All Chapters of Bukan Gadis Simpanan Sugar Daddy: Chapter 71 - Chapter 80

102 Chapters

71. Salah sangka

Malam semakin larut, udara dingin terasa menggigit kulit. Lucia masih terjaga disaat semua orang lelap dalam tidurnya. Dilema antara janin dalam kandungan dan pernyataan perasaan Danzel membuatnya matanya sulit terpejam.Suara ketukan pintu membuatnya bergidik takut. Gadis itu melirik jam di atas nakas yang menunjukan pukul 01.00 a.m, sangat larut menerima kehadiran seseorang, sehingga Lucia membungkus rapat tubuhnya dengan selimut penuh dengan antisipasi, namun seseorang misterius di luar ruangan kembali mengetuk pintu yang membuat ketakuan Lucia bertambah. Lucia pun menahan diri untuk berada di posisinya sekarang, berharap seseorang di luar ruangan akan bosan menunggu dan pergi. "Lucia," terdengar suara pria yang tidak asing baginya dari arah pintu. "Ini aku, Danzel, buka pintunya," kembali pria itu berucap dengan suara berbisik, namun sampai di telinga Lucia. Lucia menghela nafas lega setelah dia tahu Danzel lah yang ada di balik pintu. Dengan sederet pertanyaan di kepala, gadis
Read more

72. Cinta akan datang karena terbiasa

Apa yang akan kau lakukan jika seseorang masuk ke dalam hidupmu dan bersedia memberikan segala yang kamu inginkan? Apakah kau akan sepenuh hati membalas perasaannya? Tetapi, bagaimana jika serpihan masa lalu terus mengiringi kehidupanmu saat ini? Ibarat akar pohon yang mencederai kakimu, sehingga kau kesulian untuk melanjutkan langkah. Lucia berusaha bersikap tenang meski sangat sulit. Dia menyadari bahwa Danzel adalah penyebab para wanita melempar tatapan tak suka padanya. Seharusnya dia merasa behagia karena pria yang saat ini memegang tangannya adalah pria idaman para wanita, tetapi rasa ketidak nyamanan lebih dominan menguasai hatinya dari pada perasaan bangga karena menjadi perempuan pilihan Danzel. Gestur kegelisahan Lucia tanpa sadar diketahui oleh Danzel, tetapi pria itu justru semakin erat menggenggam tangannya dan berbisik tepat di telinga gadis itu,"Aku harap kau mau bersabar, ketidak nyamanamu hanya sementara Lucia. Rasa cinta akan tumbuh semakin besar jika kita sering
Read more

73. Lakukan tanpa harus mengotori tanganku

Derap kaki sepasang kekasih yang baru saja memutuskan untuk berpacaran terdengar menggema di lorong mess pekerja yang saat itu sangat sepi. Keduanya berjalan bergandengan dan baru berhenti saat tiba di depan pintu bertuliskan angka 058.Danzel mendengkus menatap pintu bertuliskan angka 058 itu, karena benda itu lah yang akan mengakhiri kebersamaan mereka malam itu. "Aku benci akan ada saat seperti ini." Pria itu menggenggam kedua tangan Lucia dengan raut melankoli, seakan mereka akan berpisah dalam waktu lama. Lucia mengerling ke arah tangannya yang berada dalam genggaman Danzel sebelum akhirnya menatap wajah pria itu dengan tersenyum yang tidak sampai di hati. Entah mengapa Lucia tidak merasakan bahwa keduanya sudah menjadi sepasang kekasih sekarang. "Jangan bersedih, masih ada banyak waktu untuk kita bertemu kembali." Ucap Lucia sembari menepuk lengan Danzel dengan terpaksa. Dimulai dari hal kecil, Lucia harus bisa memandang Danzel sebagai kekasihnya meski itu tidak mudah. "Kau
Read more

74. Sifat seseorang dapat berubah karena uang

Karakter sejati seseorang memang tidak dapat diukur dari banyaknya uang yang dimiliki. Tetapi, terkadang uang juga dapat menjadi cerminan jiwa seseorang. Saat seseorang dihadapkan pada sejumlah besar uang, bisa saja sikapnya dengan cepat berubah. Malam itu, tepatnya pukul 02.30 a.m. adalah waktu dimana orang-orang begitu nyinyak dalam tidurnya setelah mereka menghadiri pesta ulang tahun nyonya Austin yang angkuh. Bence yang begitu jeli dengan situasi tersebut menganggap dini hari itu adalah peluang emas baginya untuk menghabisi nyawa Lucia. Pria itu langsung menelusuri grup pecinta reptil di media sosial untuk membeli sebuah binatang berbisa demi imbalan uang yang Clarie janjikan.Bence yang sedang berjaga sendiri mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan buku jarinya. Berulang kali pria itu melihat jam yang melingkar di tangannya, berharap pemuda yang bersedia menjual ular kepadanya segera datang menemuinya. Setelah empat puluh lima menit menunggu, terdengar deru kendaraan dari kejauhan
Read more

75. Pengorbanan yang indah dari seorang ibu muda

Adam Adelard datang ke klinik dengan pakaian tidur membalut tubuh. Ada seseorang yang sedang membutuhkan bantuan medis, pakaian yang melekat pada tubuhnya tentunya tidak terlalu penting untuk saat ini. Persetan dengan pikiran orang yang akan mengklaim pakaiannya tidak mencerminkan sikap profesional sebagai seorang dokter.Adam memasuki ruang pemeriksaan klinik bersamaan tiga orang pria yang baru saja mengantar Lucia di sana. "Kami sudah membaringkannya, dokter. Permisi." Ucap salah seorang dari tiga pria yang membawa Lucia ke klinik, sebelum akhirnya undur diri dari hadapan pria itu. Adam hanya membalas anggukan kepala, dia segera menyibak gorden untuk melakukan tugasnya sebagai dokter. Mata elang Adam menyipit saat melihat tubuh gadis yang terbaring di ranjang dengan wajah pucat. Seketika kepala pria itu menggeleng karena Lucia adalah pasien yang akhir-akhir ini sering datang ke klinik. "Lagi-lagi kau, nona Lucia." Gumam pria itu sembari menarik dan menghembuskan nafas sebelum akh
Read more

76. Pelaku di balik kemalangan yang dialami Lucia

"Baby, maaf kalau aku terlambat datang." Danzel memegang satu tangan Lucia dan mengecupnya. Pria itu memeluk bagian tengah tubuh Lucia dengan perasaan sedih setelah tahu apa yang menimpa kekasihnya. Seandainya dia tahu Lucia akan mengalami peristiwa nahas malam itu, Danzel akan memilih menghabiskan malam bersama gadis itu semalam suntuk. Itu lebih baik dari pada melihat kekasihnya yang kini terbaring lemah di ranjang pesakitan.Lucia yang saat itu tidur akhirnya terbangun saat mendapati sesuatu menindih bagian tengah tubuhnya. Gadis itu mengulas senyum saat mendapati siapa seseorang yang sedang menyandarkan sisi kepalannya pada bagian perutnya. Dengan hati-hati Lucia menggerakkan tangannya yang tertancap jarum infus dan mengelus dengan lembut rambut Danzel. Pria itu mengangkat kepalanya saat merasakan elusan tangan dari kekasih yang begitu dia cintai. Senyuman menawan gadis itu membuat dada Danzel terasa hangat. Dia pun membalas senyuman gadis itu. "Apakah aku membangunkanmu, Baby
Read more

77. Suara gadis yang sangat dirindukan

Dengan kasar Danzel mendorong pintu yang sedikit terbuka, membuat Clarie terperanjat saat mendengar suara pintu menghantam dinding. Sontak mata Clarie membulat dengan bibir mengangga. Segera ia jauhkan ponsel dari telinga, tidak lagi dia hiraukan Bence yang masih berbicara untuk menangih bayaran yang dia janjikan. "Dengan siapa saat ini ibu berbicara?" Tanya Danzel dengan suara rendah, penuh penekanan. Pria itu berjalan masuk ke kamar orang tuanya, kini keduanya saling berhadapan."Ah, Danzel," gumam Clarie yang mulai terlihat panik. Bibir Clarie tampak membuka dan menutup tanpa mengeluarkan sepatah kata. Danzel melirik pada layar ponsel yang masih menyala di tangan Clarie, yang menandakan sambungan telepon masih berlanjut. Dengan kasar Danzel merebut ponsel Clarie. Amarah saat mengetahui gadis pujaannya nyaris meregang nyawa di tangan ibu kandungnya membuat Danzel tidak menyisahkan sidikit pun tatapan menghormati terhadap wanita itu. Merasa tertangkap basah, Clarie pun tidak mem
Read more

78. Batalkan saja pertunangan ini!

"Lucia, kaukah itu?" ucap Kent saat berdiri dengan jarak setengah meter dari Lucia yang sedang dirias. Seketika tubuh Lucia terpaku setelah mendengar suara berat baritone yang sangat familiar baginya. Jantungnya memompa darah dengan sangat cepat. Rasa panik dan amarah berbaur menjadi satu. Semua perempuan yang ada bersama Lucia menoleh, brush make-up yang hendak dipoleskan ke wajah gadis itu pun terhenti di udara. Melihat aura Kent yang tegas mendominasi, mereka pun merasa segan dan mundur beberapa langkah, memberi ruang untuk pria paruh baya itu mendekati Lucia. "Ke-kent?" ucap gadis itu terbata saat cermin yang dia tatap memantulkan bayangan pria yang sangat dia benci. "Untuk apa kau datang kemari." Seketika kedua tangan gadis itu mengepal, wajahnya yang cantik terpoles dengan make-up tampak mengetat.Kedua tangan pria itu tersimpan di saku celana, matanya turut menatap gadis itu dari pantulan cermin. "Kau terlihat sangat cantik hari ini." Puji Kent dengan nada suara datar. Lucia
Read more

79. Kebahagiaan yang pupus

Semua mata tertuju pada seorang pria paruh baya berparas rupawan yang berjalan mendekati panggung dengan kedua tangan tersimpan di saku celana. "Paman Kent?" Lirih Danzel sembari melempar tatapan bertanya pada Oliver Kent. Lucia menatap kesal pada Kent yang tanpa merasa berdosa menghentikan moment pemasangan cincin tunangan di jari manis kirinya. "Sebaiknya kau hentikan acara pertunanganmu, Danzel. Aku tidak yakin jika kau benar-benar bisa menerima gadis itu sepenuhnya setelah kau tahu salah satu fakta tentang gadis itu." Kedua sudut bibir Kent naik, membentuk seringai menyeramkan bagi Lucia. Gadis itu melempar tatapan laser yang sama sekali tidak membuat Kent gentar.Seketika wajah Lucia memucat. Keringat dingin membasahi dahi dan telapak tangannya. Apa yang akan Kent katakan di depan semua orang? Semoga bukan fakta tentang dialah ayah biologis dari anak yang dia kandung. Batin Lucia terus merapal doa. "Jangan dengarkan dia, kita lanjutkan saja, Danzel." Panik Lucia sambil berus
Read more

80. Pikirkan tentang anak kita

Seketika kedua mata Lucia terbelalak setelah mendengar suara pria yang baru saja turun dari mobil. Pria itu berjalan cepat dan meraih tangannya. "Lepaskan aku!" Lucia meronta sekuat tenaga, sekuat apapun dia meronta tetap saja tangannya tidak dapat terbebas dari cengkraman pria berbadan kekar tersebut. Pria itu justru memeganginya lebih kuat lagi. "Lepaskan aku! Belum puaskah kau menghancurkan semuanya?!" Pria itu hanya bergeming. Melihat tantrum Lucia yang tidak menunjukan tanda akan mereda, dengan paksa dia menggendong tubuh Lucia dan memasukkannya ke dalam mobil."Lepaskan aku!" Pekik Lucia sembari memukuli bahu pria itu. "Ikutlah denganku. Diluar terlalu berbahaya untuk gadis sepertimu." Kent mendudukkan Lucia di kursi penumpang belakang dan langsung mengunci pintu mobil tersebut. "Keluarkan aku! Asshole!" Umpat Lucia sembari mengetuk kaca mobil dari dalam. Untuk sesaat Kent merasa kagum. Dari mana Lucia belajar kosa kata itu? Pria itu berjalan memutari bagian depan mobil,
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status