“Ya setidaknya bersihkan lah sedikit. Apa kamu bisa bernapas lega melihat banyak debu dimana-mana?” tanya Daza.“Astaga sayang, haha,” Lora tertawa saat membuatkan dirinya kopi, ia sedikit memutar badan melihat ke arah Daza, yang dimana dapur dan ruang tamunya jadi satu, “kamu seperti tidak pernah datang kemari saja,” tegurnya.Sambil menelan saliva, Daza menahan rasa risihnya pada tiap sudut rumah yang ia lihat dan juga tiap sisi yang ia temukan. Belum lagi debu di depan matanya, di atas meja itu seperti membuat Daza bergidih dari tempatnya duduk tersebut.Matanya melirik, ke arah gelas yang sedang dipegang oleh Lora. Wanita itu datang, sambil membawakan kopi yang ada di tangannya tersebut. Dihidangkannya kepada Daza, dengan perasaan yang penuh dengan gemerlap di matanya.“Diminum, sayang,” ucapnya.Mata Daza tak bisa lepas dari lirikan tajam. Debu pada gelas saja masih kelihatan di atasnya, bagaimana mungkin ia bisa meminumnya? Tak bisa dibiarkan, Daza merasa tidak tahan bahwa selam
Baca selengkapnya