“Nara panggil apa tadi?” Aris menatap dalam.“Om Aris.” Dan tatapan teduh itu belakangan selalu menghadirkan getaran aneh yang tak mampu diartikan Dinara.Aris menggaruk bagian bawah telinga. “Ah, terserah Nara mau panggil apa. Tapi Nara milik Om Aris malam ini.”Dinara sidah tak bisa bernapas dengan benar lagi, ketika Aris memangkas jarak dan membuat ujung hidung pria itu berada tepat di wajahnya.“Rileks, Nara.” Aris berbisik, dan bisikan itu justru membuat napas Dinara semakin pendek-pendek.Dada Aris bergemuruh, ia tak bisa membayangkan bagaimana nasibnya malam ini jika ia belum bisa menaklukkan Dinara. Lampu hijau yang diberikan Dinara memang menjadi golden tiketnya malam ini, tetapi ia tahu persis bahwa napas pendek-pendek Dinara juga tak bisa diabaikan.Aris menghentikan seluruh aktifitasnya sesaat, menyeka bibirnya yang baru saja menjelajah sesuka hati pada pemilik bola mata indah yang kini berada dalam kuasanya.“Tatap Om, Nara,” pinta Aris.Dinara menurut, menatap mata sarat
Last Updated : 2023-10-13 Read more