Share

Bab 3

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 

Dengan malas kulihat Mas Haikal mengangkat tubuh mungil Neneng ke atas sofa, sedangkan ibu sibuk mengambilkan air dan minyak kayu putih.

 

Beberapa menit kemudian mata Neneng yang dihiasi bulu mata anti badai itu mengerjap lalu terbuka sepenuhnya, ia memandang kami satu persatu.

 

"Kamu ga apa-apa'kan, Neng?" tanya ibu.

 

Entah mengapa aku belum ingin beranjak pergi, masih asyik menonton drama gratisan yang lebih seru dari drama Korea yang sedang hits saat ini.

 

Wanita bertubuh pendek dan mungil itu bergegas bangun, menatapku laksana seorang musuh.

 

"Apa maksud Teh Mutia membuat Aa Haikal ga punya kerjaan?! Teteh jangan egois! Kalau dia ga kerja gimana mau nafkahin Eneng," ujarnya ketus.

 

"Itu bukan urusanku, Neneng! Bukannya kamu cinta sama Mas Haikal, terima dia apa adanya dong."

 

Aku melipat tangan di dada, berdiri dengan pongahnya, sedangkan Neneng kulihat semakin memanas.

 

"Dia itu orang Sunda! Panggil dia Aa," ujarnya sambil mendelik.

 

Bodo amat!

 

"Haikal, apa bener yang dikatakan Mutia?" kini ibu yang bertanya.

 

Sepertinya ia mulai panik, takut kehilangan uang belanja fantastis yang setiap bulan ia nikmati, untuk foya-foya, berbelanja dan mentraktir teman-temannya.

 

"Iya, Bu, ini semua demi menuruti perintah Ibu 'kan, Mutia mengajukan syarat itu." Mas Haikal menunduk dalam, ada gurat putus asa di wajahnya, mengingat di saat seperti ini sangat sulit mencari pekerjaan di luar sana.

 

"Terus kalau kamu nganggur nasib kita gimana? kamu juga Mutia, tega banget menelantarkan suami sendiri," ujar ibu masih dengan nada santai.

 

"Aku ga ridho kalau Neneng ikut menikmati hasil jerih payahku selama ini, emang dia siapa? kalau Neneng mau nikah sama Mas Haikal, itu berarti dia harus siap mulai merintis semua usaha dari nol, jangan mau enaknya aja dong!" 

 

Dengan tegas kuucapkan kalimat menyakitkan itu, membuat Neneng dan ibu saling berpandangan, mereka nampak kesal dan putus asa, rasanya puas sekali bisa menyaksikan kebingungan mereka.

 

Wanita itu harus tahu diri siapa posisinya di sini, ia hanya selir tak mungkin bisa menggeser kedudukan ratu sesungguhnya.

 

"Teteh mah pelit ya ternyata, pantas aja Allah ga kasih anak sampai sekarang, ya begini pelit," cetus Neneng sambil mendelik.

 

Mendengar ucapannya barusan hati ini bergemuruh hebat, ia telah menghinaku habis-habisan, baiklah jika begini itu artinya ia sudah menyeretku ke medan peperangan.

 

Peperangan memperebutkan posisi ratu yang sesungguhnya, walau terdengar konyol tapi aku tak ingin pergi dan menyerah begitu saja, terlebih Mas Haikal pun masih menapakkan rasa cintanya.

 

Terlihat jika cintanya masih lebih besar untukku dibandingkan dengan wanita cempreng itu.

 

"Kalau aku pelit, terus kamu apa? ... benalu? iya bener benalu yang numpang hidup enak sama kakak madunya." Aku tersenyum penuh kemenangan, terlebih saat melihat rona wajahnya berubah kesal.

 

"Kamu jangan gitu, Mutia! Gini-gini juga Neneng itu wanita yang akan mewujudkan cita-cita Haikal menimang seorang anak, hargai dia!" sela ibu membela menantu tersayangnya.

 

Oh ternyata wanita yang selama ini berlaku ramah dan manis padaku itu telah berpindah haluan.

 

"Kok Ibu udah mendahului Tuhan, yakin banget gitu kalau Neneng bakal hamil, anak itu murni urusan sang khalik jika dia ga berkehendak memberi ya ga akan punya, Ibu ini gimana sih, tiap Minggu bolak-balik pengajian tapi hatinya ga bertauhid," jawabku dengan nada santai.

 

Beberapa detik kemudian wajah ibu berubah merah, bak seekor kepiting rebus, lidahnya setajam silet, maka aku pun akan membuat lidah ini setajam belati, sanggup mengiris hati siapa saja yang mencoba mengusik kenyamanan diri.

 

"Ibu yakin karena dia masih muda, rahimnya pasti subur, lihat saja beberapa bulan ke depan ibu bakal menimang cucu, kamu itu ga ngertiin perasaan mertua" timpalnya ketus.

 

"Sudah jangan bertengkar lagi! Sekarang lebih baik Ibu dan Neneng pulang dari pada bikin ribut," timpal Mas Haikal melerai peperangan dingin ini.

 

"Eneng ga mau pulang kalau engga sama Aa!" ujar wanita itu dengan suara cemprengnya.

 

"Semalam aku sudah bersamamu, sekarang waktuku bersama Mutia, aku harus adil! Istriku itu bukan kamu saja," jawab Mas Haikal tegas.

 

Hati ini nyeri membayangkan pekataan Mas Haikal barusan, jiwa dan raganya kini terbagi dua, aku harus siap melewati malam yang dingin seorang diri, kala Mas Haikal bermalam dengan wanita itu.

 

Tak sanggup lagi berada di sini, gegas aku naik ke lantai atas mengambil sesuatu yang tertinggal lalu kembali turun.

 

"Ingat ya, Mas! Benalu itu harus segera pergi dari rumahku! Aku pergi dulu," bisikku, Neneng terlihat membulatkan mata, mungkin ia mendengar perkataanku barusan.

 

*

 

Matahari mulai terik, beberapa jam aku lewati tanpa memikirkan Mas Haikal, tempat kerja adalah tempat ternyaman untuk saat ini, di mana otakku bisa istirahat dari peliknya keadaan rumah tangga kami.

 

"Hai, Mut, liat nih status efbe si Neneng, madu Lo yang rese itu." Tiba-tiba Renata masuk ke ruang kerjaku tanpa permisi.

 

"Dia nulis apaan, Ren?"

 

Renata memperlihatkan layar ponselnya, Neneng menuliskan status sindiran yang ditujukkan untukku di akun efbe-nya, akun yang bernama Neneng Beti Rustini itu menuliskan

 

'Dia perempuan paling tega di dunia, madu jahadt, rese, nyebelin pokoknya, dia juga tamak akan harta menikmati hasil perusahaan suaminya sendirian, kasihan suamiku tersayang jadi pengangguran, pantas saja sudah sepuluh tahun Tuhan belum juga mempercayainya, kita pasti kuat lewati semua ini, biarkan dia memakan harta itu sendirian, sebentar lagi juga kena karmanya'

 

Tak cukup di situ, rupanya status yang ditulis Neneng sudah disukai oleh seratus orang lebih dan dikomentari oleh saudara-saudara ibu mertuaku yang tak kalah rese dari Neneng.

 

'Bibi ga nyangka si Mutia sekejam itu, Neng!'

 

'Dia mh ga bersyukur emang jadi perempuan'

 

'Kok bisa begitu, bukannya pabrik itu milik Haikal?'

 

'Kalau aku jadi kamu, Neng, sudah kucakar-cakar mukanya pake garpu tanah'

 

'Ajakin ngopi bareng, Neng, jangan lupa taburi bubuk sumaida ke kopinya'

 

 

Ya Tuhan komentar mereka semua menghujatku, seolah ada yang meledak di dalam dada, lihat saja Neneng, tunggu pembalasan si Pitung, eh maksudnya pembalasanku!

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Novi Anggraeni
kebakaraaaan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 4

    Pembalasan yang simple tapi menusuk, itulah yang dilakukan Mutia, ia tak ingin bersikap rendah hanya demi merusak citra orang lain termasuk adik madunya yang rese itu.Seperti hari ini ia dan Areta berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan paling besar dan megah di pusat kota, barang-barangnya tak ada yang berharga murah, semua berharga fantastis puluhan juta.Lelah memanjakkan mata, Mutia duduk di salah satu restoran favorit semua orang, tempat yang bernuansa indah dan megah saat ditangkap layar kamera, juga makanan yang tak kalah lezat di lidah, kini ia nikmati semua itu tanpa sosok seorang Haikal seperti biasanya.Mutia tak ingin tenggelam dalam laut kesepian yang mematikan, ia lebih memilih memanjakan mata, diri juga lidahnya di luar rumah sebelum hatinya terbiasa menerima kenyataan ini.Lelah berada di luar kini Mutia singgah d hotel berbintang lima, ia rela membayar harga fantastis agar bisa tidur nyenyak di tempat ini, tanpa dihantui bayang-bayang sang suami yang sedang bersama w

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 5

    Beberapa kali Haikal menelpon tapi Mutia tak kunjung menjawabnya, membuat hati menjadi resah dan gundah, ditambah omongan Neneng yang menambah panas suasana."Teh Mutia mah enak belanja di mall, makan di restoran, nginep di hotel bagus, Eneng kapan di bawa ke situ? Aa harus adil atuh?" rujuk Neneng sambil menyentuh tubuh Haikal..Akan tetapi, lelaki itu malah sibuk dengan gawainya, memastikan jika Mutia tak bersama lelaki lain, ia sungguh cemas takut kehilangan istri tercintanya."Aa!"Neneng merajuk lagi, sungguh wanita itu tengah dilanda kehausan kasih sayang, bak Padang pasir yang gersang."Diam, Neneng!" tegas Haikal merasa jengah.Setelah selesai menelpon Areta baru Haikal merasa lega, rasa gundah dan resah itu sirna karena ternyata Mutia menginap seorang diri mengusir rasa sepi dan dinginnya malam panjang."Aa, kapan atuh kita mamy moon? kalau ga ke Bali ya minimal ke hotel kek kaya Teh Mutia." Neneng merengut, benci merasa dikalahkan oleh kakak madunya yang rese."Maksud kamu H

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 6

    Mereka bertiga duduk di meja bundar mengelilingi makanan yang telah dipesan, Mutia sengaja memesan makanan paling enak dan mahal yang tersaji di restoran ini."Ayo di makan steak-nya, Neng," tawar Mutia dengan elegan."Kamu juga makan dong, Mas, kok cuma di liatin aja."Haikal terpaku menatap makanan begitu banyak dari mulai menu pembuka, menu utama juga menu penutup yang tak kalah menggugah selera, ditambah minuman spesial sebagai pelepas dahaga.Tentu semua ini akan memakan banyak biaya, bisa tekor! Batin Haikal nelangsa, ia mencoba mengukir senyum semanis mungkin agar istri pertamanya itu tak curiga."Mau aku suapin, Mas?" tawar Mutia so romantis.Seketika Neneng membulatkan mata, perutnya mendadak mual melihat tingkah kakak madunya yang menyebalkan."Emmm, boleh-boleh," jawab Haikal sambil mengangguk.Tentu saja Neneng tak terima, dengan sekuat tenaga ia memotong steak menggunakan tangan kanannya, dengan usaha extra akhirnya daging panggang itu terbelah juga."Nih, A, makan!" Dil

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 7

    "Malam ini giliran aku nginap di rumah Mutia, ayo turun aku mau cepat istirahat di rumahnya," titah Haikal teramat menyayat hati Neneng.Perempuan itu turun dari mobil dan melangkah dengan lunglai, ia hanya menatap mobil suaminya yang menjauh, meninggalkan sekeping kenangan yang teramat menyakitkan.Hari ini waktu terasa begitu cepat berputar, tak ada kebersamaan yang mengesankan seperti yang ia impikan, tanpa sadar bulir bening itu rembes membasahi pipinya."Kamu nangis, Neng?" tanya ibu sambil menelisik wajah Neneng yang berantakan."Engga, lagi ketawa," jawab Neneng culas.Sudah tahu lagi nangis malah nanya! Kini, giliran Neneng yang tidur seorang diri, berselimutkan rasa sepi, semalaman matanya tak bisa terlelap, bayangan Haikal dan Mutia yang sedang memadu cinta benar-benar menghantuinya, menghasilkan rasa resah tak berkesudahan.Tuhan, sesakit inikah berbagi suami? sepedih inikah menjadi yang kedua? di luar sana istri kedua banyak yang diutamakan. Namun, apa yang terjadi pada t

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 8

    Tak terasa waktu cepat berlalu, kini pernikahan Neneng menginjak bulan kedua. Namun, belum ada tanda-tanda jika dirinya sedang berbadan dua.Kehidupan Haikal pun sudah sedikit mengalami kemajuan, ia bekerja di sebuah perusahaan asing menduduki jabatan yang cukup tinggi dan bergengsi, membuat dirinya begitu dipuja dan dipuji oleh para bidadari.Neneng semakin bangga bersuamikan dia yang berpenghasilan besar, yang setiap hari mengenakkan mobil bagus dan pakaian berdasi, perempuan itu menjadi kalap dan tinggi hati.Apapun yang ia mau pasti dibeli, uang nafkah dari Haikal cukup untuk menyenangkan dirinya sendiri.Akan tetapi, tak ada yang berubah dari Haikal dan Mutia, keduanya masih sama saling cinta dan membagi duka, tak ada yang ingin berpisah diantara mereka, walau begitu banyak badai yang menerpa."Sayang, kita jadi 'kan?" tanya Haikal pada istri pertamanya.Dalam suka maupun duka, cinta pria itu tak pernah sirna walau sang bunga tak jua memberikan hadiah terindahnya yaitu seorang pe

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 9

    "Astaghfirullah ... Astaghfirullah."Semua yang duduk dalam mobil itu menyebut kalimat istighfar, dengan napas yang tersengal Haikal memandang tajam kedua istrinya satu persatu."Kalian mau kita mati konyol sama-sama?!" teriak Haikal bertanya.Mutia ataupun Neneng tak ada yang bersuara, keduanya sibuk mendamaikan perasaan yang semula terguncang hebat."Kalau kalian masih tetap ribut, lebih baik kita pulang masing-masing!" tegasnya lagi sambil memandang keduanya dengan tajam."A-aku minta maaf, Mas, semua ini gara-gara Neneng," ujar Mutia lemas tak bertenaga."Jika saja barusan aku ga menghindar mungkin kita sudah mati dihantam truk tadi, jadi aku mohon selama perjalanan jangan ada yang bersuara!" tegas Haikal yang dibalas anggukan oleh kedua istrinya yang masih gemetaran.*Tiga jam perjalanan dilalui dengan kebisuan, mereka melalui jalanan yang menanjak dan menurun yang cukup terjal dengan keheningan.Memasuki kawasan perbatasan desa, Neneng mulai merapikan rambutnya yang sedikit ber

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 10

    Pov MutiaSaat Neneng keluar dari kamar mandi jantung ini berpacu hebat, aku takut wanita itu yang akan mengabulkan impian Mas Haikal.Tidak! Rasanya hatiku belum siap menerima."Gimana hasilnya, Neng?" tanya ibu antusias, ia memang yang paling semangat menunggu hasilnya.Neneng memperlihatkan benda berukuran mungil itu dengan ragu, hati ini berdegup kencang menantinya."Gimana hasilnya?" tanya Uwa mewakili rasa penasaranku."Garis satu, Teh," jawab ibu membuatku bisa bernapas lega.Aku membawa diri ini ke teras depan untuk menikmati segarnya udara di depan, dari kejauhan kulihat Mas Haikal tercenung seorang diri menatap cakrawala luas di depannya.Perlahan langkah kaki ini mendekatinya tanpa suara, sengaja aku mengendap-endapl agar tak menimbulkan suara, terlihat pandangannya beralih pada benda pipih di tangannya.Apakah yang ia lihat? Ya Tuhan, hampir berderai air mata ini, ia memandang poto bayi yang begitu lucu dan menggemaskan, tak sampai di situ ia juga memutar kelucuan Vidio b

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 11

    "Perjanjian apa hah?!" tanyaku sedikit membentak.Neneng menciut dan mundur beberapa langkah ke belakang, sorot matanya lurus menatapku penuh ketakutan.Hemm, belum tahu dia bagaimana buasnya seorang Mutia."E-engga ada kok, Sayang, dia ini asal bicara, ga usah di dengerin ya," ujar Mas Haikal memegang bahuku dengan mesra.Sontak saja perempuan bersuara cempreng itu terbelalak menatap kemesraan kami."Lepas! Aku tanya sama kamu Neneng! Perjanjian apa yang kalian maksud?!" tanyaku sambil berteriak.Tak peduli berapa pasang mata yang serius memandang kami bertiga, tubuh Neneng kulihat bergetar, mulutnya mengatup dan terbuka seolah ragu untuk bersuara."Jawab Neneng!" tegasku sekali lagi, membuat ibu-ibu berbisik-bisik."Pe-perjanjian itu ... emmm ....""Apa katakan!" tegasku lagi sambil maju dua langkah.Byuuaarr! Tanpa sadar ia terus mundur ke belakang lalu tubuh mungil itu tercebur ke dalam Empang milik Uwa, padahal Empang itu ditanami beratus-ratus ikan lele."Aaa! Tolong!" Neneng b

Bab terbaru

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   ENDING

    Aku mulai membaca lembar pertama surat yang ditulis oleh Neneng, begitu pula dengan Mas Haikal ia pun ikutan membaca karena penasaran."Assalamualaikum, Teh Mutia, Eneng tuh nulis surat karena ga berani ngomong ini sama Teteh secara langsung karena selama ini kita ga pernah akur.""Entah kenapa Eneng pengen banget nulis surat ini karena merasa ajal sudah dekat, sudah sering sakit-sakitan selama hamil, Teteh akan baca surat ini kalau Eneng udah ga ada, tapi kalau Eneng berumur panjang mungkin surat ini sudah hangus dibakar api."Semua orang pernah berbuat salah dan kesalahan terbesar Eneng yaitu sudah masuk ke kehidupan Teh Mutia dan A Haikal, harusnya waktu itu Eneng nolak lamaran suami orang bukan Nerima dan nyakitin Teteh.""Eneng minta maaaf sekali karena pernah buat Teteh menangis dalam kesendirian, udah pernah buat hidup Teteh putus asa, semoga rasa sakit yang Teteh rasakan bisa jadi penggugur dosa dan meninggikan derajat Teteh di akhirat."Aku merenung, ada rasa sesal yang terbe

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 32

    "Neneng kenapa, Mas?" tanyaku dengan perasaan yang mulai gelisah, tak biasanya Mas Haikal menangis seperti perempuan.Ia masih sesenggukan, mungkin lidahnya kelu untuk mengungkapkan sesuatu, aku menunggu sampai tangisan itu mereda dan ia mau mengungkapkan segala yang aku risaukan."Mas, kamu baik-baik aja 'kan?" tanyaku lagi, kali ini suara isakan itu tak terdengar lagi."Neneng, Mut, dia ... dia sudah meninggal," ujar Mas Haikal dengan suara lemah.Seketika badanku luruh lalu terduduk di kasur mendengar kabar ini, bagaimana mungkin Neneng pergi secepat itu, padahal aku belum meminta maaf karena sering menyakitinya."Mas kamu jangan bercanda ya, aku ga suka," cetusku sambil geleng-geleng kepala."Engga, Mut, Mas serius Neneng udah ga ada, tadi di ambulans dia juga sempat nitip kata maaf buat kamu." Suara Mas Haikal tercekat."Ya Allah, harusnya aku yang minta maaf karena selama ini ...." Suaraku tertahan, bayangan masa lalu hadir di depan mataku, di mana kami tak pernah akur malah ser

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 31

    (POV Mutia)Aku tak mengerti jalan fikir Mas Haikal, katanya ia tak lagi mencintai Neneng, tapi kenyataannya ia selalu gelisah memikirkan wanita itu, bahkan bolak balik menjenguknya."Mut, kayanya Neneng mau lahiran, Mas mohon kamu ngerti ya, bagaimanapun juga dia mau lahirkan anakku." Mas Haikal berlari menghampiriku di kamar.Aku tetap dia membisu, rasanya ingin sekali pergi dari sini dan memulai hidup bersama si kembar di tempat asing, hati ini sakit seperti dipermainkan melihatnya tak bisa tegas seperti itu."Ayolah, Mut, jangan ngambek, Mas cuma khawatir sama anaknya takut kenapa-napa, mana dia sendirian di rumah," bujuknya lagi, ia sampai bersimpuh "Yaudah lah sana pergi," jawabku ketus.Air mata hampir merembes di pipi."Kok kamu kaya ga ikhlas gitu sih, senyum dong," pinta Mas Haikal ngeselin.Bukannya cepet pergi malah menggodaku untuk tersenyum."Sana pergi urus istri kesayanganmu itu, aku ga apa-apa bisa sendiri," ujarku masih ketus.Sejujurnya hati ini tak ikhlas membiark

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 30

    (POV Haikal)Hari ini hari aqiqah si kembar, tujuh hari sudah usia mereka, di rumah banyak tetangga dan saudara ibu yang sedang memasak.Dua ekor kambing sudah disembelih dan siap dibagikan untuk para tetangga juga kerabat jauh, hari ini kami semua sibuk melayani tamu-tamu yang datang melihat si kembar.Tamu yang paling banyak yaitu karyawan Mutia dari mulai karyawan bagian produksi hingga bagian management, mereka hadir memberikan kado terbaik untuk anak kami yang bernama Aisyah Putri Abimana, sedangkan adiknya Asiyah Putri Abimana.Nama belakang mereka kompak diambil dari belakang namaku yaitu Haikal Abimana, banyak yang memuji kecantikan Aisyah dan Asiyah, mereka juga mengatakan jika si kembar merupakan kembar identik, memiliki kesamaan wajah yang begitu mirip.Kado si kembar sudah numpuk di dalam kamar, sedangkan di ruang tamu dan teras banyak kerabat dan saudara jauh kami yang datang.Acara ini sebenarnya di gelar sederhana hanya mengundang kerabat dan saudara, tak ada pesta mewa

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 29

    Aku geleng-geleng kepala melihat tingkah Bu Minah yang tak lain ibunya Neneng, kelihatan sekali matrenya."Mana aku tahu, Bu, kerja aja belom udah nanya gaji," jawab Mas Haikal sewot."Palingan juga tiga jutaan gajinya," celetukku, sengaja untuk mematahkan harapan Neneng.Aku tak ingin wanita itu berubah fikiran untuk berpisah dengan Mas Haikal, aku tak ingin si kembar kekurangan kasih sayang seorang ayah."Mas pergi dulu ya." Mas Haikal mencium keningku dan berlalu begitu saja mengabaikan Neneng."Halaaah gaji tiga juta aja bangga! Apa bedanya dengan buruh, anakmu itu memang b*d*h, Ningsih, punya pabrik sendiri malah kerja di tempat orang, begitu kalau suami l3mb3k sama istri aja takut," cerocos Bu Minah ngegas.Sepertinya ia kesal karena Mas Haikal tak seperti yang diharapkan, emang enak! Makanya jangan berharap pada manusia."Mau gajinya tiga juta ataupun satu juta tapi aku tetap akan menerima, jadi istri itu jangan terlalu matre lah, giliran suami banyak duit disayang giliran ga p

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 28

    (POV Mutia)Akhirnya aku tiba di klinik khusus bersalin, perawat segera menolong dan membawaku ke ruang bersalin menggunakan kursi roda.Mas Haikal menggendongku dan meletakkan tubuh ini di kasur khusus melahirkan, tiba lah Dokter Rista, ia adalah dokter langganan yang biasa memeriksa saat aku kontrol kandunganNyeri ini semakin sering kurasakan, Dokter Rista mengatakan bahwa aku siap untuk mengejan, mengikuti aba-aba darinya sambil mengucap basmallah.Aku mulai mengejan hingga beberapa kali, Mas Haikal berdiri di sampingku sambil menggenggam tangan ini, terkadang ia mengusap keningku yang basah oleh keringat."Ayo, Sayang, kamu pasti bisa," ujarnya menyemangati.Bayi pertama berhasil keluar, karena bayinya kembar maka dokter menyarankan untuk mengejan kembali, tak lama kemudian bayi kedua berhasil keluar melihat dunia ini.Kuucapkan Hamdallah tiada henti begitu pula dengan Mas Haikal, Dokter Rista ditemani oleh asistennya segera mengeluarkan placenta dari rahimku, terasa sangat ngilu

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 27

    (POV Haikal)"Mutiaa!" teriakku menggema sampe ludah ini muncrat sana sini.Matanya masih terpejam, oh Tuhan aku harus bagaimana? masa ke rumah sakit lagi duit dari mana?"Sayang, kamu kenapa? ayo bangun." Kuguncangkan lagi tubuhnya.Tak berselang lama bibirnya sedikit menyungging seperti nahan tawa, jangan-jangan ini prank? seperti konten-konten para youtubers itu.Beberapa detik kemudian air liurnya muncrat ke udara sambil terbahak-bahak, tuh bener ternyata si mbeb lagi ngeprank, hampir aja jantungku mau copot, untung sayang coba kalau engga sudah aku kentutin."Hahahaha." Ia masih belum puas tertawa sambil menengadah, untung ga ada cicak."Ya ampun, Maas, kasihan banget sih kamu." Ia mencubit pipiku, padahal tidak tembem seperti pipinya."Kalau Mas kena serangan jantung gimana? siap jadi janda?" sergahku mengelus dada, di rumah istri muda terasa darah tinggi, di rumah istri tua hampir jantungan, hadeuhh nasib nasib."Ya jangan mati dulu lah, Mas, kamu belom tobat 'kan," jawabnya sa

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 26

    (POV Haikal)"Kamu ini gimana sih, Ningsih! Katanya anakmu itu bos pemilik garmen expor-impor yang banyak duitnya, kok pengangguran?" Ibu mertua melotot memarahi ibuku.Ingin membela tapi ibuku memang salah sudah mengatakan kebohongan yang berlebihan, wanita yang sudah melahirkanku itu nampak salah tingkah, wajahnya terlihat tegang dan merah."Gini loh Minah, biar aku jelaskan, sebenarnya pabrik itu milik Haikal kok cuma sekarang dikelola istri pertamanya, aku akan bujuk Mutia supaya seperti dulu lagi Haikal mengelola pabrik itu dan putrimu akan tercukupi hidup di sini," ujar ibu dengan suara bergetar.Kenapa ibu mengarang cerita lagi coba, jangankan masih jadi suami Neneng sudah bercerai dengannya saja aku tak berani kembali bekerja di pabrik itu, terkesan banget kalau aku ini laki matre."Apa ucapanmu bisa dipercaya, Ningsih?" Mertuaku sedikit tegas.Gawat kalau sampai rayuan maut ibu berhasil meluluhkan hati mertuaku, gagal sudah aku bercerai dari Neneng, aku harus bertindak."Bu,

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 25

    (Pov Haikal)Ibu Tak Setuju"Loh, Neng, kenapa kamu nangis?" tanya ibu saat menyadari suara sesenggukan Neneng.Entah ini drama atau nyata, apa mungkin ia cari perhatian minta di kasihani oleh ibu? entahlah, ada rasa gembira dan tak enak saat mengetahui keputusan Neneng."Neng." Ibu membalikkan tubuh Neneng hingga ia terlentang, kini wajah Neneng yang basah oleh air mata sempurna terlihat."Kamu kenapa nangis? anakmu baik-baik aja, cepetan tidur besok ibumu mau jenguk ke sini," ujar ibu lembut.Wanita itu hanya menganggukkan kepala sedangkan ibu tercenung merasa heran, entah mengapa hatiku terus memikirkan Mutia walau raga ini sedang bersama Neneng.Sungguh, aku ingin menua bersamanya tak ingin lagi membagi cinta ini, tapi bagaimana dengan wanita itu yang mengorbankan masa mudanya demi bisa hidup enak bersamaku.Nyatanya kehidupan indah yang diimpikan Neneng hanyalah sebuah angan, ibu memang keterlaluan memujiku hingga berlebihan..Memikirkan derita Mutia membuatku gelisah di penghuj

DMCA.com Protection Status