Mattew membuka pintu rumah dengan kasar. Dia mencari Ciara untuk menuntut penjelasan dari wanita itu. Ketika dilihatnya Ciara sedang bersantai di ruang tengah rumah mereka, Mattew berjalan mendekatinya.“Apa yang terjadi padaku dan Geena di masa lalu? Bagaimana bisa Geena menjadi adikku?”Tubuh Ciara seketika menegang mendengar hal tersebut. “Bagaimana kamu mengetahui hal itu? apakah keluarga Hogan mengatakan sesuatu padamu dan mempengaruhimu?” tuduh Ciara.Mendengar hal itu, Mattew menyipitkan mata dengan tatapan menakutkan, membuat tubuh Ciara bergetar karena putranya tersebut selalu mengingatkannya pada kekejaman Douglas. “Jelaskan semua padaku tentang masa laluku dengan keluarga Hogan!” tuntut Mattew yang ingin mendengar keseluruhan cerita masa lalunya.Ciara yang ketakutan, tak bisa menyembunyikan lagi masa lalu putranya. Dengan bibir bergetar dia berkata, “masa lalumu bukan dengan keluarga Hogan tetapi dengan Geena Hogan.”Tubuh Mattew seketika menegang, nafasnya mendengus kasar
Mattew menatap rumah besar yang cukup tersembunyi dari keramaian. Dia memasukkan kode khusus yang didapat untuk membuka pintu rumah itu. Baru saja dia melangkah masuk, seorang pria yang bernama Daniel menyambutnya sambil membungkuk sopan dan bersikap sangat formal.Pria itu adalah tangan kanan Douglas yang selama ini mengurus bisnis gelap pria yang sudah mati itu, bisnis yang tidak ingin Mattew sentuh.“Selamat datang Tuan Mattew, saya senang akhirnya Anda datang kesini,” sapa pria itu.“Aku tidak menyangka rumahmu cukup besar dan mewah,” gumam Mattew tak menanggapi sambutan pria itu.“Ini bukan rumah saya, ini adalah rumah Anda yang Tuan Douglas wariskan.”Mattew menyeringai sambil menatap pria itu. “Rumahku?” ulangnya.“Benar sekali Tuan, rumah ini sudah tercatat di surat wasiat Tuan Douglas. Apakah Anda tidak mengetahuinya?” Daniel memastikan.“Aku tidak pernah membaca surat wasiat papaku,” balas Mattew yang mulai bisa menerima jika dia adalah putra seorang Smith.“Lalu apa yang me
Mattew merasa lebih nyaman tinggal di rumah barunya karena suasananya lebih tenang dan jauh dari keramain, cocok dengan karakternya yang lebih suka hidup dalam senyap.Hari ini dia terpaksa pulang ke peternakan untuk mengambil beberapa barang dan dokumen yang dibutuhkan. Sesampainya di sana, Ciara telah menunggu kepulangannya dengan penuh kekhawatiran.“Kenapa kamu tidak pulang? Kemana saja dirimu?” cecar Ciara.“Aku tidak akan menginjakkan kakiku di rumah ini jika masih ada Casidy di sini,” balas Mattew dengan tegas yang merasa semakin muak pada wanita licik itu.“Tapi dia mengandung anakmu, tidak mungkin mama mengusirnya begitu saja. Sebagai sesama wanita, mama tahu kesulitannya wanita hamil dan dia butuh dukungan dari orang-orang di sekitarnya agar bisa menjalani kehamilannya dengan baik,” terang Ciara.“Papanya telah membunuh papaku di penjara, apakah kamu tidak tahu akan hal itu?”Ciara terdiam terkejut, dia tidak menyangka jika ternyata pembunuh Douglas adalah Papa Casidy. Namun
Geena pulang ke Woodstock bersama dengan papa dan mamanya, mereka sudah mematangkan hari pertunangannya dengan Alvaro dan dia tidak bisa menolak.Sesampainya di Woodstock, dia mencari Britne untuk menceritakan kegalauan hatinya. Dia merasa keberatan dengan rencana pertunangannya tetapi tidak tahu cara menolaknya.“Apakah kamu masih memikirkan Mattew sehingga kamu ragu dengan rencana bertunangan?” tanya Britne sebagai respon dari apa yang Geena ceritakan.“Perasaanku pada Mattew tidak bisa hilang begitu saja, aku merasa itu tidak adil bagi Alvaro. Dia pria yang baik seharusnya dia mendapatkan wanita yang lebih baik dariku,” gumamnya lirih.“Jangan pernah merendahkan dirimu karena pria seperti Mattew, lagi pula kamu adalah wanita yang berharga, kamu adalah yang terbaik dari semua wanita yang pernah Alvaro kenal karena itu dia memilihmu. Lagi pula aku mendengar desas-desus dari warga sekitar, mereka mengatakan jika Casidy benar-benar hamil. Apakah kamu berniat menikah dengan pria yang m
Geena bangun dengan kepala berdenyut, dia melihat selang infus terpasang di satu tangannya dan tangan yang lain dalam genggaman tangan Mattew. Matanya menatap lekat ke wajah Mattew yang sedang terlelap dan baru menyadari jika ada cekungan hitam di bawah mata pria itu. Dia tahu jika Mattew pun tersiksa dengan sikapnya. Perlahan Geena menarik tangannya dari genggaman pria itu, membuat Mattew terbangun. “Kamu sudah sadar? Aku sangat ketakutan saat menemukanmu tidak sadarkan diri,” ucap Mattew tidak menyembunyikan kelegaannya melihat wanita yang dia cintai bangun dari tidur yang panjang. “Sadarkah dirimu jika kita hanya akan saling menyakiti? Lihat dirimu, kamu bilang bahagia tetapi kantung matamu begitu gelap dan wajahmu tampak tirus.” Mattew menegakkan tubuhnya dan mengusap rambut Geena. “Aku tidak bisa kehilangan dirimu, aku akan mati jika melihatmu menjadi milik pria lain.” “Aku tidak memiliki pilihan, bahkan aku tidak bisa menolak apa yang sudah orang tuaku rencanakan.” “Bagaim
Tangan Geena meremas rambut Mattew ketika pria itu semakin dalam menjelajahi mulutnya. Lidah Mattew mengajaknya menari dan larut dalam cecapan yang manis. Desahan pun lolos dari bibir keduanya yang teredam dalam suara cecapan yang tak kalah keras.“Aku ingin mengganti malam pertama kita dengan malam yang lebih lembut dan penuh cinta karena aku telah melakukannya dalam keadaan mabuk. Itu sangat tidak sopan, seakan aku tidak menghargaimu,” ucap Mattew.“Aku tidak merasa kamu tidak menghargaiku karena kamu melakukannya dengan lembut dan rasanya sangat luar biasa. Aku tidak pernah bisa melupakan sentuhanmu sampai detik ini.”Mendengar hal itu, Mattew merasa semakin bersalah karena mengira dirinya bersama Casidy karena termakan hasutan wanita itu. Seandainya dia tahu jika Geena yang bersamanya, dia tidak akan pernah menunggu selama ini untuk bisa bersama wanita yang dicintainya tersebut.“Aku akan membuatmu semakin tidak bisa melupakanku,” kata Mattew penuh dengan rasa percaya diri.Tangan
Geena tersenyum menatap pria di sampingnya yang tidur sangat nyenyak, hingga dengkuran halus terdengar keluar dari mulutnya yang setengah terbuka.Melihat hal tersebut, Geena menyadari jika selama ini Mattew tidak pernah tidur nyenyak bahkan mungkin tidak pernah tidur dan semua itu karena sikap bodohnya.Rasa bersalah lagi-lagi meremas hatinya membuat Geena berjanji tidak akan menyakiti hati pria itu lagi.Jarinya terulur dan mengusap kantung mata Mattew yang berwarna gelap yang kini terlihat lebih jelas dibanding tadi malam. Tangannya turun, lalu mengusap dada telanjang pria itu.“Maafkan aku jika tanpa sadar aku telah menyakitimu, aku yakin kamu pasti terluka sangat dalam karena sikapku,” gumam Geena lirih karena tidak ingin membangunkan pria itu.Dia mengecup kening dan mata Mattew, lalu meraih baju tidur yang tersampir di ujung ranjang untuk dipakainya karena tubuhnya masih telanjang tanpa sehelai benang pun di balik selimut.Baru saja Geena ingin turun dari ranjang, tangan Mattew
“Sangat manis, rasanya seperti madu yang membuatku jadi candu,” gumam Mattew setelah berhasil membuat Geena meledak. Pria itu merambat ke atas lalu melumat bibir kekasihnya.Geena terpekik kaget ketika Mattew menghentakkan miliknya dengan tajam dan melakukan penyatuan yang sempurna, miliknya seketika penuh dan mengetat oleh gairah Mattew yang membara.Matanya terbelalak merespon pinggul Mattew yang mulai bergerak pelan, manik mata mereka bertabrakan dan saling mengunci.“Apakah kamu tidak lelah? Seharusnya kamu banyak istirahat,” engah Geena di sela hentakan pria itu.“Bercinta denganmu adalah cara istirahatku yang paling efektif,” balas Mattew, dia merengkuh Geena lalu menggerakkan pinggulnya dengan ritme yang semakin lama semakin cepat.Suara derit meja makan mengiringi gerakan mereka, seirama dengan tarian keduanya. Geena menengadahkan wajahnya, mempersilahkan Mattew mengecap leher jenjang dan dadanya, memberi akses sebebasnya untuk menandainya.Tangan Mattew menekan punggung dan b
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak