Mas Haikal masih merenung dengan tatapan kosong, hati ini begitu penasaran apa yang sudah terjadi padanya?"Ya sudah kalau ga mau cerita, aku mau berangkat sekarang!"Ia mencekal pergelangan tanganku, sepertinya cara ini berhasil untuk membuatnya bersuara."Aku kesel! Ternyata Neneng sudah ga orisinil lagi, masih mending kamu," ujarnya sambil merengut.Ingin sekali aku tertawa terbahak-bahak. Namun, kutahan demi menjaga wibawa, padahal sejatinya dalam hati aku bersorak ria.Rasain! Emang enak!"Kasian banget sih kamu, Mas," tuturku sambil menyunggingkan sebelah bibir, Mas Haikal mendelik menanggapi experesiku yang seolah mengejek."Kamu berdosa, Mas, menceritakan aib istri sendiri, nikmati saja bukannya Neneng itu wanita pilihanmu, dia itu masih muda, cantik dan katanya subur, ga kaya aku yang berusia hampir kepala tiga," cerocosku sambil memainkan ponsel.Kini, ada tembok yang menjulang tinggi diantara kami tembok itu menciptakan jarak yang terbentang jauh, tak ada lagi kehangatan se
Read more