Home / Romansa / TERJEBAK PERNIKAHAN PALSU / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of TERJEBAK PERNIKAHAN PALSU: Chapter 91 - Chapter 100

141 Chapters

Bab 89

“Nara panggil apa tadi?” Aris menatap dalam.“Om Aris.” Dan tatapan teduh itu belakangan selalu menghadirkan getaran aneh yang tak mampu diartikan Dinara.Aris menggaruk bagian bawah telinga. “Ah, terserah Nara mau panggil apa. Tapi Nara milik Om Aris malam ini.”Dinara sidah tak bisa bernapas dengan benar lagi, ketika Aris memangkas jarak dan membuat ujung hidung pria itu berada tepat di wajahnya.“Rileks, Nara.” Aris berbisik, dan bisikan itu justru membuat napas Dinara semakin pendek-pendek.Dada Aris bergemuruh, ia tak bisa membayangkan bagaimana nasibnya malam ini jika ia belum bisa menaklukkan Dinara. Lampu hijau yang diberikan Dinara memang menjadi golden tiketnya malam ini, tetapi ia tahu persis bahwa napas pendek-pendek Dinara juga tak bisa diabaikan.Aris menghentikan seluruh aktifitasnya sesaat, menyeka bibirnya yang baru saja menjelajah sesuka hati pada pemilik bola mata indah yang kini berada dalam kuasanya.“Tatap Om, Nara,” pinta Aris.Dinara menurut, menatap mata sarat
Read more

Bab 90

“Om gendong ke ranjang, ya.”Bagi Dinara, itu bukan permintaan izin, sebab Aris tak perlu menunggu jawaban darinya untuk segera meraih lalu menggendong tubuhnya.“Tak usah gugup.”“Jangan takut.”“Om nggak akan nyakitin Nara.”Dinara membiarkan Aris terus bicara, karena entah mengapa jarak dari sofa ke ranjang itu kini terasa jauh saat ia berada dalam gendongan Aris. Ia mengangguk, mengangguk lagi dan sekali lagi mengangguk sebagai jawaban atas kalimat-kalimat Aris. Sementara Aris merasa takjub atas perubahan jelas pada reaksi tubuh Dinara. Tak ada lagi degupan jantung yang biasanya mengganggu aktifitasnya saat menempel pada tubuh gadis itu, meski ia masih melihat sedikit kegugupan di mata Dinara.Apa yang dilakukan Dinara di dalam kamar mandi tadi sehingga ia bisa keluar dari sana dengan kondisi serileks ini? Rasanya langkahnya ke arah ranjang menjadi begitu jauh ketika Aris tenggelam dalam pemikiran-pemikirannya sendiri. Hingga ia menyadari satu hal tepat di saat langkahnya tiba di
Read more

Bab 91

Di antara kantuk dan rasa lelah yang masih tersisa, mata Dinara mengerjap berkali-kali ketika Aris kembali memulai sentuhannya. Ia bahkan sudah tak bisa mempertahankan selimut, satu-satunya kain yang menutupi tubuhnya. Gadis itu kembali merinding, tak manyangka jika menyerah pada Aris akan membuat gerakannya benar-benar terkunci dan tak bisa lagi melawan seperti ini.“Kali ini Om pastikan rasanya tidak adakan sesakit tadi malam, Nara.” Sebuah bisikan di dekat telinga Dinara sedikit membuatnya berharap bahwa Aris berkata jujur, sebab ia belum tak sanggup membayangkan jika sakit yang semalam akan kembali terulang lagi pagi ini sementara ia tak bisa menghindar.“Rileks, Nara sayang. Seperti tadi malam saat Nara menyerah.” Dan bisikan itu kembali membuatnya meremang. “Atau apa perlu video call Oma lagi biar Nara serileks sekarang.”“Jangan, Om!” Tentu saja ia menolak, bagaimana mungkin Aris menawarkan menelpon Oma Lili sementara ia sedang tak mengenaka selembar kain pun.Dinara memejamkan
Read more

Bab 92

Sejak malam di mana Dinara menyerahkan dirinya, hubungan Aris dan Dinara pun semakin berkembang pesat. Oma Lili yang sudah pulang dari rumah sakit semakin bahagia melihat perkembangan hubungan Aris dan Dinara. Tanpa harus menanyakan detailnya, Oma Lili sudah bisa menduga bahwa hubungan keduanya sudah menghangat, termasuk hubungan ranjang. Jauh berbeda dengan kebohongan yang di awal pernikahan Aris dan Dinara sangat kentara meski mereka berdua sudah berusaha menyembunyikan.Dari orang kepercayaannya, Oma Lili pun tak lagi menerima laporan tentang Kenzo atau pun Alea. Maka wanita tua itu kini meyakini bahwa perjodohan yang dipaksakannya ini sudah berhasil dan diterima oleh anak angkat dan cucu kandungnya itu.“Jangan tidur di kamar Nara lagi,” ucap Oma Lili pagi ini ketika Aris dan Dinara yang beberapa hari sejak ia kembali dari rumah sakit kembali menemani Oma Lili di istananya, lalu pagi ini akan kembali ke rumah mereka.Aris dan Dinara saling berpandangan.“Kamu pemilik rumah itu sek
Read more

Bab 93

“Om,” panggil Dinara ragu-ragu. “Apa Om ke Alea juga kayak gini?” tanyanya sebelum Aris merespon panggilannya.Aris mematung sebelum kemudian memasang wajah kesalnya. Pertanyaan seperti ini bukan pertanyaan pertama Dinara, gadis itu bahkan sudah menanyakannya sesaat setelah menyerah pasrah di bawah kungkungan tubuh Aris.“Jangan melompat pagar, Sayang.” Aris membelai pipinya. “Nikmati saja apa yang seharusnya Nara nikmati.”Sebuah jawaban yang tentu saja belum benar-benar bisa dianggap sebagai jawaban oleh Dinara. ***“Jangan berjalan semaunya tanpa pakaian, Om!” pekik Dinara ketika mendapati Aris keluar dari kamar mandi lalu berjalan menuju walk in closet tanpa satu pun penutup tubuh.“Sepertinya mereka lupa naruh handuk di kamar mandi, Nara. Om nggak ketemu handuk di dalam kecuali handuk Nara yang ada gambar bonekanya itu.”Dinara mengeryitkan kening sesaat, mengingat kembali handuk putih bergambar hello kitty yang waktu itu dipakai Aris dan ia menertawakannya sepanjang hari.“Iya.
Read more

Bab 94

“Omelet lagi, Om?” Aris tengah menyibukkan diri di dapur ketika Dinara datang menghampiri.“Ck! Pakai pakaian yang bener, Nara!” Aris mendelik sekilas sebelum kembali memunggungi Dinara dan menyibukkan diri dengan alat masak di tangannya.Dinara menunduk, memperhatikan pakaian yang dikenakannya. Setelan kaos ketat dengan hot pants yang memang menjadi pakaiannya sehari-hari. Akan tetapi, belakangan ini sejak ia dan Aris benar-benar terlibat hubungan sebagai sepasang suami istri, ia selalu mendapatkan protes dari Aris menganai pakaian rumahnya ini.“Nyaman pakai ini, Om. Lagian baju rumahan Nara dari dulu emang seperti ini.”Aris kembali menoleh, tetapi aroma omelet yang sedang dibuatnya membuat pria itu lebih memilih berkonsentrasi pada kompor listrik di hadapannya. Dinara menatap punggung lebar Aris, kaos putih berpadu dengan celana pendek berwarna biru yang dikenakan Aris membuat otot-otot lengan dan kaki Aris terlihat begitu menarik. Buru-buru Dinara menggeleng ketika pikirannya den
Read more

Bab 95

Sayangnya, meski ia dengan gampang bisa menebak sampai di mana hubungan Aris dan Dinara sekarang, tetapi Aris juga sangat nampak memperlihatkan hal itu di depannya. Ia memang sudah saling berjanji untuk kembali berteman, seperti hubungan mereka sebelum menjalin asmara, tetapi jejak-jejak kebersamaan itu masih sering membayangi Alea, meski mungkin Aris sudah melupakan itu.Alea masih ingat bagaimana ketika itu Aris memintanya menemani ke sebuah pusat perbelanjaan, hanya untuk meminta tolong padanya memilihkan beberapa pakaian untuk Dinara.---“Mataku sepet ngeliat baju-baju rumah Nara, Lea. Kaos ketat dan hot pants melulu. Padahal di rumah ada pekerja-pekerja laki-laki. Tolong kamu pilihin baju-baju harian yang lebih sopan.” Begitu permintaan Aris waktu itu saat meminta Alea menemaninya.“Tapi aku nggak tau selera Nara.” Alea beralasan.“Pilihin aja, Nara pasti suka seleramu.”“Mas Aris tau dari mana?”“Nebak aja. Kayaknya selera kalian sama, sih. Atau setidaknya ada kesamaan. Lagian
Read more

Bab 96

“Lagi ngantar Mbak Alea.”Kalimat Pras terus terngiang di telinga Dinara. Dua manusia yang pernah dan bahkan mungkin masih saling cinta, masih bertemu setiap hari saja Dinara kadang pusing memikirkan bagaimana interaksi Aris dan Alea. Aris sering meminta izin ke ruang kerjanya saja setelah menyelimuti tubuhnya sudah membuat pikiran Dinara tak karuan. Lalu sore ini ia mendengar kabar bahwa Aris sedang mengantar mantan kekasihnya.Dinara menelan ludahnya kasar. Apa ia sedang cemburu? Ah, ia bahkan tak mengerti seperti apa rasa cemburu itu. Apa ia sudah jatuh cinta pada pria dewasa itu? Rasanya ia pun tak pernah membayangkan akan jatuh cinta pada Aris yang selama ini hanya dianggapnya sebagai pengganti Papinya. Lalu mengapa ia segelisah ini? Bahkan berkali-kali meminta pada Pras untuk lebih cepat lagi melajukan kendaraannya.Sebuah perintah yang terlontar darinya pada Pras beberapa saat yang lalu bahkan tak terbayangkan oleh Dinara. Sebab ia dengan spontan meminta Pras menyusul Aris ke r
Read more

Bab 97

Ciuman ringan itu mendarat di kening Dinara. Tentu saja pria di balik kemudi itu yang melakukannya.“Kenapa ke sini? Seminarnya selesai lebih cepat?”Dinara menatap bingung, tetapi ia juga memiliki hal yang ingin ditanyakannya.“Kenapa Om Aris nggak balas pesan Nara?”Aris meraih ponselnya di atas dashboard. “Nih! Kehabisan beterai tadi. Emang Nara kirim pesan apa?”Kekesalan makin menguasai gadis itu. “Kenapa suruh Pras yang jemputin?”“Biar Pras yang nungguin di sana, Om nggak suka nunggu lama di parkiran kampusmu. Apalagi kalo ketemu sama anak ingusan yang waktu itu berani nyiumin Nara di kampus.”“Karena Om mau anter Alea, kan?”Aris menoleh ke arah rumah Alea, gadis itu masih berdiri di sana menunggu kendaraan tamunya meninggalkan pekarangan rumah orang tuanya.“Iya. Om ada utang penjelasan ke ayahnya.” Aris mulai melajukan kendaraannya meninggalkan rumah Alea.Hening menguasai keduanya beberapa saat, hingga Aris meraih tangan kanan Dinara dan membawa tangan mulus itu ke depan hi
Read more

Bab 98

“Pakai baju apaan itu, Nara!” Aris menyipitkan mata melihat kaos ketat dan hot pants yang lagi-lagi menjadi pilihan Dinara pagi ini.“Ya baju Nara, Om.” Dinara menjawab santai, berhenti sesaat menatap omelet di piring Aris. “Omelet lagi, Om?” tanyanya sambil menari kursi makan di sebelah Aris.“Om lagi nggak bahas omelet. Itu. kenapa pakai baju itu lagi! Bukannya Om sudah beliin baju rumah berapa lusin.” Kali ini suara Aris meninggi.“Enak aja makai beginian, Om.” Dinara menarik piring, sajian di meja makan begitu menggoda seleranya, kecuali omelet di hadapan Aris tentu saja.“Balik ke kamar! Jangan muncul di meja makan sebelum pakaianmu dibenerin!” Aris menarik kembali piring Dinara yang memang masih kosong.“Nara lapar, Om!”“Ganti bajunya! Jangan muncul di depan Om dengan pakaian seperti ini!” Aris menunjuk tepat di dada Dinara yang membusung terbungkus kaos ketat.Menyadari bahwa bentakan dan permintaan Aris bukan main-main, Dinara berdiri dengan kasar, menghentakkan kakinya di la
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status