All Chapters of Menikahi CEO Tiran: Chapter 31 - Chapter 40

43 Chapters

31. Broken Plan

Bella terbangun dari tidurnya, terlihat tak ada sosok Sean di samping tempat tidurnya. Saat Bella bangkit dari ranjang, terlihat secarik kertas di atas nakas bertuliskan Sean pulang ke ibu kota terlebih dahulu karena ada urusan penting. Sementara Bella dipersilakan untuk menghabiskan waktu di sana sesuai dengan jadwal tiket pulang.Bella menghembuskan nafasnya dalam, “Sean, kamu keterlaluan … tapi aku pun tak punya hak untuk melarangmu.”Di sisi kertas tersebut terdapat sebuah kartu kredit yang Sean sengaja simpan untuk Bella. Terdapat tulisan di dalam secarik kertas itu, bahwa ia boleh menggunakan kartu tersebut sepuasnya sebagai ganti wish list yang belum Sean penuhi beserta pinnya.Tak mau ambil pusing, Bella mengambil kartu tersebut. “Ya, tidak buruk juga. Setidaknya Sean meninggalkan ini, jadi aku tak terlalu kesal!”Bella menyimpan kartu tersebut ke dalam tas, lalu ia bergegas menuju kamar mandi dan bersiap. Ia berencana menghabiskan waktu untuk makan, menikmati wish list yang b
Read more

32. Teman Baru

Bella menyandarkan tubuhnya di tepi tempat duduk di dalam bandara. Ia membeli segelas hot americano dan menyesapnya perlahan. Beberapa saat lalu ia menerima pesan dari Ronald bahwa ia akan menjemputnya di bandara ibu kota nanti. Bella menunggu selama setengah jam hingga gate menuju pesawat terbuka dan bersiap untuk take off.Akhirnya Bella masuk ke dalam pesawat dan mendudukkan diri di kursi dekat jendela, pikirannya termenung selama beberapa saat kala mengingat kejadian dalam beberapa hari ini. Seharusnya ia dan Sean menghabiskan waktu bersama, walau bulan madu tersebut hanya kedok semata. “Keterlaluan, dia bahkan tidak mengirim satupun pesan padaku hingga saat ini,” rutuk Bella, “walaupun aku hanya istri kontraknya, bukankah sangat keterlaluan jika ia menghabiskan waktu bulan madu hanya satu malam saja? Apa kakek tidak curiga? Ah menyebalkan!”Tiba-tiba seseorang duduk disampingnya, Bella tidak menghiraukannya dan masih fokus menatap pemandangan di luar jendela. Saat pesawat akan l
Read more

33. Memendam Perasaan

Saat ini terik matahari tepat berada di pucuk kepala, cahaya yang berhembus menelusup ke dalam rongga kulit walaupun ditemani AC yang telah diatur hingga maksimal ditambah hiruk pikuk ibu kota yang ramai lancar, sebuah mobil UV hitam membelah jalanan dengan kecepatan sedang.Dalam mobil terasa suasana canggung menerkam. Terdapat empat anak manusia yang terdiam dalam seribu bahasa, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Ronald melirik spion belakang, memperhatikan sekilas sepasang suami istri yang baru berusia seminggu itu.Tampak keduanya sibuk masing-masing. Sean masih fokus menatap layar tabletnya sementara Bella sambil menopang dagu lebih memilih untuk memperhatikan lalu lintas jalanan dari balik jendela. Di sisi lain terlihat Tristan yang duduk di kursi depan yang sedang tertidur ditemani alunan musik yang menggema di telinganya melalui earphone dengan volume sedang.Ronald menghela nafas dalam, suasana canggung ini sudah berlangsung nyaris satu jam. Semua dimula saat pertemuan me
Read more

34. Rumah Pernikahan

“Antarkan dia terlebih dahulu!” titah Sean. Ia merasa tak nyaman dengan kehadiran Tristan di dalam mobil, yang membuat suasana menjadi canggung.Tristan tak menolak pun mengiyakan perintah Sean, begitu juga dengan Bella yang hanya diam saja tak menganggap perkataan Sean melewati telinganya. Sementara Ronald yang terbiasa menuruti perintah Sean pun tanpa bertanya langsung menancapkan gas menuju perumahan di pusat kota, rumah milik keluarga Tristan yang hanya disinggahi apabila mereka sedang berkunjung ke ibu kota.“Terima kasih kalian semua,” ucap Tristan saat ia sudah menuruni mobil. Ronald dan Bella melambaikan tangan padanya, sementara Sean lebih memilih membuang muka daripada menatap Tristan.Tristan menatap kepergian mobil hitam itu hingga menghilang di ujung jalan, kemudian membuka gerbang dan memasuki rumahnya yang hanya berisi dua penjaga rumah saja. Tristan mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu, ia menengadahkan kepala di atas pinggiran sofa, matanya menatap langit-langit rum
Read more

35. Pandora

Sean dan Bella berjalan dengan tergesa menuju ke arah pintu depan, terlihat disana Viona membawa satu koper yang disimpan disisinya. Pakaiannya tampak lusuh namun cukup terbuka, membuat yang melihatnya nampak tak nyaman.“Ada apa kau kemari?” tanya Sean. “Cepat pergi dari sini! Penjaga! Bawa dia keluar!”Kedua penjaga yang berada di sisi pintu pun memegang lengan Viona, mereka menarik lengan wanita itu agar segera meninggalkan mansion secepatnya.“Lepaskan!” Viona melepaskan pegangan tangan kedua penjaga, ia berjalan mendekat ke arah Sean, “Kau yakin akan mengusirku? Bagaimana jika aku tahu mengenai kebenaran kecelakaan belasan tahun lalu?”“Sial!” sentak Sean, ia menyeret lengan Viona untuk masuk ke dalam mansion meninggalkan Bella yang masih mematung memandang kejadian dihadapannya barusan. “Jaga ucapanmu!”“Aku tak berjanji! Asal kau menuruti semua keinginanku, maka aku akan memberitahu segalanya padamu dan menjaga semua rahasia yang ada!” Viona melepaskan cengkraman tangan Sean, k
Read more

36. Project Wiratama Otomotif

Hari ini merupakan hari pertama pertemuan global untuk project Wiratama Otomotif. Mereka akan membahas mengenai project yang akan berlangsung sebentar lagi. Saat ini persiapan sudah nyaris rampung, Sean sengaja mengumpulkan mereka untuk memastikan kesiapan di berbagai lini.Dalam meeting kali ini banyak petinggi yang datang, termasuk Thomas, Ardie dan juga Arsen. Mereka telah memulai meeting sejak pukul delapan pagi. Bella tak kalah sibuknya, karena ini merupakan project pertamanya, khususnya dia melibatkan perusahaan milik ayahnya dan tentunya ia bertanggung jawab atas kelancaran project ini.Mereka akan meluncurkan mobil listrik agar masyarakat dapat memilih kendaraan ramah lingkungan. Walau masih belum menjamur di pasaran, mereka yakin akan mampu menjualnya dengan baik. Bella telah mengatur strategi untuk pemasaran, disesuaikan dengan campaign ramah lingkungan, ia menyasar para influencer yang aware dengan hal-hal tersebut. Juga fitur-fitur yang menarik dari mobil ini tentunya mena
Read more

37. Rasa yang Tak Terungkap

Beberapa saat lalu, ketika Bella sedang fokus memperbaiki pekerjaanya. Dari arah berlawanan terlihat Tristan yang sedang menuju ke arahnya. Mulanya, Tristan berencana untuk mencari Ronald, namun ternyata malah Bella yang dijumpainya.Tristan berjalan perlahan, namun Bella yang sedang fokus tak mengindahkan satu-satunya sosok yang berada didepannya walau agak jauh saat ini. Bahkan mungkin jika ada pencuri pun Bella tak menyadarinya karena sedang fokus mengejar deadline.“Bulan madu? Berlibur? Apa itu? Hanya omong kosong! Buktinya saat ini aku sudah kembali bekerja rodi!” rutuk Bella, yang samar-samar terdengar oleh Tristan dari kejauhan.“Ya, walaupun gajinya besar. Namun rasanya badanku seperti remuk! Ditambah aku tak bisa tidur karena kamarku direbut oleh wanita sialan itu! Bisa-bisanya dalam dua hari ini pekerjaannya hanya makan dan tidur saja. Bahkan aku yang istrinya pun bekerja dengan keras seperti ini! Sebenarnya apa sih hubungan mereka berdua?!” Bella tak sadar saat ini Trista
Read more

38. Ditusuk dari Belakang

Detik demi detik terlewati, tanpa sadar sudah beberapa belas menit sosok dua anak manusia yang masih saling menutup mulutnya rapat-rapat saling memandang. Namun ada yang berbeda dari tatapan tersebut, si Pria menatap wanita dihadapannya dengan tatapan benci sementara si Wanita justru menatap si Pria dengan menggoda.Viona mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, menatap lekat-lekat ruangan besar yang hanya diisi satu orang saja. Kemudian ia kembali menatap Sean, tiba-tiba pikiran liarnya bergejolak. “Bagaimana ya rasanya jika aku bisa memiliki Sean seutuhnya? Wajahnya … tubuhnya … kekayaannya! Ah, membayangkannya saja sungguh menyenangkan!” ucap Viona dengan lantang. “Lihatlah! Putra mahkota Wiratama yang disegani semua orang! Aku dapat melihat celahnya, sesungguhnya ia hanyalah bocah kecil yang penuh luka dan kesepian. Uh malangnya!” Viona duduk di sofa di dalam ruangan Sean, sementara pria itu berdiri di dekat jendela, masih menatap Viona dengan tajam seolah macan yang akan menerka
Read more

39. Mencari Bukti

Ronald terdiam selama beberapa saat, ia menundukkan kepalanya dan menatap lantai. Jujur saja, ia tak berani memandang wajah Sean yang diselimuti amarah dan kekecewaan yang besar itu. Bagaimana tidak, Sean yang masih memiliki secercah harapan untuk Ronald kini telah sirna.“Apa alasanmu melakukan itu, Ronald?” tukas Sean, “Berani-beraninya kamu mengkhianatiku! Menusukku dari belakang!”“Bukan begitu, Sean! Tolong dengarkan dulu penjelasanku!” ucap Ronald, “sebelumnya maafkan aku yang telah menutupi semuanya darimu, jujur itu memang salahku. Namun, aku tak bermaksud selamanya menutupi fakta ini darimu. Aku hanya melakukan penyelidikan mandiri, aku ingin mengungkap faktanya!”“Fakta? Mungkin maksudmu adalah menutupi semua kesalahan ayahmu, bukan begitu?!” Sean berjalan menuju ke samping jendela, ia menatap kendaraan yang sedang berlalu lalang di jalanan yang ramai.Sementara di sisi lain Ronald tak menjawab, karena apa yang dikatakan Sean betul, bahwa Ronald menutupi fakta bahwa ayahnya
Read more

40. Dibalik Bayangan

Irwan menengadah, tak terlihat raut cemas dalam wajahnya. “Kau tak tahu apa-apa, bocah! Kau tak akan pernah tahu! Hahaha!”“Kau!” Ronald menendang kursi tersebut, membuat Irwan terjengkang. “Jangan pernah macam-macam dengan Wiratama! Atau kau akan menanggung akibatnya!”“Aku tak peduli! Hahaha!” Irwan membelalakkan matanya, raut wajahnya berubah menakutkan. Urat-urat wajahnya menegang dan tawanya menggelegar ke seluruh penjuru rumah yang kosong tanpa perabotan apapun di dalamnya. “Kau! Mau membunuhku? Aku tak takut! Wiratama? Aku tak takut pada mereka! Aku tak punya apapun yang tersisa! Ambillah! Kau ambil saja nyawaku sekalian!” pekik Irwan.Ronald mengeram, ia mengepalkan tangannya hingga buku kukunya memutih. “Baiklah, jika kau tak mau membuka suara, apa aku harus menaruhkan anak dan istrimu juga?!”“Anak istriku?” ucap Irwan, “Kau sepertinya hanya orang bodoh yang tak tahu apa-apa! Istri dan anakku yang telah meninggalkanku, mereka sudah mati tiga hari yang lalu, bodoh! Hahaha! Ka
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status