Home / Pernikahan / Bukan Gadis Simpanan Sugar Daddy / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Bukan Gadis Simpanan Sugar Daddy: Chapter 91 - Chapter 100

102 Chapters

91. Di luar terlalu berbahaya untukmu

Setelah berhasil melarikan diri dari kerumunan pengunjung mall, Arvie dan Max segera melajukan mobilnya menjauh dari area tadi. "Sial, aku tidak tega melihat gadis tak berdosa itu meringis kesakitan. Kalau saja dari awal aku menolak ajakanmu." Sesal Arvie sembari tetap fokus mengemudi. "Sudahlah, bukan saatnya saling menyalahkan. Aku akan menghubungi Eryk terkait hal ini." Max segera mencari nomor Eryk pada daftar kontak dan langsung menekan simbol telepon berwarna hijau begitu nomor yang dia cari ketemu. Pada dering pertama Eryk langsung mengangkat teleponnya, dia yakin jika sahabatnya itu tak sabar menunggu kabar dari mereka. "Bagaimana? Apakah kalian berhasil membawanya?" Eryk langsung menyodorkan pertanyaan begitu mengangkat telepon. Hal itu membuat Max menarik nafas berat. Mendengar suara tarikan nafas berat Max, Eryk tahu bahwa hal yang tidak menyenangkan sedang terjadi. "Maafkan kami. Lucia terjatuh saat kami mengejarnya." ucap Max dengan helaan nafas lelah. "Dia terjatu
Read more

92. Aku tidak sudi berurusan dengannya lagi

Dering ponsel menarik perhatian Kent dan Lucia yang sedang bemesraan di atas ranjang. Kent meraih benda pipih tersebut, namun memilih untuk mengabaikannya setelah melihat ID caller di layar ponsel."Kenapa tidak kau angkat?" Alis Lucia bertaut saat melihat sekelibat kegelisahaan bermain di balik wajah Oliver, dan pria itu memilih untuk mengabaikan penggilan telepon tersebut."Dari Eryk. Dia pasti menanyakan keberadaanku saat ini." Lucia mendesah. Dia mulai resah. Bayangan tentang Eryk dan para sahabatnya menyisahkan trauma mendalam bagi gadis itu. Dia takut berjauhan dari Oliver, sebab dia tahu, kejadian serupa tadi siang bisa saja terulang."Karena saat aku mengklarifikasi pada media, aku juga berjanji padanya untuk tidak lagi berhubungan denganmu. Itulah yang membuat berita kedekatan kita di media lenyap begitu saja. Eryk bersedia membersihkan semua pemberitaan tentang kita bila aku bersedia memutuskan hubungan kita, Lucia." Lucia semakin mengeratkan pelukannya pada lengan kiri Ke
Read more

93. Kembali menjadi Hostess

Lucia turun dari taxi yang dia naiki di depan sebuah restaurant cepat saji. Sebenarnya dia ingin melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Toronto, tetapi mengingat tidak ada seseorang spesial yang akan dia jumpai di kota asalnya, gadis itu pun mengurungkan niatnya. Abaikan segala pikiran tentang Toronto! Mengisi perutnya yang terus menagih untuk diisi jauh lebih penting saat ini. Bisa saja saat dia makan di dalam restaurant nanti seseorang memberinya info lowongan pekerjaan. Segala sesuatu sangat mungkin untuk terjadi. Dengan optimis gadis itu menyeret kopernya memasuki restaurant tersebut. "Permisi, Miss, silahkan katakan apa yang ingin anda pesan." Sapa seorang pelayan dengan sangat ramah selang 3 menit Lucia mendaratkan pantat di sebuah kursi. Gadis itu tersenyum, dia kembali mendapatkan sapaan ramah oleh orang asing di luar. Kini dia sadar, tidak semua hal di luar ruangan membahayakan baginya. Bertegur sapa dengan pria asing di hadapan rasanya cukup menyenangkan. Rasanya sudah l
Read more

94. $300 untuk sekali pertemuan

Pengunjung pria di Moonlight Lounge berkali lipat lebih banyak semenjak Lucia bekerja sebagai hostess di sana. Isabella cukup puas dengan kinerja anak buah barunya tersebut. Promosi Lucia atas brand-brand minuman beralkohol selalu berhasil. Bahkan beberapa pengunjung yang rata-rata berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas tidak segan memberi gadis itu tip untuk setiap minuman yang Lucia tuang ke dalam gelas mereka. Lucia berjalan menuju samping meja bartender, tempat dimana para hostess berkumpul. "Good job, Lucia." puji Isabella sambil mengipas lehernya dengan kipas tangan yang selalu dia bawa. Senyum masih tersungging di wajahnya. Tidak hanya paras cantiknya yang membuat para pengunjung pria tertarik, tetapi gadis itu melayani para pengunjung dengan sangat baik."Thank you, Ma'am." jawab Lucia dengan senyum ramah, tanpa memperlihatkan kepada rekan hostess lain betapa superiornya dia dalam pekerjaan yang dia geluti. "Duduk, Lucia, jangan berdiri terlalu lama." ucap Hilda yang m
Read more

95. Aku bersedia bertanggung jawab atas bayi yang kau kandung, Lucia!

"Dimana Lucia?" Eryk langsung menyodorkan pertanyaan itu kepada Helena yang baru saja membukakan pintu apartemen untuknya. Helena sedikit terlonjak saat melihat siapa pria yang ada di hadapannya. Dahi gadis pelayan itu mengerut. Melihat dari gesture Eryk, sepertinya pria itu tahu bahwa sebelumnya Lucia pernah tinggal disana. "Nona Lucia tidak ada di tempat ini, Tuan." jawab Helena dengan pembawaan tenang dan terlatih."Jangan berbohong!" Teriak Eryk sembari berjalan melintasi Helena yang masih berada di ambang pintu.Pria itu memeriksa semua bagian apartemen untuk mencari keberadaan Lucia. Namun dia menggeram kecewa setelahnya karena tidak menemukan gadis yang dia cari. "Dimana kau menyembunyikannya?" wajah pria itu semakin mengetat yang kian membuat Helena menciut. "Nona Lucia tidak ada di sini, Tuan. Sungguh." Jemari Helena saling memilin dengan raut gelisah, sebisa mungkin gadis itu tidak mengatakan bahwa Lucia memang sempat tinggal di apartemen itu.Eryk menatap penuh selidik
Read more

96. Gadis hostess hamil bergaun merah

Jovan berjalan dengan malas saat kembali ke mobilnya. Dia tidak menyangka atasannya memberi tugas yang sangat rumit untuk dia jalani; mencari keberadaan si gadis keras kepala. Ottawa cukup luas, sehingga mencari Lucia bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami, sangat sulit. Dengan kondisi finasial Kent, Jovan yakin bahwa asannya tersebut pasti bisa menemukan wanita yang jauh lebih sempurna dibanding gadis labil itu. Karena seperti yang kebanyakan orang tahu, ada banyak wanita di dunia ini. Tetapi mengapa seorang Oliver Kent Silverlake harus menjatuhkan hati dengan gadis yang usianya terpaut jauh? Pria itu berjalan mendekati sekelompok remaja yang baru saja keluar dari sebuah restaurant cepat saji untuk melakukan pekerjaan yang cukup bodoh seperti yang dia lakukan selama berhari-hari; menanyakan apakah orang tersebut pernah melihat gadis yang ada dalam foto di yang dia pegang. "Permisi," sapanya dengan wajah datar, jauh dari kesan bersahabat pada segerombolan remaja pria di hadapa
Read more

97. Apa yang kau lakukan bersama para pria itu?

Kent sedang menikmati udara malam di balkon kamarnya ditemani secangkir kopi yang sudah mendingin. Entah mengapa, kedua matanya sulit sekali terpejam walau seharian itu dia sibuk dan merasakan lelah yang teramat. Ucapan yang Lucia sampaikan melalui para bawahannya selalu terngiang di telinganya.Dering ponsel dari dalam kamar terdengar nyaring saat suasana sunyi, sehingga Kent dapat mendengarnya dengan sangat jelas. Kent segera mengambil benda tersebut dengan sedikit tergesa, berharap telepon tersebut berasal dari Jovan yang memberinya kabar tentang keberadaan Lucia. Tepat seperti dugaannya, nama Jovan tertera sebagai ID Caller, namun sungguh di sayangkan, panggilan telepon berakhir sebelum Kent sempat mengangkat telepon tersebut. Kent menyipitkan mata setelah membuka ponselnya. Jovan sudah terlebih dulu mengiriminya pesan sebelum meneleponnya. Mungkin bawahanya tersebut menelepon untuk sesuatu yang bersifat urgent, mengingat dia telah menegaskan untuk tidak menghubunginya selama Jov
Read more

98. Jadikan aku lelaki keduamu setelah ayahku!

"Turunkan aku!" pekik Lucia ke sekian kali, namun tetap Kent abaikan. Pria itu terus saja fokus pada jalanan di depan. "Pria manipulatif, licik, kau hanya menahanku demi dapat melampiaskan nafsumu setelah kau lelah dengan pekerjaanmu! Kau bahkan memperlakukan aku seperti wanita simpanan!" Setiap umpatan yang keluar dari mulut Lucia membuat dahi Kent mengerut. Ternyata seburuk itu penilaian Lucia atas dirinya, sehingga gadis itu berulang kali menyebut bahwa dirinya pria manipulatif. Dan apa tadi? Gadis itu berkata bahwa Kent selama ini sengaja menahannya hanya untuk memuaskan nafsu? Kent akui, hasratnya memang mudah bergejolak setiap kali berdekatan dengan Lucia, tetapi bukan hanya karena alasan itu Kent menahannya!Segera pria itu meminggirkan mobilnya di sebuah bahu jalan. Pria itu melepas seat beltnya yang seketika membuat Lucia merasa takut, takut jika pria itu melepas seat belt dan berpindah duduk ke kursi penumpang belakang untuk menamparnya yang sudah dengan lancang memaki Ke
Read more

99. Jangan lupakan bagianku

Tidak ada yang lebih bahagia dari pasangan Lucia dan Oliver yang baru saja mengikrarkan janji sehidup semati. Semua terasa seperti mimpi bagi Lucia. Hari itu adalah hari membahagiakan dalam hidupnya karena resmi menyandang nama Mrs.Silverlake. Semua pasang mata menyaksikan adegan ciuman yang dilakukan sepasang mempelai yang berlangsung cukup lama, yang semakin menghidupkan suasana romatis di hari itu."Beberapa paparazi membidik ke arah kita, Kent," ucap Lucia lirih setelah keduanya mengahiri sesi berciuman. Namun respon dari pria yang baru saja resmi menjadi suaminya membuat dahinya berkerut. "Ya, lalu?" Oliver terlihat sngat tenang, Lucia tidak menemukan keraguan di wajah pria itu. Kent menatapnya dengan teduh dan semakin terang-terangan memperlakukan Lucia dengan mesra di depan banyak orang. "Bagaimana jika yang kau takutkan terjadi? Nama kita akan kembali menjadi head line di berbagai media sosial, Kent. Semua orang akan kembali menghujat kita." Lucia menundukkan wajahnya dan m
Read more

100. Karma Lisa 1

Tinggal setengah perjalanan lagi untuk tiba di gedung Fregrant Potions, Kent merasakan kegelisahan yang luar biasa tanpa dia ketahui sebabnya. Pria itu merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya dan hendak menanyakan keadaan Lucia. Dan di saat itulah baru ia sadari bahwa ponselnya masih tertinggal di rumah. "Putar balik, ponselku tertinggal di kamar." perintah Kent yang langsung di kerjakan Robin saat itu juga. Segera mobil yang mereka naiki melaju kembali ke mansion Kent. Jantung pria itu berdegup kencang sehingga membuat kegelisahannya bertambah. Kent berulang kali menarik dan menghembuskan nafas untuk meredakan kegelisahan yang dia alami, namun nampaknya itu sama sekali tidak membantu."Tambah kecepatannya, Robin." pintanya tak sabar ingin segera memastikan keadaan Lucia. Setibanya di mansion, pria paruh baya itu berjalan cepat dan mencari keberadaan Lucia di ruang makan, tempat terakhir kali dia dan gadis itu melewati pagi bersama. Namun tidak dia temukan Lucia di sana, dia
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status