Semua Bab Bukan Gadis Simpanan Sugar Daddy: Bab 11 - Bab 20

102 Bab

11. Lucia Yang Malang

Di sebuah kamar perawatan, Eryk tampak bosan sembari mengetuk-ngetukkan jarinya pada nakas yang terletak di sebelah ranjang. Sesekali pria itu membuka ponsel untuk membalas beberapa pesan yang masuk dari para wanita yang mengajaknya bersenang-senang. "Arrgh, kalau saja Ayah tidak menyakitinya. Seharusnya kita berada di rumah untuk istriahat malam ini." Eryk mendengus sembari menopang dagu dengan dua telapak tangan. Sementara itu, Kent tampak berdiri di depan jendela dan memperhatiakn gemerlap bintang di langit. Pria itu hanya merespon ucapan putranya dengan senyuman hambar. Semenjak Lucia dipindahkan di ruang perawatan, pria itu terus saja menjaga jarak dari gadis tersebut. Kent merasakan debaran yang menyiksa setiap kali menatap wajah Lucia. "Pulanglah jika kau bosan. Biar aku sendiri yang menunggu hingga gadis itu sadar." dengan tenang Kent berucap, tanpa menoleh ke arah Eryk yang memasang raut bersungut. Setelah ucapan itu lolos dari bibir Kent, seketika Eryk tersenyum dan men
Baca selengkapnya

12. Apa yang Dia Lakukan?

Malam semakin larut dan suasana semakin hening. Hanya suara jarum jam yang terdengar mengisi ruang kamar bergaya vintage yang didominasi dengan warna krem. Diatas ranjang berukuran king terbaring seorang pria yang tak kunjung dapat memejamkan matanya, meski dia telah mencoba berulang kali.Kent menatap foto pernikahannya yang dibingkai besar menutupi sebagian dinding kamar. Memperlihatkan dia bersama Velarie tersenyum bahagia di hari pernikahan mereka. Saat pernikahan itu berlangsung Kent berusia 22. Kent bangkit berdiri dan berjalan mendekati foto tersebut. Pria itu menatap sendu pada wajah Velarie, karena jauh di dalam lubuk hatinya ada perempuan lain yang membuatnya merasakan getaran unik. "Aku akan meyakinkan diriku jika debaran ini muncul karena perasaan bersalah, Velarie. Kau tidak perlu risau, aku berjanji untuk tidak menyanding perempuan lain sepeninggalanmu."Mata Kent terpejam. Pria itu menarik nafas dalam sebelum akhirnya menghembuskannya perlahan. Demi janjinya kepada me
Baca selengkapnya

13. Permainan Belum Dimulai

Luica menutup mulut dan menjauhkan wajahnya saat Kent hendak kembali menyuapkan bubur ke mulutnya. Dan itu membuat dahi Kent mengernyit."Kenapa?" tanya Kent menatap datar pada Lucia."Saya merasa sudah cukup kenyang." Kent melihat mangguk di tangan, tanpa disadari bubur di mangkuk tinggal setengah, untuk seukuran orang sakit, Kent pikir itu sudah cukup. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk menghabiskannya." Kent mengemasi peralatan makan yang semula dipakai, dan meletakkannya di atas nakas. Lucia mengamati pria itu dalam diam. Sebenarnya, apa maksud pria itu berbuat demikian padanya? Setelah sehari sebelumnya membuat gadis itu nyaris meregang nyawa kalau saja Lucia tidak segera di larikan ke rumah sakit. "Mengapa anda melakukan semua ini?" tanya Lucia pada akhirnya setelah sesaat keheningan meruang. Kent yang semula hendak langsung beramitan, akhinya urung beranjak. Pria itu duduk di kursi yang terletak di samping ranjang. Pria itu menipiskan bibir dan menarik nafas dalam s
Baca selengkapnya

14. Pria Psikopat

Eryk mengernyit melihat dua sahabatnya yang pergi dengan langkah tergesa. Pria itu menoleh ke sisi kanan dan kiri tubuh, namun sentuhan Kent pada pundaknya membuat Eryk tersadar. Rupanya wajah mengeras sang ayah yang membuat dua sahabatnya pergi secara tiba-tiba. Eryk mendengus. Kent datang di saat yang tidak tepat. Melihat dari cara Kent menatapnya dingin, sepertinya akan ada pembicaraan serius di antara keduanya. Pria paruh baya itu mengambil posisi duduk di sofa sebelah Eryk. Pria itu menarik nafas dan menghembuskannya berulang kali untuk menenangkan diri, dia tidak ingin berbicara dengan emosi meledak-ledak. Saat hendak masuk menaiki tangga menuju kamarnya, Kent tanpa bermaksud menguping mendengar percakapan tiga pemuda di ruang bersantai. Rencana Eryk untuk menjadikan Lucia mainan dan obsesi Eryk untuk mengambil kesucian gadis polos itu membuat Kent geram. "Katakan saja jika ada yang ingin ayah katakan." ucap Eryk, lalu mereguk minuman dalam gelas hingga tandas. "Gadis itu m
Baca selengkapnya

15. Kent datang di saat yang tepat

Eryk membenturkan kepala Lucia pada nakas di samping ranjang, senyumnya mengembang sempurna, seolah jerit dari bibir mungil Lucia adalah alunan musik merdu yang membelai pendengaran. "Sebaiknya jangan berteriak," desis Eryk sembari membungkam mulut Lucia dengan menyumpalkan baju yang semula dia pakai. Cicitan Lucia seolah lelucon bagi pria itu, ia pun tertawa melihat pemandangan tersebut, sangat menghibur. Pria itu mencengkram dagu Lucia dengan satu tangannya dan menatap mata basah gadis itu lekat-lekat. Senyum di wajah rupawan Eryk terlihat sangat menyeramkan, Lucia kembali merasakan sebuah hal buruk akan kembali terjadi setelah ini. "Mata abu-abu ini sangat menggelitik hati setiap kali aku menatapnya. Dan betapa beruntungnya aku, kini mata ini menjadi milikku seutuhnya," Lucia menggeleng, memohon dengan suara tertahan karena tidak dapat berbicara dengan kondisi mulut tersumpal kain. Eryk mulai mencolokkan satu telunjuknya pada mata kanan Lucia. Gadis itu menjerit, namu
Baca selengkapnya

16. Semoga Ini Pertemuan Terakhir

Keheningan meruang setelah tiga pelayan keluar dari kamar Linda, menyisahkan Kent yang masih berdiri di tempat dan Lucia yang duduk di tepi ranjang. Satu sama lain saling enggan membuka pembicaraan, hingga akhirnya Kent berdeham dan sebuah kalimat lolos dari bibir ranum merah mudanya. "Apakah aku perlu membawamu ke rumah sakit lagi? Aku lihat lebam di wajahmu terlihat bertambah." ucap Kent datar dengan kedua tangan terkepal di dalam saku celana, dia benci dengan dirinya saat ini. Lagi-lagi jantungnya berdebar disaat yang tidak tepat. "Saya rasa tidak perlu, Tuan. Saya bisa pergi ke klinik sendiri nanti." jawab Lucia lalu mengulum bibir setelahnya. Luka akibat kejadian satu minggu yang lalu belum sepenuhnya pulih, dan seseorang kembali membuat gadis itu terluka. Kendati begitu Lucia sangat bersyukur, Tuhan mendatangkan Kent sebagai penolongnya kala itu. Tidak hanya tubuhnya yang terluka, bisa saja kehormatan yang ada di bagian bawah tubuhnya akan koyak jika Kent tidak menghentikan ke
Baca selengkapnya

17. Burger Misterius

Seminggu berlalu setelah kejadian penganiyayaan yang Eryk lakukan terhadap Lucia. Gadis itu masih belum bisa membunuh perasaan rindu yang seringkali datang menerjang. Berulang kali gadis itu melihat layar ponsel, berharap Eryk menghubunginya dan meminta maaf, namun hanya kecewa yang selalu Lucia dapatkan. Tidak satu pun pesan masuk datang dari pria itu. Lucia menatap Henry yang terlelap dengan bibir tersenyum lemah. Gadis itu bangkit berdiri dan mengecup kening sang ayah sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan. Lucia bermaksud mencari pekerjaan hari ini. Uang harus segera terkumpul agar sang ayah dapat kembali menjalani proses cuci darah."Aku pergi, Ayah. Doakan puterimu, semoga aku mendapat pekerjaan yang jauh lebih baik dari sebelumnya." bisik gadis itu dengan suara yang nyaris tak terdengar agar Henry tidak terbangun. Lucia keluar dari ruang perawatan dengan senyum yang dipaksakan. Ia sedang berusaha menguatkan dirinya sendiri saat ini, setelah semalaman tidak dapat tidur da
Baca selengkapnya

18. Harapan yang Pupus

Dari kejauhan Kent tersenyum lega melihat Lucia yang tersenyum lebar seraya mengelus perut kenyangnya. Namun di menit berikutnya, pria itu mengernyit penuh tanya saat melihat Lucia menempelkan ponsel di telinganya. Telepon dari siapa?Dering ponsel yang berbunyi membuat Lucia bersegera meraih benda pipih yang menjadi sumber bunyi tersebut. Layar ponsel yang sering kali terlihat hitam kali ini menyala, menampilkan nama Eryk Orlov sebagai pihak pemanggil. Lucia sangat senang, namun sesaat kemudian dia merasa gelisah mengingat kekerasan yang dia alami beberapa waktu lalu. Haruskah gadis itu mengangkat telepon Eryk? "Hah, sebaiknya aku angkat saja. Bisa saja dia menyesali perbuatannya dan bermaksud meminta maaf kali ini." Lucia tersenyum sembari mengangkat telepon dari Eryk. "Hallo?" sapa Lucia, mata gadis itu terpejam sembari mengucap harapan dalam hati. "Lucia? Kau ada di mana?" tanya seorang pria dari sambungan seberang."Ah ..." Lucia mendesah kecewa. Apa yang dia dengar idak sesu
Baca selengkapnya

19. Merasa Dihianati

Dengan langkah sedikit tergesa Kent memasuki mansion dan menuju ruang bersantai. Tatapan pria itu langsung tertuju pada meja bar di ruang bersantai, lalu mendengus kecewa saat tidak mendapati Eryk berada di bar. "Apa Eryk belum juga kembali, Linda?" tanya Kent kepada satu pelayan yang saat itu tengah membersihkan permadani dengan alat penyedot debu. "Tuan Eryk belum kembali, Tuan." jawab pelayan muda itu yang menyempatkan diri menatap tuannya, sebelum akhirnya kembali menunduk untuk melakukan pekerjaanya. Mendengar jawaban Linda, Kent lantas mendengus sembari memijit pelipis yang terasa berdenyut. Pria paruh baya itu lantas berjalan dan mengambil posisi duduk di meja bar, tanpa niat mengambil minuman untuk dirinya sendiri. "Apa perlu saya menuangkan minuman untuk Anda, Tuan?" tawar Linda seraya berjalan mendekat. "Tidak Linda. Tidak perlu." jawab Kent singkat sembari mengetukkan buku jarinya di atas meja bar. Wajah pria itu terlihat gusar. "Ah, baiklah." ucap Linda sebelum akhin
Baca selengkapnya

20. Kali ini aku yakin kalau kau menyukainya!

Lisa tersenyum puas saat terbangun dari tidur dan mendapati wajah pria yang dia cintai saat pertama membuka mata hari itu. Perempuan itu melarikan jemarinya di atas dada telanjang Eryk yang bidang dan sedikit berbulu. Namun tak lama setelah itu, dering ponsel menarik perhatiannya. Dengan enggan, karena rasa kantuk yang masih bergelayut, Lisa bangkit untuk mengambil ponsel Eryk yang seolah berteriak memaksa si pemilik ponsel untuk memenuhi panggilannya. Lisa mengambil benda tersebut dari atas nakas. Alis gadis itu seketika bertaut saat mendapati nama Lucia sebagai penelepon. Lucia? Mungkinkah yang saat ini menelepon Eryk adalah Lucia saudara kandungnya? Atau mungkin gadis lain yang kebetulan memiliki nama sama? Sederet pertanyaan memenuhi kepala Lisa. Namun siapa pun perempuan bernama Lucia yang saat ini menelepon pacarnya, tetap saja gadis itu tidak terima, seketika perasaan cemburu mengambil alih dirinya. Sehingga Lisa membuka log panggilan di ponsel Eryk untuk mencocokan nomor pe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status