagia

Setelah berkeliling sejenak, mereka akhirnya sampai di toko gaun pengantin. Ruangan itu dipenuhi dengan berbagai macam gaun yang indah, dengan desain yang beragam dan warna yang memukau. Gaun-gaun tersebut tergantung dengan anggun di atas manekin, menciptakan pemandangan yang memukau bagi Andin dan Siska.Ada gaun-gaun putih murni dengan renda halus dan detail bordir yang rumit, serta gaun-gaun dengan potongan modern dan tata busana yang menawan. Setiap gaun terlihat seperti karya seni yang hidup, mencerminkan keanggunan dan kemewahan yang tak terbantahkan.Andin dan Siska berjalan di antara gaun-gaun tersebut, mata mereka berbinar dengan kegembiraan dan antusias. Mereka melihat-lihat setiap gaun dengan seksama, membayangkan bagaimana nanti Andin akan terlihat indah dan anggun dalam gaun pengantin yang sempurna."Mana yang paling kamu suka, Andin?" tanya Siska.Andin tersenyum, matanya tat kalah berbinar melihat gaun-gaun yang dipajang di depannya. "Semua gaun ini begitu indah. Aku s
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

Bayang Semu

Lelah dengan kemeriahan hari pernikahan mereka, Lukman dan Andin memutuskan untuk bermalam di hotel daripada melakukan perjalanan pulang ke rumah Lukman. Saat mereka memasuki kamar mewah mereka, perasaan tenang menyelimuti dan membuat hati mereka lega karena akhirnya mereka bisa mendapatkan ketenangan. Andin, yang masih mengenakan gaun pengantinnya yang memukau, menghela nafas lega ketika ia melangkah masuk ke dalam kamar mewah tersebut.. "Rasanya tidak bisa bergerak sedikit pun," akunya, suaranya terdengar kelelahan. Lukman tertawa kecil, matanya lesu. "Santai saja malam ini." Saat Lukman menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri, Andin memutuskan untuk berganti pakaian yang lebih nyaman. Sedikit payah, ia menanggalkan gaun pengantinnya dan berganti dengan piyama sutra yang lembut. Sementara itu, Lukman berdiri di bawah pancuran air hangat dari pancuran, membiarkan air panas menenangkan otot-ototnya yang lelah. Saat dia berbusa, dia tidak bisa menghilangkan perasaan yang tak b
last updateLast Updated : 2024-05-06
Read more

Bulan madu

Andin telah dengan cermat memilih tempat peristirahatan di pegunungan yang indah sebagai tujuan bulan madu mereka. Terletak di tengah-tengah pepohonan pinus yang menjulang tinggi dan menghadap ke danau yang tenang, penginapan yang terpencil ini menjanjikan ketenangan dan sedikit terasing. Di bawah naungan rindangnya pepohonan pinus, mereka akan menemukan kedamaian yang mereka cari, menjauh dari keramaian dunia luar dan menikmati kedekatan yang intim di antara alam yang mempesona.Dengan pemandangan yang menakjubkan dari danau yang memantulkan cahaya matahari terbenam, mereka akan menikmati momen-momen yang tak terlupakan, berjalan-jalan di tepi danau sambil merasakan embusan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Di malam hari, langit yang berbintang akan menyaksikan kemesraan mereka di bawah gemerlapnya cahaya bulan, memancarkan kilauan magis yang hanya dapat ditemukan di tempat-tempat terpencil seperti ini."Tempat yang kami pilih bagus," ucap Lukman saat dia melihat keseluruhan resort
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Kegundahan

Waktu terus berjalan, padahal seperti baru kemarin dia dan Andin pergi berbulan madu. Kini hari-hari penuh damai itu telah usai. Lukman kembali dihadapkan dengan kenyataan masalah yang belum selesai dan setumpuk pekerjaan yang menantinya.Seperti seorang pelaut yang mengarungi lautan badai, hati Lukman terasa ciut ketika langkahnya melewati ambang pintu kantornya. Di dalam, bayangan Detektif yang sudah menunggunya menggambarkan suasana tegang yang menyelubungi ruangan. Ekspresi tegas yang terukir di wajah sang detektif seolah-olah menjadi patung batu yang menjulang. Lukman merinding, tubuhnya dipenuhi dengan getaran, campuran antara rasa takut dan cemas. Setiap langkah mendekati meja sang detektif terasa seperti menghadap rintangan-rintangan besar di dalam sebuah labirin."Apa perkembangan terakhirnya?" Lukman bertanya, suaranya diwarnai kekhawatiran.Tatapan sang detektif menembus ruang dan waktu, menusuk ke dalam kedalaman jiwa Lukman seperti pedang yang tajam. Setiap serat dalam di
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Dewi si Wanita Ular.

Cahaya lampu yang lembut menerangi dapur yang nyaman seolah-olah menciptakan suasana hangat yang memeluk Lukman saat ia melangkah perlahan melewati pintu. Pundaknya terasa berat, bukan hanya karena beban fisik yang dipikulnya, tetapi juga beban pikiran yang menyelimuti hari itu. Dengan langkah yang penuh perhatian, matanya mengamati sekeliling ruangan, mencari kehadiran Andin. Ruangan yang biasanya penuh dengan aroma harum dari masakan yang dipersiapkan Andin kini terasa hampa."Andin?" panggilnya, suaranya terdengar mendesak.Andin menoleh dari kompor listrik tempatnya berdiri, mengalihkan perhatiannya sejenak dari panci berisi kari yang sedang dimasaknya. Kepulan uap putih mengepul perlahan dari panci tersebut, membawa aroma rempah-rempah yang harum memenuhi udara di sekitarnya. Wajahnya yang penuh perhatian tercermin dalam cahaya lembut lampu dapur. Meskipun terhenti sejenak dari pekerjaannya, kehadiran Andin di sana memberikan sentuhan kehangatan yang membuat dapur itu terasa leb
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Permintaan Wartawan.

Cahaya lembut matahari menyelinap masuk melalui celah-celah gorden, melukis bayangan yang menari-nari di dinding putih ruang tamu. Suasana hangat tercipta, memeluk Andin dalam dekapannya yang lembut, seolah-olah menyapanya dengan kehangatan ibu yang menyambut anaknya pulang dari perjalanan yang jauh.Namun, kedamaian itu terputus tiba-tiba oleh dering telepon yang melengking seperti seruling di malam yang sunyi. Andin tersentak, matanya melirik dengan cepat ke arah sumber gangguan itu, rasa ingin tahu yang tak terbendung memenuhi pikirannya seperti arus sungai yang mengalir deras.Tanpa ragu-ragu, Andin memperpanjang tangan dengan gesit, menjangkau gagang telepon seakan-akan ia sedang mengejar bayangan yang terus bergerak. Jari-jarinya melayang-layang di atas tombol-tombol yang tersemat, seperti penari yang mengarungi alur musik yang berputar di udara. Dalam detik-detik yang menghentak, pikirannya berkecamuk, berusaha memecahkan teka-teki tentang siapa gerangan yang menelepon pada jam
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Wawancara.

Andin sibuk mempersiapkan dirinya untuk wawancara yang sudah lama dinanti-nantikan. Langkahnya gemetar ringan, ia memilih pakaian yang tepat untuk hari itu, setiap lipatan kain dipegang dengan hati-hati, seakan-akan ia sedang membentuk gambaran dirinya dalam pikiran para penonton yang menanti-nantikan penampilannya. Dalam detik-detik yang menghentak, jantung Andin berdebar, seperti seekor burung yang ingin terbang tinggi. Namun, di balik rasa gugup itu, ada keinginan yang kuat untuk memberikan kesan yang tak terlupakan. Andin merapikan kain blusnya, memastikan setiap lipatan kain diperhatikan dengan seksama, seolah-olah ia sedang mengukir garis-garis halus di atas kanvas putih. Setiap gerakan tangannya membawa sentuhan keanggunan, seakan-akan ia sedang menciptakan sebuah karya seni yang tak ternilai harganya.Kemudian, dengan gesit, ia menyesuaikan kerah blusnya dengan tepat, seolah-olah sedang memberikan sentuhan terakhir pada mahakarya yang sedang dibuatnya. Kerah yang terangkat d
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Sebuah Permainan

Ketika reporter utama mulai melontarkan pertanyaan, Andin memusatkan seluruh perhatiannya untuk menjaga ketenangannya. Ia mendengarkan dengan saksama, pikirannya berpacu saat ia merumuskan jawabannya dengan tepat."Bu Andin, bisakah Anda ceritakan bagaimana kondisi pernikahan Anda dengan Pak Lukman?" tanya sang reporter, suaranya membelah udara bagai pisau.Andin mengumbar senyum, sikapnya tenang dan terkendali. "Tentu saja. Lukman dan saya saling jatuh cinta. Kami mengalami pasang surut seperti pasangan pada umumnya, tapi kami selalu menyelesaikan masalah bersama."Sang wartawan mengangguk, tampak puas dengan jawabannya. Tapi Andin tahu bahwa dia tidak boleh lengah. Ia harus hati-hati, jangan sampai ia membocorkan kebenaran di balik kedoknya."Banyak yang berspekulasi bahwa pernikahanmu dengan Pak Lukman adalah murni karena urusan bisnis. Apa tanggapan Anda atas rumor itu?" Seorang wartawan lain menimpali, suaranya bernada skeptis.Jantung Andin berdegup kencang mendengar pertanyaan
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Rencana jahat.

Andin menutup wawancara dengan senyum tipis yang terpatri di wajahnya, mencoba menyembunyikan perasaan lega dan gugup yang melanda dirinya. Meskipun dia merasa lega bahwa pertemuan dengan para wartawan telah selesai, tetapi juga sekaligus gugup dengan segala pertanyaan yang dilemparkan ke arahnya. Setiap detik dalam wawancara itu terasa seperti menjalani ujian, dan walau dia mencoba untuk menjawab, rasa gugup dan tak nyaman dalam hatinya terus memburai, membuatnya merasa seperti berjalan di atas seutas tali tipis.Dia bangkit dari kursi di taman depan rumahnya, lalu dengan ramah mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan para pewawancara yang duduk di hadapannya. Andin merasa seakan melepas beban dari pundaknya, meskipun dia juga sadar bahwa cerita dan kesan yang dia bagikan masih akan menjadi berita utama dalam beberapa hari ini."Terima kasih atas wawancara Anda hari ini," ucapnya sambil tersenyum tulus.Saat para wartawan menyambutnya dengan ramah, beberapa di antaranya menyatakan
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Firasat buruk.

Ponsel berdering di saku salah satu bodyguard, Marco. Dia meraih ponselnya dengan cepat, menatap layar dengan serius sebelum menjawab panggilan tersebut. "Ya, ini Marco," ucapnya dengan suara yang tegas dan lugas. "Marco, ini Alex. Kami kehilangan jejak pelaku. Dia menghilang di keramaian." Suara Marco terdengar gelisah di ujung telepon. Bodyguard yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus penembakan Andin. "Di mana kalian sekarang?" tanya Marco, mencoba menahan ketegangan yang memenuhi dirinya. "Kami sedang di jalan utama, berusaha mencari tahu ke mana dia pergi," jawab Alex dengan napas yang terengah-engah. Marco menggigit bibirnya, mengalihkan pandangannya sejenak ke arah Andin yang masih berada di ruang gawat darurat. Dia bisa merasakan tekanan yang menghimpit dadanya saat dia berbicara kembali. "Tetap berusaha kejar dia. Aku akan memberitahu tim untuk segera bergabung dengan pencarian." "Baik, Marco. Kami akan terus mencoba menemukannya," ucap Alex dengan suara serak.
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status