Home / Romansa / Istri Tuan Muda Lumpuh / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Istri Tuan Muda Lumpuh: Chapter 161 - Chapter 170

224 Chapters

161. Tenggelam Dalam Malam Penuh Cinta

Tangan Geena meremas rambut Mattew ketika pria itu semakin dalam menjelajahi mulutnya. Lidah Mattew mengajaknya menari dan larut dalam cecapan yang manis. Desahan pun lolos dari bibir keduanya yang teredam dalam suara cecapan yang tak kalah keras.“Aku ingin mengganti malam pertama kita dengan malam yang lebih lembut dan penuh cinta karena aku telah melakukannya dalam keadaan mabuk. Itu sangat tidak sopan, seakan aku tidak menghargaimu,” ucap Mattew.“Aku tidak merasa kamu tidak menghargaiku karena kamu melakukannya dengan lembut dan rasanya sangat luar biasa. Aku tidak pernah bisa melupakan sentuhanmu sampai detik ini.”Mendengar hal itu, Mattew merasa semakin bersalah karena mengira dirinya bersama Casidy karena termakan hasutan wanita itu. Seandainya dia tahu jika Geena yang bersamanya, dia tidak akan pernah menunggu selama ini untuk bisa bersama wanita yang dicintainya tersebut.“Aku akan membuatmu semakin tidak bisa melupakanku,” kata Mattew penuh dengan rasa percaya diri.Tangan
Read more

162. Pengorbanan yang Tak Terlihat

Geena tersenyum menatap pria di sampingnya yang tidur sangat nyenyak, hingga dengkuran halus terdengar keluar dari mulutnya yang setengah terbuka.Melihat hal tersebut, Geena menyadari jika selama ini Mattew tidak pernah tidur nyenyak bahkan mungkin tidak pernah tidur dan semua itu karena sikap bodohnya.Rasa bersalah lagi-lagi meremas hatinya membuat Geena berjanji tidak akan menyakiti hati pria itu lagi.Jarinya terulur dan mengusap kantung mata Mattew yang berwarna gelap yang kini terlihat lebih jelas dibanding tadi malam. Tangannya turun, lalu mengusap dada telanjang pria itu.“Maafkan aku jika tanpa sadar aku telah menyakitimu, aku yakin kamu pasti terluka sangat dalam karena sikapku,” gumam Geena lirih karena tidak ingin membangunkan pria itu.Dia mengecup kening dan mata Mattew, lalu meraih baju tidur yang tersampir di ujung ranjang untuk dipakainya karena tubuhnya masih telanjang tanpa sehelai benang pun di balik selimut.Baru saja Geena ingin turun dari ranjang, tangan Mattew
Read more

163. Dia Tak Bisa Diampuni

“Sangat manis, rasanya seperti madu yang membuatku jadi candu,” gumam Mattew setelah berhasil membuat Geena meledak. Pria itu merambat ke atas lalu melumat bibir kekasihnya.Geena terpekik kaget ketika Mattew menghentakkan miliknya dengan tajam dan melakukan penyatuan yang sempurna, miliknya seketika penuh dan mengetat oleh gairah Mattew yang membara.Matanya terbelalak merespon pinggul Mattew yang mulai bergerak pelan, manik mata mereka bertabrakan dan saling mengunci.“Apakah kamu tidak lelah? Seharusnya kamu banyak istirahat,” engah Geena di sela hentakan pria itu.“Bercinta denganmu adalah cara istirahatku yang paling efektif,” balas Mattew, dia merengkuh Geena lalu menggerakkan pinggulnya dengan ritme yang semakin lama semakin cepat.Suara derit meja makan mengiringi gerakan mereka, seirama dengan tarian keduanya. Geena menengadahkan wajahnya, mempersilahkan Mattew mengecap leher jenjang dan dadanya, memberi akses sebebasnya untuk menandainya.Tangan Mattew menekan punggung dan b
Read more

164. Menyentuhmu Menjadi Kenangan Tak Terlupakan

Hari-hari yang Geena lewati bersama Mattew penuh dengan kebahagiaan, pria itu memperlakukannya dengan sangat baik dan melimpahinya dengan cinta, memanjakannya bak putri raja.Meskipun begitu, tetap saja masih ada rasa cemas dan khawatir yang menghantuinya setiap kali teringat akan keluarganya. Geena yakin papa dan mamanya semakin membenci Mattew karena perbuatan pria itu.“Kenapa kamu melamun?” tanya Mattew sambil memeluk Geena dari belakang dan mengecup puncak kepalanya.Tidak langsung menjawab, Geena membalikan badan lalu memeluk Mattew dengan erat. “Aku khawatir jika keluargaku menemukan kita, kira-kira apa yang akan terjadi pada kita saat hal itu terjadi?” jawabnya.“Mereka tidak akan menemukan kita, tempat ini sangat tersembunyi dan tidak mudah untuk ditemukan,” Mattew berusaha menenangkan kekasihnya.“Tidak mudah ditemukan bukan berarti tidak bisa. Dengan kekuasaan dan relasi Jackson, apapun bisa mereka cari. Lagi pula kita tidak mungkin terus bersembunyi dari mereka,” balas Gee
Read more

165. Bukan Ancaman Namun Menakutkan

“Apakah kamu sadar jika tubuhmu sangat indah,” kata Mattew yang tidak melepaskan pandangannya dari tubuh Geena yang bersinar bak malaikat.“Aku selalu tidak percaya diri dengan tubuhku, aku bukan wanita seksi yang pintar menggoda seperti Casidy,” singgung Geena.“Jangan menyebut wanita itu yang bisa membuat gairahku padam karena rasa marah yang aku rasakan pada wanita itu,” tegur Mattew.Geena berdecak kesal mendengar teguran itu. “Toh kalian dulu kalian adalah sepasang kekasih,” gumam Geena yang masih bisa didengar oleh Mattew.“Meski aku hilang ingatan, aku yakin aku dan Casidy tidak pernah menjalin hubungan apapun. Tubuhku tidak pernah berbohong saat merespon siapapun yang berada didekatku, termasuk dirimu. Aku yakin dari dulu perasaanku padamu sama seperti sekarang ini dan tidak pernah berubah.”Tubuh Geena membeku mendengar hal tersebut, jika benar perasaan Mattew padanya sudah ada dari dulu, maka pria itu berarti sudah mencintainya saat dia masih menganggapnya sebagai kakak kand
Read more

166. Masa Depan yang Sudah Diatur

Geena mencengkeram kuat bagian belakang pakaian Mattew saat melihat papanya berjalan dengan langkah panjang mendekati mereka. Dia ingin maju melindungi pria itu dari papanya, namun Mattew menahan langkahnya.“Ini bagianku, tetaplah di belakangku!” tegas Mattew yang tidak bisa dibantah oleh Geena.Sesampainya Axton di hadapan pria itu, Mattew berniat menjelaskan apa yang terjadi, tetapi tanpa diduga, Axton melayangkan pukulan keras ke wajahnya hingga tubuh Mattew terhuyung dan jatuh ke lantai.“Papa hentikan!” teriak Geena hendak berlari melindungi Mattew, namun langkahnya kembali tertahan ketika tangan kekar mencengkeramnya.“Dia pantas mendapatkannya, tidak ada satu pun pria yang pantas menyentuhmu dengan cara yang dia lakukan,” kata Richard yang kemudian menariknya menjauh dari perkelahian papanya dan Mattew.Sekali lagi Geena melihat papanya memukul Mattew hingga bibir pria itu berdarah dan wajahnya terluka.“Uncle, lepaskan aku!” berontak Geena ingin berlari mendapatkan Mattew.“K
Read more

167. Kepura-puraan Hanya Akan Membuatmu Menderita

“Kamu sangat cantik, aku yakin kamu akan menjadi pengantin paling cantik di dunia ini,” seru Britne dengan binar senang melihat Geena memakai gaun pengantin saat dia mengantarnya ke butik.Geena hanya tersenyum masam mendengar pujian tersebut. “Apakah kamu suka dengan gaun ini?” tanyanya.“Aku menyukainya, gaun ini sangat cocok untukmu,” jawab Britne.Dengan wajah datar tanpa ekspresi, Geena menoleh ke arah penjahit yang bertanggung jawab atas gaunnya dan berkata, “Aku pilih gaun yang ini.”“Pilihan Anda sangat bagus karena ini adalah gaun terbaik kami,” balas penjahit itu yang kemudian membantu Geena melepaskannya.Selesai dengan gaun pengantinnya, Geena mendekati Britne dan berusaha membujuk saudaranya agar dia bisa pergi menemui Mattew. Atas dasar alasan itulah dia bersedia pergi bersama Britne untuk memilih gaun pengantin.“Bisakah kita ke penjara sebentar? Aku harus bertemu Mattew dan tahu keadaannya,” pinta Geena.Wajah Britne seketika berubah dengan ekspresi penuh penyesalan. “
Read more

168. Sisi Gelap yang Menakutkan

Suara ombak menjadi hal menenangkan yang bisa Geena dengar setiap kali membuka mata. Biasanya dia akan menyambut pagi dengan senyum, menyakinkan diri jika dia bisa bahagia tanpa Mattew dan keluarganya.Namun hari ini Geena terbangun dengan denyut kepala yang membuat kamarnya berputar, rasa mual menghantam perutnya sehingga memaksanya turun dari ranjang dan berjalan terhuyung menuju kamar mandi.Baru saja membuka pintu kamar mandi, dia tak bisa menahan rasa mualnya lagi sehingga memuntahkan isi perutnya begitu saja. Dia berusaha agar perutnya tidak benar-bener kosong, namun tubuhnya berkata lain, rasa mual itu terus membuatnya memuntahkan semua yang dia makan sehingga tak ada sedikit pun makanan yang tersisa di dalam perutnya.Nafasnya terengah, matanya berkaca-kaca ketika rasa mual itu akhirnya lenyap dari perutnya. Berusaha untuk tetap kuat dengan keadaannya, Geena membersihkan kamar mandi dan tiba-tiba saja air matanya terus menetes keluar tanpa tahu penyebabnya.Merasa ada yang ane
Read more

169. Kebencian dan Dendam akan Menghancurkan

Malam harinya Axton mendatangi istrinya yang berbaring memunggunginya. Dia tahu Inggrid marah padanya karena sikapnya. Dia pun berbaring di samping istrinya lalu memeluknya dari belakang, mengecup tengkuk Inggrid dan membenamkan wajahnya di sana.“Maafkan aku,” gumam Axton lirih dengan nafas yang menyapu tengkuk Inggrid membuat nafas wanita itu tercekat karena sensasi yang muncul.Namun Inggrid sengaja tetap diam dan tak menanggapi perkataan suaminya.“Apakah kamu masih marah?” tanya Axton yang cemas menanggapi kemarahan istrinya.“Jangan bersikap seperti ini! Jika kamu marah, aku merasa kehilangan matahariku. Aku tidak semangat mengerjakan apapun dan merasa tidak tenang. Apakah kamu akan terus menyiksaku?” bujuk Axton berharap kemarahan istrinya segera mereda.“Jangan berlebihan! Kamu terlihat baik-baik saja,” balas Inggrid.Mendengar suara istrinya, hati Axton merasa lega dan senang, itu artinya kemarahan Inggrid sudah surut. Menyadari hal tersebut, dia mengangkat dan membalikkan tu
Read more

170. Kembali Diberi Kesempatan

Axton dan Inggrid berjalan menelusuri lorong rumah sakit yang terasa panjang dan tak berujung. Jika dulu mereka sangat menginginkan Mattew menghilang dari kehidupan putri mereka, kini rasa khawatir mencengkeram hati keduanya mendengar kecelakaan mengerikan yang Mattew alami.Rasanya seperti masuk ke dalam mimpi buruk dimana putrinya akan hancur jika Mattew mati dalam kecelakaan tersebut.Tiba di depan sebuah ruangan dingin dengan lampu di atas pintu yang menyala, pertanda Mattew sedang ditangani di dalamnya, sepasang mata menatap mereka dengan nyalang.“Pergi! Untuk apa kalian datang ke sini?” seru Ciara dengan segala kemarahannya. Wanita itu mendorong Axton agar menjauh dari depan ruang operasi putranya dan memukul dada pria itu dengan keras meski itu tak memiliki pengaruh apapun bagi Axton karena tubuh pria itu besar dan kekar.“Hentikan sikapmu Ciara! Kami datang untuk melihat keadaan Mattew dan kami merasa cukup prihatin dengan apa yang menimpanya,” ujar Inggrid berusaha menghent
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
23
DMCA.com Protection Status