“Pakai baju apaan itu, Nara!” Aris menyipitkan mata melihat kaos ketat dan hot pants yang lagi-lagi menjadi pilihan Dinara pagi ini.“Ya baju Nara, Om.” Dinara menjawab santai, berhenti sesaat menatap omelet di piring Aris. “Omelet lagi, Om?” tanyanya sambil menari kursi makan di sebelah Aris.“Om lagi nggak bahas omelet. Itu. kenapa pakai baju itu lagi! Bukannya Om sudah beliin baju rumah berapa lusin.” Kali ini suara Aris meninggi.“Enak aja makai beginian, Om.” Dinara menarik piring, sajian di meja makan begitu menggoda seleranya, kecuali omelet di hadapan Aris tentu saja.“Balik ke kamar! Jangan muncul di meja makan sebelum pakaianmu dibenerin!” Aris menarik kembali piring Dinara yang memang masih kosong.“Nara lapar, Om!”“Ganti bajunya! Jangan muncul di depan Om dengan pakaian seperti ini!” Aris menunjuk tepat di dada Dinara yang membusung terbungkus kaos ketat.Menyadari bahwa bentakan dan permintaan Aris bukan main-main, Dinara berdiri dengan kasar, menghentakkan kakinya di la
Read more