Semua Bab Suamiku Bocil Tajir: Bab 21 - Bab 30

141 Bab

Hidup yang tak Adil

"Tante Anyelir bilang apa?" tanya Elang dengan nafas terengah-engah memasuki kamar hotel. Atika mengalihkan perhatian pada bayangannya di cermin dan memutar tubuh menghadap Elang. Suaminya itu terlihat seperti seseorang yang habis ikut lomba lari marathon tapi mengenakan setelan formal. "Om Burhan terkejut saat aku menghampirinya, aku baru sadar Tante Anyelir memintaku turun hanya akal-akalan darinya agar membuat kalian hanya berdua di sini," jelas Elang seraya melonggarkan ikatan dasinya. "Seandainya saja para tamu itu tidak mengucapkan salam dan mencegatku kembali ke sini lebih cepat, aku minta maaf...." "Sudah, gak apa-apa. Mami hanya mengatakan ia ikut bahagia." Atika tidak ingin menyulut emosi Elang menjadi semakin besar, ini hari penting mereka. Biarlah ia pendam semua keresahannya sendirian. Elang berjongkok dan meraih dagu Atika memaksa istrinya membalas tatapannya. "Kamu sembunyi lagi. Tante Anyelir tadi pasti mengatakan hal yang buruk, katakan padaku?" tuntut Elang. "B
Baca selengkapnya

Cinta yang Teguh

"Terima kasih," cicit Atika malu-malu, ia melirik sekilas pada suaminya lalu kembali memandang ujung kaki mereka yang kini menari seirama dengan simfoni Moonlight Sonata yang dimainkan band orkestra."Untuk apa?" tanya Elang pura-pura tak tahu. Pria itu dengan sengaja mengeratkan pelukannya di pinggang Atika sehingga membuat mereka semakin dekat, Atika bahkan dapat merasakan detak jantung Elang yang berpacu dengan cepat di dadanya, sama seperti dirinya."Untuk semua, aku gak pernah berani memimpikan mendapat pesta sebesar ini. Ini sangat indah," desah Atika seraya menyapukan pandangan ke sekeliling ruangan. Atika tidak tahu pasti berapa luas ruangan yang disulap menjadi sebuah panggung pesta pernikahan mereka. Sejauh pandangan Atika, seluruh ruangan dihiasi dengan bunga-bunga asli yang tengah bermekaran, tak perlu ditanya seperti apa wangi yang kini mengelilingi mereka. Sekilas, Atika lupa bahwa ia masih berada di sebuah ruangan tertutup bukannya taman yang penuh bunga-bunga. "Aku
Baca selengkapnya

One Summer Night

"Bukan masalah," balas Daffa seraya mengangkat sebelah tangannya memberi isyarat pada pemain band untuk mengganti lagu yang dimainkan. Band kini memainkan sebuah lagu lawas dari Hongkong, One Summer Night. Tubuh Atika menegang ketika melodi yang sudah sangat ia hafal mulai mengalun, Atika sontak menjauh hendak melepaskan diri dari cengkraman Daffa tetapi pria itu lebih kuat menahannya. "Bertahanlah sampai lagu ini selesai, jangan memantik rasa penasaran orang-orang!" tegas Daffa. Atika mendengus jijik melihat wajah Daffa yang penuh dengan senyum palsu, entah kenapa dulu matanya begitu buta melihat kebusukan yang dimiliki pria di depannya ini? "Santai, Tika. Bukankah ini kesempatan langka, aku senang akhirnya kita bisa bertemu lagi. Garis takdir kita sepertinya belum berakhir." "Bermimpilah sesukamu!" ujar Atika seraya membuang muka, lebih baik memilih melihat penampilan para pemain musik. "Each time i think of you, my heart would beat for you, you are the one for me...." Daffa be
Baca selengkapnya

Dilema

"Kenapa dia bisa datang ke sini? Om yang undang?" desis Elang pada Ardian. "Tidak mungkin dia bisa masuk tanpa membawa undangan!"Ardian berjalan cepat menghampiri Elang begitu melihat Daffa sedang berdansa bersama Atika, dan seperti yang sudah diduga, pria itu langsung menjadi sasaran amukan Elang. Jika tidak ingat tentang hutang budinya pada Barata, Ardian sudah angkat kaki sejak lama dari keluarga Sukma, semua keturunan Barata sama saja, mereka memang memiliki penampilan bak dewa-dewi tapi sayang semuanya minus akhlak. "Mana mungkin Om sebodoh itu, Lang. Om juga tidak tahu, dapat akses darimana dia bisa masuk ke sini," ujar Ardian seraya meraup wajahnya lelah, asal tahu saja, akibat menyiapkan pesta pernikahan ini, Ardian kehilangan banyak durasi tidur malamnya. "Bagaimana kalau Om minta petugas keamanan membawanya keluar saja?" "Tidak usah! Itu hanya akan menarik perhatian para tamu dan mereka mulai penasaran tentang hubungan pria itu dengan Atika." Elang menggertakan gigi kesal
Baca selengkapnya

Kembali Jadi Budak Korporat

"Nyonya, ada banyak aktivitas yang bisa Nyonya lakukan selain bekerja di perusahaan. Almarhumah Nyonya Hasna dan Nona Tara dulu menjalankan sebuah yayasan amal, kalau Nyonya mau, Nyonya bisa mengambil alih pengelolaan yayasan itu," ujar Rika sambil membantu Atika memasang anting-anting di telinganya."Bi, ini sudah kesekian kalinya Bibi mencegahku bekerja. Kemarin Bibi juga mengancam akan mengundurkan diri dan menyerahkan semua urusan rumah tangga padaku. Sebenarnya apa yang salah kalau aku kembali bekerja?" tanya Atika jengah.Tiga hari telah berlalu sejak kejutan pesta pernikahan yang Elang berikan, sejak hari itu hingga pagi ini Rika tidak henti berusaha membuat Atika mengurungkan niatnya untuk bekerja di kantor. Di satu sisi Atika merasa senang karena Rika peduli padanya, tapi di sisi lain Atika juga risih karena perhatian Rika yang kelewat batas. "Maaf, Nyonya. Bukan maksud saya untuk bersikap keterlaluan tapi, saya pikir tidak pantas kalau seseorang yang memiliki posisi tinggi
Baca selengkapnya

Percakapan di Lift

"Lima menit lagi saya sampai!" Atika menutup sambungan telepon dan bergegas berlari ke luar ruangan sambil memeluk setumpuk berkas berisi duplikat materi presentasi hari ini. Rapat akan segera dimulai, tapi bisa-bisanya materi rapat yang akan dibagikan tertinggal di ruangan begitu saja, dan anehnya tepat di meja Atika. Atika enggan memikirkan apakah seniornya lupa atau sengaja lupa dan ingin menjahili Atika. Di depan pintu lift yang tertutup, Atika berhenti dan mengambil nafas perlahan, menstabilkan kembali pernafasan dan kerja jantungnya yang tidak beraturan sejak berjam-jam yang lalu. Sejak pagi, staff-staff senior tidak hentinya memberikan Atika tugas baru. Belum sempat ia mengerjakan tugas sebelumnya, datang kembali pekerjaan yang lain. Atika tidak tahu apa memang seperti ini budaya kerja di divisi humas ataukah memang ia sedang menjalani perploncoan anak baru. Perempuan itu memandang pantulan bayangannya di pintu lift, beruntung wajah letihnya agak tersamarkan oleh setelan pak
Baca selengkapnya

Janji Daffa

"Cantik, semakin cantik," lirih Daffa tanpa sadar saat Atika melenggang pergi mendahuluinya keluar dari dalam lift.Daffa tidak pernah membayangkan bertemu kembali dengan Atika setelah perpisahan menyedihkan sepuluh tahun lalu. Walau seringkali Daffa merindukan sosok lembut dan manis itu kembali hadir dalam hidupnya, tetapi Daffa sadar diri, luka yang ia berikan pada Atika terlalu dalam. Namun kini, cinta pertamanya itu tiba-tiba muncul begitu saja.Pertemuan mereka di loby hotel waktu itu tak urung menimbulkan gelenyar baru dalam hidupnya. Sepuluh tahun memang bukan waktu yang sebentar untuk mengubah penampilan seseorang, begitupun Atika. Perempuan itu mengurai rambut coklatnya, membuat kecantikannya semakin terpancar. Sorot mata Atika menunjukan kedewasaan yang memukau. Sesaat, Daffa lupa diri dan berhasrat untuk membuat Atika kembali menjadi miliknya. Seandainya saja, beberapa hari kemudian ia tidak bertemu Elang.Atau tepatnya, ia tidak memenuhi panggilan Elang."Duduk!" perintah
Baca selengkapnya

Bertukar Syarat

Matahari sudah hampir terbenam ketika Atika menjatuhkan bok*ngnya ke atas bangku besi panjang di atap kantor. Walau bukan gedung tertinggi, tetapi kantor SJ Grup memiliki spot pemandangan yang menghadap langsung ke arah jajaran pegunungan yang mengitari kota. Sehingga sore ini, di depan mata Atika terhampar pemandangan unik perpaduan antara perkotaan dan alam dalam kanvas berwarna jingga. Suasana rembang petang menghipnotis Atika untuk sesaat, perempuan itu lalu menyesap kopi hangat dari gelas kertas di tangannya. Atika mendesah lega, selain menerima upah, inilah salah satu kenikmatan yang ia rindukan saat menjadi seorang pekerja, menikmati pergantian hari dengan segelas kopi setelah seharian bekerja keras. Secara keseluruhan, hari pertama Atika tidak begitu buruk. Separuh hari pertama, Atika memang seperti sedang diplonco habis-habisan. Namun, seusai rapat semua berjalan normal. Atika menerima tugas sama seperti rekannya yang lain, jika ia tidak mengerti maka teman-temannya tidak pe
Baca selengkapnya

Sejarah Perusahaan

"Aku tahu kamu akan bereaksi seperti ini," gerutu Elang seraya mengalihkan pandangan lurus ke depan.Rasa bersalah menggelayuti benak Atika, syarat Elang sebenarnya sangat sederhana. Tapi, rasanya sulit bagi Atika untuk mengabulkannya."Panggilan aku dan kamu terdengar kaku dan tidak sopan," sambung Elang. "Kita bukan lagi orang asing, tidak peduli aku lebih muda darimu, aku tetap ingin dipanggil dengan panggilan hormat oleh istriku sendiri."Atika tersentak. Tidak mengira bahwa sampai sedalam itu dampak sebuah nama panggilan bagi suaminya."Aku...aku, minta maaf," ujar Atika bingung.Lidahnya gatal ingin memanggil Elang dengan sebutan yang diharapkan pria itu. Tapi sungguh, bukan faktor perbedaan usia yang membuat Atika enggan memanggil Elang dengan kata 'Mas', Atika hanya tidak terbiasa untuk menyematkan panggilan sayang pada seseorang. Karena sudah lama sekali ia tidak memiliki seseorang yang spesial di hatinya.Elang diam termanggu sejenak, lalu sebuah bunyi berharmoni terdengar d
Baca selengkapnya

Kekhawatiran

"Mau apa kamu ke sini?"Cindy tersenyum pongah dan berjalan perlahan mendekati Atika."Kamu tahu, kamu gak punya hak untuk mengatakan itu, Tika. Aku bisa bebas kapan saja datang ke tempat mana pun yang aku mau. Termasuk datang ke sini, kamu gak lupa kalau posisi yang kamu miliki itu sebenarnya punya siapa?"Elang menggebrak meja hingga semua benda yang ada di atasnya bergetar hebat."Aku sudah muak mendengar ancamanmu, Cindy! Tidak peduli dengan siapa dulu aku dijodohkan, yang menjadi istriku sekarang dan selamanya adalah Atika, kakakmu. Kamu harusnya paham itu!" Elang meraih pesawat telepon di atas meja kerjanya dan menekan tombol tiga. "Sambungkan dengan pos keamanan, ada pembuat onar di ruanganku....""Tunggu! Tidak perlu panggil satpam!" teriak seorang pria yang berlari tunggang langgang memasuki ruangan Elang.Sesampainya di dalam ruangan, pria itu lalu mengangsurkan kartu namanya pada Elang dan bicara dengan nafas yang masih tersengal-sengal, "Maaf, Pak. Saya Robby, manajer Cind
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status