Semua Bab Dikira Duda Miskin Ternyata Kuadriliuner: Bab 141 - Bab 150

177 Bab

141. KEDATANGAN ROY

Ketika Reyhan sedang berpikir, lengannya tiba-tiba dipegang oleh seseorang, terdengar suara Elaine di telinganya, “Ternyata kamu di sini, aku mencarimu keruangan. Tapi tidak menemukanmu, aku khawatir akan kehilanganmu.”Reyhan tersenyum lalu bertanya, “Sudah mengambil foto rontgen?”“Iya.” Elaine mengangguk, lalu menggoyangkan foto rontgen di tangannya.“Aku sudah meminta Dokter Romi melihatnya, dia bilang semuanya normal. Kita sudah bisa pulang ke rumah, jadi tadi aku langsung mengurus prosedur kepulanganmu. Mulai hari ini kita bisa beristirahat di rumah.”Mendengar ini, Reyhan mengangguk. Dia tahu Elaine tidak suka bau rumah sakit, begitu juga dengan dirinya.“Apakah kamu masih ingin duduk di sini? Aku akan membereskan barang-barang di kamar. Tunggulah di sini,”Reyhan menganggukkan kepalanya.Pada saat Elaine akan kembali ke ruangan rawat inap yang ditempati oleh Reyhan, dia dipanggil oleh seseorang.“Elaine, tunggu!” Dia adalah Roy, ayah mertuanya.“Pa!” Elaine menyapa dengan horm
Baca selengkapnya

142. KEKUATAN PRIA

Reyhan perlahan-lahan memperdalam lidahnya yang sudah membelit di dalam sana, sombong dan mesra. Elaine hampir sesak nafas dibuatnya, dia merasa tidak puas dan berjuang beberapa kali dalam pelukannya. Reyhan malah semakin liar, tangannya juga tidak tinggal diam, meraba setiap inci tubuh istrinya.Elaine bersandar pada panel pintu, merasa pusing karena hasrat yang menggebu dari suaminya. Kedua tangannya tanpa sadar sudah melilit leher Reyhan. Reyhan lalu mengeluarkan benda tak bertulang itu dari mulut istrinya, wajah Elaine memerah mirip seperti udang rebus. Pandangannya terlihat kasihan dan berkata dengan nada lembut, “Sudah cukup?”“Aku tidak akan pernah merasa cukup.” Reyhan menjawab lalu menundukkan kepala dan menempelkan kembali bibirnya pada bibir Elaine yang tipis dengan mesra. “Tidak akan cukup selamanya!”Elaine tersenyum lembut, tangan menekan dada suaminya dan mendorongnya dengan lembut, “Sayang, lepaskan dulu aku, aku akan mengambilkan obat untukmu.”Tapi Reyhan masih menje
Baca selengkapnya

143. SIDANG DITUNDA

Reyhan pergi ke pengadilan hari ini, sebelum pergi tidak lupa dia memberikan kecupan pada kening istrinya, “Baik-baiklah di rumah, jadi istri dan ibu yang baik.”Elaine menanggapinya dengan senyuman. Di halaman rumah mereka, sudah terparkir mobil Farzan, jelas sekali jika pria itu sedang menjemput bos besarnya. Reyhan lalu masuk ke dalam mobil dan bertanya, “Ada berita apa?”“Si pemabuk itu meninggal karena keracunan makanan, dia meninggal dalam keadaan mulut berbusa. Belum bisa memastikan apakah dia meracuni dirinya sendiri atau memang ada sabotase di dalam tahanan,” ujar Farzan.“Sabotase? Jika memang ada sabotase, itu artinya ada orang berpengaruh yang ikut campur di dalamnya. Tante Gracinda dulunya pernah tinggal di Indonesia, tidak sulit baginya untuk meminta bantuan. Tapi sejauh yang aku ketahui, tante Gracinda adalah orang yang bersih, tidak mungkin bisa melakukan ini.”“Tidak ada yang tidak mungkin, seorang ibu pasti akan melindungi anaknya dengan cara apapun juga.”Mereka tib
Baca selengkapnya

144. MALAM PANJANG

Reyhan melepaskan kancing kemejanya dan meletakkan pada tempat cucian. Dia berjalan perlahan-lahan ke tepi ranjang, diam-diam menatap Elaine, kemudian tidak menahan diri membungkukkan tubuhnya dan memberikan kecupan pada bibir ranum milik wanita itu.Seperti putri tidur, begitu Reyhan memberikan kecupan pada bibirnya dengan lembut, Elaine perlahan-lahan bangun dari tidurnya.“Sayang, sudah kembali?”“Iya.” Reyhan menjawab dengan lembut. Ada bau alkohol yang samar di udara, Elaine mengerutkan keningnya berkata, “Minum lagi?”Reyhan mengangguk dan tersenyum tak berdaya, “Pertemuan bisnis, kadang tidak bisa menolak permintaan klien. Apakah baunya sangat keras?”“Tidak.” Elaine menggelengkan kepala, hidungnya mengelus pipi Reyhan dengan lembut, “Mandi dulu!”“Temani aku!” Telapak tangan Reyhan telah menyelinap masuk ke dalam selimut dan melilit pinggangnya yang ramping. Kemudian, menggendonya dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.Setelah minum alkohol bisanya pria sangat muda
Baca selengkapnya

145. PERMINTAAN REYHAN

Reyhan mengambil kembali kartu identitasnya, sambil tersenyum menganggukkan kepala, baru membuka pintunya. Di dalam kamar pasien, Carissa berbaring di atas ranjang. Kepalanya diperban, raut wajahnya pucat dan terlihat sangat buruk.Tubuhnya juga sangat kurus bahkan lebih kurus dari sebelumnya. Sepertinya, kehidupan di dalam tahanan benar-benar telah menguras semua energi yang dia miliki.Reyhan berjalan mendekatinya, menatapnya dengan tatapan dingin. Awalnya Carissa membuka mata untuk melihat langi-langit ruangannya. Begitu melihat Reyhan, akhirnya ekspresi di wajahnya ada sedikit berubah.“Reyhan, apa kamu datang untuk menertawakanku?”“Untuk apa aku menertawakanmu, aku justru merasa kasian denganmu. Semua yang kamu lakukan pada akhirnya akan sia-sia!” Reyhan mencibirnya.“Carissa, kamu sangat pintar, juga memiliki banyak trik dan ide. Tapi, sayang sekali kamu tidak mempergunakannya dengan baik. Demi memuaskan kepentingan pribadi, kamu terbiasa melakukan hal apapun untuk mencapai tuj
Baca selengkapnya

146. PERHATIAN REYHAN

Pagi hari berikutnya. Setelah bangun, Elaine duduk di ranjang, meregangkan tubuhnya.“Selamat pagi suamiku.” Elaine tersenyum menyapa Reyhan dan dirinya terlihat sangat segar dibandingkan kemarin.Malah Reyhan yang tidak bisa tidur semalaman, lingkaran hitam di matanya terlihat jelas.“Sayang, kamu mau makan apa?” Reyhan tersenyum bertanya.Elaine cemberut dan menjawab, “Makan apa saja yang bisa aku makan.” Dia memegang pipinya dan berpikir dengan tak berdaya, sepertinya suaminya ini hanya bisa mendiskusikan makanan dan minuman.Reyhan berjalan keluar dari ruangan, tidak lama kemudian kembali lagi. Dia membawa sebuah kotak makanan di tangannya. Karena Elaine sedang hamil muda jadi ada tambahan susu lagi.Menu kali ini lebih menarik daripada kemarin, ada bubur dengan soup kare ikan dan susu. Seperti biasa Reyhan akan bertugas menjadi suami yang baik dalam merawat Elaine. Dia menyuapi istrinya dengan sabar, walau sesekali Elaine sering bilang dia ingin muntah.Itu wajar ketika hamil mud
Baca selengkapnya

147. BUKAN PUTRI KANDUNG

Dia bangkit dari ranjang dengan malas, begitu membuka selimut, dia baru menyadari kalau tubuhnya sudah tidak berbalut sehelai benang pun. Elaine sontak menjerit.Reyhan yang masih membersihkan dirinya di kamar mandi juga kaget dengan teriakan Elaine, untung saja pintu kamar dalam keadaan dikunci. Jika tidak, mungkin pelayan atau Kaesha akan berbondong-bondong untuk masuk.Reyhan keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya sudah duduk di ranjang dalam keadaan panik.“Apa yang terjadi?” tanya Reyhan.Elaine menutupi tubuhnya dengan selimut lagi, kini mendekapnya dengan sangat erat.“Kamu masih bertanya padaku? Seharusnya aku yang bertanya padamu, apa yang kamu lakukan padaku semalam?” Elaine bertanya sembari membuka lebar matanya memandang pria tak berdosa di depannya.Setelah mendengar, sudut bibir Reyhan terangkat sebuah senyuman.Reyhan tidak memperdulikan ekspresi Elaine yang canggung, dia lalu mengulurkan tangan menarik kursi, duduk di samping ranjang dan menatapnya dengan tatapan
Baca selengkapnya

148. KEHADIRAN ALLESIA

“Aku dengar istrimu sedang hamil, apakah kamu bahagia dengan pernikahanmu?”“Iya, dia sedang hamil. Tentu saja aku bahagia, jika tidak bahagia tidak mungkin aku menikahinya.” Reyhan lalu menarik tangannya dari genggaman Allesia.Allesia merasa canggung, tersenyum sembari merapikan rambutnya yang panjang.“Aku turut bahagia mendengarnya.”“Seharusnya memang begitu,” ucap Reyhan lirih. Tapi mampu membuat hati Allesia bagaikan jatuh ke dasar bumi.“Tapi, bolehkah aku menemui putriku setiap kali aku merindukannya?” ungkap Allesia lagi.Lama Reyhan terdiam, hatinya bimbang untuk mengiyakan, karena kini ada hati yang harus dia jaga, yaitu hati istrinya.“Rey, tolong katakan bahwa Kaesha masihlah putriku. Anak yang aku lahirkan 5 tahun yang lalu, darah daging kita, buah cinta kita!” Air mata Allesia tidak terbendung lagi, jatuh bagaikan hujan yang membasahi wajahnya.Reyhan tersenyum sinis, “Buah cinta kita? Aku lupa, apa ada cinta diantara kita?”“Seandainya ada, tapi itu empat tahun lalu,
Baca selengkapnya

149. MENGHARGAI SESEORANG

Elaine kaget mendengar pernyataan Kaesha.Karena sudah lama tidak mendengar jawaban dari mamanya, Kaesha pun paham bahwa hal itu tidak seharusnya ditanyakan.“Mama, Kaesha minta maaf. Kaesha janji nggak akan nanya lagi soal mama Allesia. Mama jangan marah ya?”“Tapi, kenapa kamu tidak ingin dia datang ke sini? Bukankah dia ibu kandung kamu, Sayang?”“Tidak, Ma! Kaesha tidak mau mengenalnya, jika itu akan menyakiti Mama.” Kaesha langsung memeluk Elaine dengan erat. Tidak terasa air mata sudah jatuh mengenai kepala Kaesha.Kaesha merasakannya, dia mendongakkan kepala dan berkata, “Mama, kenapa menangis?” tangan mungilnya menghapus air mata di wajah Elaine.“Tidak apa-apa, Sayang! Apa kita sudah bisa turun?” Elaine tidak ingin berlama-lama larut ke dalam kesedihannya.Mereka lalu turun untuk sarapan, di meja makan sudah ada Reyhan yang berpakaian rapi dan siap untuk berangkat ke kantor.“Ada apa?” tanya Reyhan, karena melihat anak dan istrinya tidak seceria sebelumnya.“Tidak apa-apa!” E
Baca selengkapnya

150. PERTEMUAN ELAINE DAN ALESSIA

Allesia akhirnya keluar juga dengan perasaan kecewa, dia diusir secara terang-terangan seperti ini tentu saja sakit hati.Pada saat Allesia akan berjalan keluar tiba-tiba dia berpapasan dengan Elaine.“Elaine?” Allesia menyapa dengan sopan dan ditambah dengan ekspresi kaget yang sengaja dibuat-buat.Ketika Elaine melihatnya, ada rasa bingung yang sulit ditutupi di matanya. Dia tidak menyangka Allesia begitu nekad untuk datang menemui Reyhan sampai ke perusahaan.Bagaimana dia bisa melindungi miliknya jika musuh bisa mengejar sampai ke lorong gua sekalipun.“Baiklah, aku sedang ada urusan, Elaine masuklah!”Elaine sungguh tak berdaya mendengar ucapan Allesia, siapa di sini yang menjadi pemeran utama? Kenapa dia berbicara seolah-olah dia lah istri Reyhan, sedangkan dirinya dianggap sebagai tamu.Setelah mengatakannya, Allesia masuk ke dalam lift dengan tergesa-gesa. Elaine melihat kedua pintu lift sudah tertutup, namun dia sendiri masih mematung di sana.Elaine datang ke depan ruang kan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status