Semua Bab Istri Tuan Muda Lumpuh: Bab 151 - Bab 160

224 Bab

151. Rasa Takut yang Tak Pernah Hilang

Semenjak hari itu, Geena dan Mattew sering bertemu di tempat rahasia mereka, berbagi cerita dan merangkai impian tentang masa depan meski keduanya tahu jika impian tersebut tidak akan mudah untuk digapai.Mattew memutuskan untuk melepaskan diri dari bisnis gelap papanya dan belajar mengelola peternakan. Meski uang yang didapatkan tidak sebesar bisnis gelap Douglas namun dia memilih untuk hidup tenang bersama mamanya dengan menjalani hidup selayaknya manusia normal.Suatu hari Mattew sangat bersemangat untuk pergi ke hutan karena hari ini Geena membuat masakan khusus untuknya. Mereka berencana makan bersama untuk pertama kalinya,meski sebenarnya hal tersebut bukanlah yang pertama kali tetapi Mattew tidak mengingatnya.Rasa senang membuncah di hatinya membayangkan kelezatan masakan Geena. Namun ketika dirinya membuka pintu kamar, Mattew terkejut melihat Ciara yang sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan curiga.“Ke hutan lagi? apa yang sebenarnya kamu lakukan di dalam hutan sehingga
Baca selengkapnya

152. Aku Ingin Kamu Menyentuhku

Selama beberapa hari Mattew masih berusaha bersabar dengan terus datang ke hutan meski Geena tidak pernah lagi datang ke sana. Dia masih berharap kemarahan Geena segera mereda dan mereka bisa kembali bertemu.Namun setelah lebih dari dua minggu tidak ada tanda-tanda kemarahan Geena akan surut, hal itu membuat Mattew melakukan hal nekat dengan mendatangi rumah Geena.Axton yang melihat Mattew menginjakkan kaki di tanah Hogan dan berdiri di depan rumahnya, segera keluar menghadapi pria itu dengan menatap tajam dan dingin.“Apa yang kamu lakukan di tanahku?” tanya Axton dengan wajah tak bersahabat.“Tidak ada larangan bagiku berada di tanah Hogan,” jawab Mattew tanpa rasa takut.“Aku melarangmu dan melarang semua keturunan Smith menginjakkan kaki di tanahku,” tegas Axton.Mattew kemudian mengatakan tujuannya tanpa basa-basi. “Aku ingin bertemu Geena.”Wajah Axton seketika memerah marah ketika nama putrinya keluar dari mulut orang yang tidak pantas menyebutnya.“Aku tidak akan pernah meng
Baca selengkapnya

153. Aku Milikmu Sepenuhnya

Mattew membawa Geena semakin naik ke atas ranjang dan meletakkan kepala gadis itu ke atas bantalnya. Wajah Geena terlihat gugup sekaligus malu dengan semburat merah muda di pipi, terlihat sangat menggemaskan.Bibir Mattew melengkung, membentuk senyuman indah yang membuat Geena meleleh karena ketampanan pria itu meningkat berkali-kali lipat. Gelenyar aneh merayap dari ujung kaki ke ujung kepala, meninggalkan denyut hangat di inti miliknya ketika Mattew menciumnya.“Aku tidak akan melepaskanmu malam ini,” gumam Mattew di sela ciumannya.Tidak mengerti maksud pria itu, Geena hanya bergumam tak jelas lalu kembali menikmati gerakan bibir Mattew yang menyapu bibirnya.Tangan pria itu merambat melepas satu persatu kancing pakaiannya dan membukanya hingga dadanya terpampang jelas dengan penutup merah jambu yang membuatnya terlihat semakin manis.“Lain kali aku ingin melihatmu memakai warna merah menyala, hingga mampu membakar gairah kita berdua,” ucap Mattew.“Hmmm …” gumam Geena sambil menga
Baca selengkapnya

154. Pria dengan Sisi Misterius

Mattew terbangun dan tersentak kaget ketika melihat Casidy terbaring di sampingnya dengan keadaan telanjang. Dia segera bangun dan mengumpat keras ketika dirinya juga dalam keadaan telanjang.Dia mendorong menjauh tubuh wanita itu hingga Casidy hampir terjatuh dari atas ranjang. Casidy menjerit kaget dan menatap Mattew tak percaya karena pria itu memperlakukannya dengan kasar.“Apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanya Mattew merasa bingung karena hal terakhir yang dia ingat adalah bercinta dengan Geena bukan Casidy.“Apakah kamu lupa? Semalam kamu mabuk dan menyeretku ke ranjangmu. Kenapa kamu marah setelah percintaan panas kita?” dusta Casidy.Pagi itu Casidy kembali ke rumah dan menemukan Mattew terbaring dalam keadaan telanjang dan tertidur pulas seperti orang mati. Aroma percintaan terasa kental di kamar itu dengan aroma minuman keras terasa jelas dari mulut Mattew.Casidy berpikir, Mattew pasti membawa wanita jalang ke rumahnya dan menghabiskan malam panjang penuh gairah. Awalnya
Baca selengkapnya

155. Permainan Licik

“Maaf jika menungguku terlalu lama, aku tidak tahu jika kamu datang dan ingin mengajakku pergi,” kata Geena pada Alvaro ketika dirinya masuk ke mobil pria itu untuk mengajaknya pergi.“Tidak masalah, Britne menemaniku tadi sehingga aku tidak merasa lama menunggumu,” balas Alvaro.“Sepertinya kalian sangat cocok, setiap kali bertemu selalu ada obrolan diantara kalian. Berbeda denganku yang lebih suka menarik diri dan asyik dengan duniaku sendiri.”Alvaro hanya tersenyum menanggapinya, lalu menyalakan mesin mobil, mengendarainya menjauh dari rumah kediaman Hogan. Sepanjang perjalanan, keduanya sama-sama diam dan Alvaro tiba-tiba terlihat serius, sangat berkonsentrasi dengan jalan yang dia lalui.“Kenapa kamu diam saja? benarkah selama ini kamu hanya menganggap Britne sebagai adikmu? Tak pernahkah terlintas sedikitpun dalam pikiranmu dengan menganggap Britne sebagai seorang wanita?” pancing Geena.“Aku terdengar seperti sedang menjodohkanku dengan Britne,” sindir Alvaro.“Bukan begitu, t
Baca selengkapnya

156. Jalan Kegelapan

Mattew membuka pintu rumah dengan kasar. Dia mencari Ciara untuk menuntut penjelasan dari wanita itu. Ketika dilihatnya Ciara sedang bersantai di ruang tengah rumah mereka, Mattew berjalan mendekatinya.“Apa yang terjadi padaku dan Geena di masa lalu? Bagaimana bisa Geena menjadi adikku?”Tubuh Ciara seketika menegang mendengar hal tersebut. “Bagaimana kamu mengetahui hal itu? apakah keluarga Hogan mengatakan sesuatu padamu dan mempengaruhimu?” tuduh Ciara.Mendengar hal itu, Mattew menyipitkan mata dengan tatapan menakutkan, membuat tubuh Ciara bergetar karena putranya tersebut selalu mengingatkannya pada kekejaman Douglas. “Jelaskan semua padaku tentang masa laluku dengan keluarga Hogan!” tuntut Mattew yang ingin mendengar keseluruhan cerita masa lalunya.Ciara yang ketakutan, tak bisa menyembunyikan lagi masa lalu putranya. Dengan bibir bergetar dia berkata, “masa lalumu bukan dengan keluarga Hogan tetapi dengan Geena Hogan.”Tubuh Mattew seketika menegang, nafasnya mendengus kasar
Baca selengkapnya

157. Warisan Besar

Mattew menatap rumah besar yang cukup tersembunyi dari keramaian. Dia memasukkan kode khusus yang didapat untuk membuka pintu rumah itu. Baru saja dia melangkah masuk, seorang pria yang bernama Daniel menyambutnya sambil membungkuk sopan dan bersikap sangat formal.Pria itu adalah tangan kanan Douglas yang selama ini mengurus bisnis gelap pria yang sudah mati itu, bisnis yang tidak ingin Mattew sentuh.“Selamat datang Tuan Mattew, saya senang akhirnya Anda datang kesini,” sapa pria itu.“Aku tidak menyangka rumahmu cukup besar dan mewah,” gumam Mattew tak menanggapi sambutan pria itu.“Ini bukan rumah saya, ini adalah rumah Anda yang Tuan Douglas wariskan.”Mattew menyeringai sambil menatap pria itu. “Rumahku?” ulangnya.“Benar sekali Tuan, rumah ini sudah tercatat di surat wasiat Tuan Douglas. Apakah Anda tidak mengetahuinya?” Daniel memastikan.“Aku tidak pernah membaca surat wasiat papaku,” balas Mattew yang mulai bisa menerima jika dia adalah putra seorang Smith.“Lalu apa yang me
Baca selengkapnya

158. Tidak Ada yang Boleh Menyentuhnya

Mattew merasa lebih nyaman tinggal di rumah barunya karena suasananya lebih tenang dan jauh dari keramain, cocok dengan karakternya yang lebih suka hidup dalam senyap.Hari ini dia terpaksa pulang ke peternakan untuk mengambil beberapa barang dan dokumen yang dibutuhkan. Sesampainya di sana, Ciara telah menunggu kepulangannya dengan penuh kekhawatiran.“Kenapa kamu tidak pulang? Kemana saja dirimu?” cecar Ciara.“Aku tidak akan menginjakkan kakiku di rumah ini jika masih ada Casidy di sini,” balas Mattew dengan tegas yang merasa semakin muak pada wanita licik itu.“Tapi dia mengandung anakmu, tidak mungkin mama mengusirnya begitu saja. Sebagai sesama wanita, mama tahu kesulitannya wanita hamil dan dia butuh dukungan dari orang-orang di sekitarnya agar bisa menjalani kehamilannya dengan baik,” terang Ciara.“Papanya telah membunuh papaku di penjara, apakah kamu tidak tahu akan hal itu?”Ciara terdiam terkejut, dia tidak menyangka jika ternyata pembunuh Douglas adalah Papa Casidy. Namun
Baca selengkapnya

159. Aku Bisa Menjadi Seperti Papaku

Geena pulang ke Woodstock bersama dengan papa dan mamanya, mereka sudah mematangkan hari pertunangannya dengan Alvaro dan dia tidak bisa menolak.Sesampainya di Woodstock, dia mencari Britne untuk menceritakan kegalauan hatinya. Dia merasa keberatan dengan rencana pertunangannya tetapi tidak tahu cara menolaknya.“Apakah kamu masih memikirkan Mattew sehingga kamu ragu dengan rencana bertunangan?” tanya Britne sebagai respon dari apa yang Geena ceritakan.“Perasaanku pada Mattew tidak bisa hilang begitu saja, aku merasa itu tidak adil bagi Alvaro. Dia pria yang baik seharusnya dia mendapatkan wanita yang lebih baik dariku,” gumamnya lirih.“Jangan pernah merendahkan dirimu karena pria seperti Mattew, lagi pula kamu adalah wanita yang berharga, kamu adalah yang terbaik dari semua wanita yang pernah Alvaro kenal karena itu dia memilihmu. Lagi pula aku mendengar desas-desus dari warga sekitar, mereka mengatakan jika Casidy benar-benar hamil. Apakah kamu berniat menikah dengan pria yang m
Baca selengkapnya

160. Percaya Sepenuhnya Padamu

Geena bangun dengan kepala berdenyut, dia melihat selang infus terpasang di satu tangannya dan tangan yang lain dalam genggaman tangan Mattew. Matanya menatap lekat ke wajah Mattew yang sedang terlelap dan baru menyadari jika ada cekungan hitam di bawah mata pria itu. Dia tahu jika Mattew pun tersiksa dengan sikapnya. Perlahan Geena menarik tangannya dari genggaman pria itu, membuat Mattew terbangun. “Kamu sudah sadar? Aku sangat ketakutan saat menemukanmu tidak sadarkan diri,” ucap Mattew tidak menyembunyikan kelegaannya melihat wanita yang dia cintai bangun dari tidur yang panjang. “Sadarkah dirimu jika kita hanya akan saling menyakiti? Lihat dirimu, kamu bilang bahagia tetapi kantung matamu begitu gelap dan wajahmu tampak tirus.” Mattew menegakkan tubuhnya dan mengusap rambut Geena. “Aku tidak bisa kehilangan dirimu, aku akan mati jika melihatmu menjadi milik pria lain.” “Aku tidak memiliki pilihan, bahkan aku tidak bisa menolak apa yang sudah orang tuaku rencanakan.” “Bagaim
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
23
DMCA.com Protection Status