Home / Romansa / MENJADI ISTRI DADAKAN CEO AROGAN / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of MENJADI ISTRI DADAKAN CEO AROGAN: Chapter 31 - Chapter 40

101 Chapters

Keributan Lora

Lavendra hanya mencoba menerka saja. Meski ia berharap, tapi ia juga tidak memberikan kesimpulan. Mengingat bagaimana Daza mendewakan Lora yang baginya adalah seorang yang sangat dicintai. Ditambah dengan bagaimana selama ini Daza memperlakukannya, Lavendra hanya bisa mengira bahwa mereka sedang bertengkar.Dan lagi, sekarang Lavendra sedang tidak mau cari masalah, dengan menghalangi Lora masuk ke dalam sini. Bisa gawat kalau nanti Lora melabrak lagi. Apalagi, Lavendra yang merasa bahwa mereka belum menjalankan rencananya, membuat Lavendra merasa sedikit was-was.Bel kembali berbunyi, dan tidak berhenti sama sekali. Lavendra yang awalnya coba abai seperti apa yang dikatakan oleh Daza, malah merasa kesal sekali. Lora pasti mengeluarkan seluruh amarahnya hanya untuk menekan bel rumah mereka tersebut.“Buka kan saja sudah! Kamu tidak dengar ‘WANITA’mu itu seperti kesetanan di luar sana!” kesal dari Lavendra.Daza tidak peduli. Dia masih memeluk Lavendra dan tidak mau tahu soal apa yang s
Read more

Perubahan yang Aneh

Lavendra sendiri terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh orang ini. Kakek dan papa juga sama tidak percayanya. Tidak mungkin juga Daza berubah dalam semalam saja. Sudah pasti ada sesuatu yang terjadi kepadanya. Tatapan Daza tetap melihat ke arahnya, menunggu jawaban dari Lavendra.“Sayang?” panggilnya sekali lagi.“O- OH, apa?” kejut Lavendra yang merasa benar-benar bingung sekali.Daza tidak bergeming seperti sudah biasa melakukannya kepada orang selain Lora, “Aku memanggilmu, kamu tidak dengar?” tanya Daza.“Bukan, bukan tidak dengar, hanya, hanya aku…, aku kaget saja,” jawab Lavendra dengan gelagapan dan juga merasakan dengan jelas bahwa wajahnya merah padam karena panasnya bukan main.“Bagus, bagus, kalian harus lebih sering seperti ini,” ungkap kakek yang kelihatan senang sekali.Sementara papa melihat ke arah Lavendra, ia mencoba memastikan sikap anaknya sendiri pada menantunya tersebut. Dengan menggelengkan kepala pelan dan juga mengangkat bahu, Lavendra memberitahukan bahwa
Read more

Ada yang Disembunyikan?

Pertemuan mendadak antara mereka bertiga benar-benar tidak direncanakan oleh Lavendra. Daza dan Riko yang saling memandang sudah membuat Lavendra merasa panik. Ia takut akan terjadi kesalahpahaman di antara mereka yang bisa membuatnya tidak tahu harus melakukan apa lagi.Lavendra segera bangun dan mencoba mengajak Daza untuk segera menjauh dari sana. Namun, Daza tampak tidak bergerak dari posisinya. Dan itu lah yang menyebalkan bagi dirinya ini.“Ayo kita pergi. Kamu sudah selesai periksa, kan? Ayo,” ajak Lavendra.Daza memegang Lavendra, dan memintanya untuk minggir. Riko ikut berdiri menghadapi Daza yang sudah memandang dengan sangat dingin ke arah mereka yang ada di sana. Suasananya benar-benar mencengkam sampai Lavendra merasa bingung.“Kamu yang di kafe waktu itu?”“Kamu ingat. Haha, terima kasih. Sepertinya kamu menyimpan bagaimana wajahku dengan baik ya,” Riko menjawab dengan sedikit bercanda.Namun, tampaknya Daza tidak senang dengan candaan yang dilontarkan oleh Riko tersebut
Read more

Jangan Banyak Omong!

Lavendra sudah muak menahan dirinya dan menjaga harga dirinya. Ia merasa sudah sakit hati setelah dipermainkan sepersekian lamanya oleh Daza. Pria ini tidak akan berubah sama sekali. Dia hanya akan memakai topeng lainnya untuk mendapatkan apa yang dia mau.Tangan Lavendra sudah gemetar dari tadi, dia merasa tidak mampu menahan emosinya lagi. Berhadapan langsung dengan Daza membuatnya merasa takut dan juga jatuh. Ia kehilangan harga dirinya sendiri.“Tidak! Aku tidak merencanakan apa pun!” Daza mencoba membela dirinya sendiri.“Haha, omong kosong! Bahkan aku melihat dengan mata dan kepalaku sendiri bagaimana dirimu! Haha,” tawa Lavendra terdengar menyakitkan.Air matanya mulai menetes membasahi pipinya. Ia merasa benar-benar muak sekali. Ia ingin sekali berteriak untuk membuat hatinya sendiri merasa lega. Namun ia segera menahan mengingat bahwa ia bukan lah orang bodoh yang bisa menangis seenaknya saja.Daza terbelalak melihatnya menangis. Air hujan yang menutupi tangisannya ternyata t
Read more

Firasat Ibu

Ibu tampak diam sejenak. Seolah sudah mengetahui jawaban dan perkara yang tengah Lavendra rasakan. Lavendra merasa sedkit ragu sambil menelan ludahnya. ia benar-benar seperti akan mendapatkan jawaban yang memang seharusnya ia dapatkan, namun tidak mau ia dengarkan.Sayup-sayup tatapan ibunya menunjukkan bahwa sebenarnya ada yang coba disembunyikan, namun tidak bisa sama sekali. Lavendra menyiapkan hatinya untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh ibunya tersebut.Ibu duduk di sebelahnya. Tangannya memegang tangan Lavendra sambil mengusap punggung tangannya. “Ibu…, awalnya tak setuju saat ayah mengatakan kamu akan dilamar oleh anak temannya,” ujarnya.Lavendra tidak kaget. Ia tahu perkara hal tersebut karena orang tuanya untuk pertama kalinya ribut di depan mata Lavendra dengan terang-terangan. Mereka yang biasanya ribut hanya akan saling mendiamkan, waktu itu memilih mengeluarkan suara.“Meski ibu tahu teman ayahmu adalah orang baik, tetapi tidak mungkin sifat itu akan dibawa ju
Read more

Kembalikan Putriku

Daza adalah orang pertama yang mendekat ke arah ayah mertuanya dengan wajah yang penuh dengan rasa kaget yang dia sendiri tidak bisa bendung sama sekali. Daza benar-benar seperti mendapat pukulan keras di dalam dirinya untuk menurunkan gengsinya yang sangat besar tersebut.“A- Ayah…., kenapa mendadak sekali? Kami berdua akur saja kok,” bergetar Daza berkata kepada ayah mertuanya.Selama ini, Daza yang tidak pernah menemui mertuanya dan bahkan tidak mengajaknya bicara meski di rumah sakit dirinya diperlakukan sangat baik, merasa canggung dan juga tidak enak hati sama sekali. Ini benar-benar pertama kalinya Daza langsung bicara dari dirinya sendiri.Ia mencoba untuk memegang tangan mertuanya. Namun segera ditepis dengan kasar karena ayah masih merasa sakit hati apabila mengingat apa saja yang sudah dilakukan Daza kepada anak perempuannya tersebut. Daza seperti sudah menyadarinya.Dengan tatapan yang menunduk sambil gemetar, Daza tahu bahwa mertuanya kini tahu semua yang sudah ia lakukan
Read more

Keputusan Daza Bulat

Daza terdiam sejenak setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Diana. Ia tahu dia egois. Ia tahu dirinya ini sangat tidak bisa berpendirian selayaknya seorang pria. Dia masih terlalu plin-plan dan terus menerus mengikuti kata hatinya.“Tapi aku sangat mneyayangi Lora, aku juga mulai sadar akan keberadaan Lavendra, memang apa salahnya dengan dua wanita?” tanya Daza yang mencoba membenarkan dirinya.Menghela napas panjang sambil menelan minumannya, Diana ingin marah dan menasihati adiknya sendiri. Namun, mengingat bahwa Daza adalah pribadi yang keras kepala dan pantang menurut sebelum dirinya sendiri yang memutuskan, akhirnya Diana mencoba dengan cara lain.“Kalau begitu, pikirkan mana yang menurutmu paling menguntungkan dan bisa kamu ajak hidup dengan layak,” saran Diana.“Layak? Layak seperti apa? Aku sudah kaya, kurang layak apa lagi?” sombong Daza.PLAKHH. Diana memukul kepala Daza. Dia benar-benar tumpul kalau sudah membicarakan wanita. “Bukan finansial! Tapi secara hubungan! Pikir
Read more

Fakta Depan Mata

“A- Apa? Kamu gila?!” PLAKHHH. Lora langsung menampar Daza dengan sangat keras sekali. Wanita itu amat marah saat mendengar Daza mengatakan hal tersebut. Tempat itu menjadi gaduh dan dipenuhi dengan orang-orang yang penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Pria yang diajak makan oleh Lora mendatangi mereka, dia bukan pria yang tampan atau pun gagah. Tidak kelihatan lebih kaya atau pun menawan. Entah apa yang dipilih Lora sampai bisa sedemikian. “Hei sayang, apa yang sedang kamu lakukan?” ucap pria tersebut. Daza melirik ke arah pria itu, dengan wajah datar dan tidak marah sama sekali. Ia harus bisa mengendalikan diri, atau paling tidak mencari sedikit informasi mengenai apa hubungan mereka berdua ini. “O- o, sa- sayang? Haha, apa maksudmu? Haha, kita ini kan teman dekat Fredd,” Lora membalasnya. Pria yang dipanggil Fredd tersebut mendadak terkaget dengan wajah kesal mendengar bagaimana Lora memanggilnya barusan. “Teman? Selama lebih dari 3 tahun ini kamu mengatakan aku teman?”
Read more

Putus Kontak

Lora yang sangat percaya diri tersebut tidak mempedulikan soal Daza yang pergi meninggalkannya. Ia tahu bahwa pria itu akan kembali selama apa pun marahnya. Karena hanya dirinya lah yang dia miliki, dan Daza tidak akan bisa melawan meski dia mencoba untuk kabur sekali pun.Lora mengajak Fredd untuk segera menyusuri mall yang ada. Matanya tak bisa berhenti melihat ke segala arah. Banyak barang mewah dan brand yang sangat ia sukai berada di sekitarnya. Begitu juga dengan Fredd, dia merasa puas sekali dengan apa yang dia pilih.“Sayang…, bagaimana kamu akan membuat Daza percaya padamu? Apalagi, sekarang dia tahu bahwa aku tunanganmu,” tanya Fredd yang masih memilih sepatu.“Haishhh, tenang saja. Daza itu cinta mati padaku. Dia tidak akan berani meninggalkanku begitu saja. Apalagi hanya karena masalah begini. Tenang, aku akan membuatnya percaya dengan semua yang aku katakan,” Lora memberitahukan.Lora masih sibuk memilih tas kecil yang akan menjadi koleksi terbarunya. Setelah mereka puas
Read more

Tipu Daya

Lavendra bisa bernapas lega di sini. Ia bisa merasakan hidup yang sebenarnya. Meski sudah menikah pada kenyataannya, Lavendra tidak merasa seperti seorang wanita yang sudah terikat dengan janji suci. Apalagi, Daza tidak pernah menyentuhnya. Itu membuatnya merasa masih seperti wanita lajang lainnya.Sambil menatap matahari yang sangat indah, Lavendra duduk dengan sangat santai di tepi ladangnya. Ia benar-benar merasa lega sekali. Bersama dengan Oci, Lavendra merasa tenang karena ada teman bicara yang duduk di sebelahnya.“Jadi, kamu masih berpikir untuk melepaskan hubungan pernikahanmu?” tanya Oci.Meski sebelumnya Lavendra menolak menceritakan, ia akhirnya membuka semuanya tanpa menyisakan satu pun. Ia perlu satu sudut pandang dari seseorang yang sepantaran dengannya. Jadi, ia bisa memikirkan kedepannya. Entah itu baik atau buruk sekali pun.Dengan helaan napas yang berat, Lavendra menganggukkan kepalanya. Ia sudah kepalang sakit hati dan tidak bisa lagi kalau terus bersama dengan Daz
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status