“Aku dengar istrimu sedang hamil, apakah kamu bahagia dengan pernikahanmu?”“Iya, dia sedang hamil. Tentu saja aku bahagia, jika tidak bahagia tidak mungkin aku menikahinya.” Reyhan lalu menarik tangannya dari genggaman Allesia.Allesia merasa canggung, tersenyum sembari merapikan rambutnya yang panjang.“Aku turut bahagia mendengarnya.”“Seharusnya memang begitu,” ucap Reyhan lirih. Tapi mampu membuat hati Allesia bagaikan jatuh ke dasar bumi.“Tapi, bolehkah aku menemui putriku setiap kali aku merindukannya?” ungkap Allesia lagi.Lama Reyhan terdiam, hatinya bimbang untuk mengiyakan, karena kini ada hati yang harus dia jaga, yaitu hati istrinya.“Rey, tolong katakan bahwa Kaesha masihlah putriku. Anak yang aku lahirkan 5 tahun yang lalu, darah daging kita, buah cinta kita!” Air mata Allesia tidak terbendung lagi, jatuh bagaikan hujan yang membasahi wajahnya.Reyhan tersenyum sinis, “Buah cinta kita? Aku lupa, apa ada cinta diantara kita?”“Seandainya ada, tapi itu empat tahun lalu,
Baca selengkapnya