Lucia dan Kent bekerja dalam diam. Sesekali Lucia mencuri lihat ke arah Kent. Darah gadis itu berdesir, jantungnya memompa darah cukup kencang. Dari jarak dekat, gurat usia di wajah pria itu tampak menambah kesan karismatik seorang Oliver Kent Silverlake. 'Hah, Tuan Silverlake. Begitu dingin, tenang, dan menyejukkan.' bain Lucia berbisik. Tanpa disadari Lucia terpana menatap pria itu, sementara tangan dan kakinya bekerja dalam harmoni sembari menggerakkan lap pel. 'Sadar, Lucia. Pria itu bahkan lebih layak menjadi pamanmu!' Kent yang merasa di perhaikan akhirnya menoleh pada satu-satunya gadis yang ada di ruangan bersamanya. "Berhenti menatapku seperti itu, Lucia. Apa kau menemukan keanehan di wajah tampan ini, hmm?" ucap pria itu sembari mengulas sebuah senyuman, sedang satu telunjuknya terarah pada wajahnya. Hal itu semakin membuat degup jantung Lucia tak terkendali. "Ah, sama sekali tidak, Tuan." ucap Lucia dengan ekspresi terkesiap, seraya kembali memperhatikan gerak pel yang
Baca selengkapnya