Beranda / CEO / Jadi Budak Kakak Ipar / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Jadi Budak Kakak Ipar: Bab 61 - Bab 70

97 Bab

PERINTAH

Alan tampak keluar dari kamar mandi. Handuk putih yang hanya melilit di pinggangnya, membuat area bagian atasnya ter-ekspos. Terlebih saat tetesan air dari rambutnya yang basah jatuh ke wajah dan bahunya yang bidang, membuat penampilannya semakin sempurna, tampan, dan keren. Pengusaha itu tidak langsung memakai baju. Ia malah memeriksa ponselnya demi mencari sesuatu. "Halo!""Iya, Tuan?""Apakah dia sudah kamu beri tahu?""Sudah, Tuan.""Tapi, kenapa dia masih belum ada di sini?""Maaf, Tuan. Nona tadi bilang katanya masih ada sesuatu yang harus dilakukan."Rupanya Alan berbicara dengan Luna. Anak buahnya yang tadi ia perintahkan untuk memberi tahu Felisha jika malam ini hingga seterusnya, wanita itu akan tidur di kamar utama dengannya. "Ini sudah lebih dari satu jam," ucap Alan sembari melirik ke arah jam dinding yang ada di kamarnya."Kembali kamu beri tahu supaya ia cepat kemari!" lanjut Alan lagi "Baik, Tuan."Panggilan pun terhenti dengan Alan yang memutuskan secara sepihak.
Baca selengkapnya

FELISHA YANG MENGGODA

Di dalam kamar mandi beberapa menit setelah Felisha selesai dengan kegiatannya membersihkan diri, ia baru menyadari jika saat ini tidak ada sehelai handuk apalagi baju untuk ia kenakan. 'Ah, bodoh sekali. Kenapa aku bisa sampai lupa. Ini karena Luna tadi yang memaksaku keluar buru-buru,' gumam perempuan itu kesal. Jika ia memakai pakaian hari itu lagi, bukan tidak mungkin Alan akan marah. Lagipula, baju itu sudah lembab. Bayangkan saja, setelah ia diberi hukuman karena pergi menonton, baju yang ia kenakan saat pergi tadi sudah pasti menempel dengan peluh dan keringatnya. Tak tahu lagi bagaimana aromanya. Tak ada cara lain menurutnya. "Sepertinya aku terpaksa harus meminjam baju Kak Alan," katanya kemudian mencoba mengumpulkan keberanian untuk memanggil nama suaminya itu. "Ehem, ehem!" Felisha berdehem. "Kak Alan!"Felisha menunggu beberapa detik respon dari lelaki yang ada di luar kamar mandi. "Ada apa teriak-teriak?" 'Ah, dia mendengar,' batin Felisha tak ayal tersenyum. "Eng
Baca selengkapnya

KABAR BURUK ATAU BAIK?

Alan boleh kesal, tapi tidak dengan Felisha begitu mendengar suara ketukan di pintu kamar. Bagaimana tidak, Felisha bisa menebak jika suaminya itu akan kembali menyerangnya seperti waktu di mobil tadi. 'Apakah ia tidak lelah? Aku saja yang wanita udah gak sanggup kalo harus kembali melayaninya,' batin Felisha tatkala Alan meninggalkannya demi mengetahui siapa gerangan orang yang sudah menggagalkan aksinya. Tak lama terdengar suara hardikan Alan yang ditujukan pada seseorang yang sudah berani mengganggunya. "Apa kamu lupa peraturan di rumah ini, Alvaro!"Suara Alan begitu kencang hinga bisa Felisha dengar dari ruangan di mana ia berdiri saat ini. Felisha berusaha mendengar jawaban dari anak buah suaminya itu. Tapi, karena suara Alvaro yang kecil dengan jarak antar ruangan dengan ruangan lain yang cukup jauh, ia pun tak bisa mendengar apa gerangan yang sudah membuat Alvaro berani mengganggu tuannya. "Hah! Apa?"Felisha terdiam saat mendengar respon kaget yang Alan lontarkan. Sek
Baca selengkapnya

SEBUAH FAKTA

Felisha diam. Ia seperti menunggu kalimat apalagi yang akan terlontar dari mulut Luna. Namun, hingga keduanya sampai di pelataran sebuah rumah sakit, Luna tak kunjung bercerita. "Apa kamu tidak mau mengubah tuduhanmu tadi, Luna?" kata Felisha setelah mobil berhenti tepat di depan rumah sakit. Luna menengok dengan wajahnya yang datar. "Tuduhan yang mana, Nona?""Tuduhan mengenai kakakku yang kamu bilang bersandiwara. Dan asal kamu tahu, aku tidak percaya hal itu."Ada segaris senyum yang tampak di wajah Luna saat mendengar ucapan Felisha barusan. Ekspresi yang datar tiba-tiba berubah ketika muncul pernyataan mengenai ketidakpercayaan istri tuannya tersebut. "Apa yang sudah keluar dari mulut saya, tidak mungkin saya tarik kembali, Nona. Terlebih jika itu adalah sebuah fakta."Felisha diam dengan tatapan sebal. Bagaimana bisa orang-orang menuduh kakak kandungnya itu seseorang yang buruk hanya karena dengan melihat satu kesalahan saja. "Kak Dina mau mengubah semuanya demi bisa kembali
Baca selengkapnya

PANTAUAN

Sekian waktu menunggu di depan ruang IGD, Felisha masih berharap ada kejelasan mengenai siapa dirinya di keluarga Sumitra. Juga siapakah orang tua dia yang sebenarnya.Namun, kedua sosok manusia yang selama ini ia kenal sebagai dua orang tua yang paling berjasa dalam hidupnya itu, tak kunjung muncul minimal memberi jawaban tentang kecocokan darah sang ibu untuk kakaknya, Dina. 'Mungkin darah ibu sungguh-sungguh bisa membantu Kak Dina,' batin Felisha begitu penuh harap. Akhirnya Felisha memilih pergi, meninggalkan rumah sakit dalam pikiran kosong dan perasaan sedih. Tak ada yang mengharapkan kehadirannya di sana, begitu pikir Felisha. Hingga sang ayah melontarkan satu kalimat sederhana yang membuat satu rahasia terbongkar. Saat Felisha keluar dari area rumah sakit, hujan deras telah mengguyur semesta. Langkah kedua kakinya yang saat itu hanya mengenakan sandal khusus kamar, membuat kakinya basah seketika. Namun, Felisha tak peduli. Malahan ia bersyukur karena dengan turunnya hujan m
Baca selengkapnya

SATU KABAR

Alan tampak syok setelah menyadari bahwa ia baru saja akan menabrak istrinya, Felisha. Sosok perempuan itu tadi tiba-tiba menyeberang setelah lampu merah belum memperbolehkannya melangkah. Alan melepas safety belt-nya cepat. Alvaro yang duduk di sebelahnya juga melakukan hal yang sama setelah tuannya itu keluar dan turun. "Felisha!" teriak Alan setelah ia melihat sosok sang istri tengah terduduk dengan tangan menutup wajah. Terlihat tubuhnya gemetar ketakutan, membuat Alan sontak merangkul tubuh itu meski tak ada respon yang diberikan. Isak tangis terdengar memilukan saat Alan mendekap tubuh Felisha yang sudah basah kuyup. "Kak Alan," ucap Felisha yang langsung tahu meskipun ia belum mengangkat wajahnya dan melihat sosok lelaki yang tiba-tiba memeluknya. "Apa kau sudah gila! Kau mau mati?" seru Alan kesal meski kenyataannya ia khawatir atas kondisi Felisha yang menurutnya menyedihkan. "Maaf," sahut Felisha masih menangis. Alan tak kuasa untuk tidak mendekap lebih erat tubuh ist
Baca selengkapnya

SEBUAH PENGAKUAN

Entah perasaan apa yang saat ini tengah Alan rasakan setelah mendengar penuturan yang dokter sekaligus kawannya bernama Sherly katakan beberapa waktu lalu. "Istrimu hamil, Alan. Usia kandungannya mungkin sudah enam minggu. Aku tidak tahu pasti, kamu bisa memeriksanya langsung ke dokter kandungan bila ingin tahu lebih jelas dan pasti."Perkataan sang kawan masih terngiang di telinganya. Jujur saja Alan bahagia, tapi masih ada perasaan lain yang mengganjal di hatinya, dan ia tidak tahu apa. Alan masih melihat wajah damai Felisha, yang saat ini tampak terlihat jauh lebih tenang. Istrinya itu sempat siuman tadi, tapi beberapa menit kemudian kembali tertidur setelah Alan menenangkan istrinya itu bahwa semua baik-baik saja. Meski ia sendiri belum memberi tahu Felisha jika saat ini ada calon buah hati mereka di dalam perutnya. 'Entah mengapa aku merasa khawatir tentang kehamilanmu ini,' gumam Alan yang beberapa waktu kemudian memilih untuk pergi ke luar kamar, membiarkan Felisha istiraha
Baca selengkapnya

FELISHA SADAR

Suasana pagi hari mulai terasa kala cahaya kamar perlahan mulai disusupi mentari yang mengintip dari balik jendela. Masih ada Alan yang tertidur di atas ranjang tepat di sebelah sang istri, Felisha. Lelaki itu tampak nyenyak dalam tidurnya setelah semalam begadang sampai larut, berbincang dengan Alvaro —anak buahnya. Felisha yang terbangun lebih dulu. Perlahan menggerakkan kedua tangan dan merentangkan ke arah samping. Saat itu ia merasa ada sesuatu yang menghalangi tangannya. Ketika tersadar, ia melihat bahwa bahu Alan adalah sesuatu yang tadi menahannya. Namun, beruntung bagi Felisha karena tidak sampai membangunkan suaminya itu. Lelaki yang sebelumnya adalah kakak iparnya itu, hanya terlihat sedikit menggerakkan kepala sebelum kemudian kembali mendengkur pelan. 'Sepertinya Kakak lelah sekali,' gumam Felisha yang terlihat memiringkan tubuhnya demi melihat wajah Alan yang tenang. 'Apa yang terjadi semalam sampai Kakak telat bangun seperti sekarang?' tanya Felisha dalam hati semba
Baca selengkapnya

MENYAMPAIKAN RAHASIA

Sekian detik Alan terdiam. Pikirannya kosong ketika bibirnya merasakan sentuhan lembut dari bibir Felisha. Tak ada sambutan meski kecupan itu sangatlah menggoda imannya. Felisha sudah menjauhkan wajahnya ketika tak ada respon dari sang suami. Meski kecewa, tapi setidaknya ia bisa menghentikan perdebatan atas permasalahan antara ia dan keluarganya. Alan menatap wajah istrinya yang sembab oleh air mata. Tampak kemudian menunduk karena ia yang terus memandangnya. "Apa yang kamu mau sekarang setelah tahu statusmu di keluarga Herman Sumitra?" tanya Alan kemudian. Felisha mengangkat wajahnya. Ia tidak langsung menjawab alih-alih seperti orang bingung. Alan tahu apa yang mengganjal di hati istrinya saat ini. Reaksi kedua tangannya yang kemudian menggenggam jari jemari sang istri, membuat perempuan itu sedikit terkejut. "Katakan saja. Aku akan melakukannya untukmu," ucap Alan lagi. Ada keengganan yang tampak di wajah Felisha. Ia sendiri seperti ragu atas keinginan yang tiba-tiba hadir.
Baca selengkapnya

PEMERIKSAAN

Felisha dibuat heran ketika Alan membawanya ke dokter spesialis kandungan, dan bukan dokter umum atau dokter spesialis lainnya. Seorang wanita dewasa terlihat tersenyum manis menatapnya dan sang suami. "Jadi, sudah berapa hari Ibu Felisha terlambat datang bulan?" tanya wanita itu to the point, yang semakin membuat Felisha melongo, tak mengerti. "T-terlambat datang bulan, Dok?""Iya." Dokter wanita dengan nama Meta yang menempel pada jas kebanggaannya mengangguk, mengiyakan pertanyaan Felisha. Seketika Felisha menoleh pada Alan. Laki-laki itu tampak diam dengan ekspresi dingin. Sungguh aneh menurut perempuan itu. "Ehm, s-saya enggak tahu pasti, Dok, karena selama ini saya jarang memperhatikan siklus haid saya." Felisha mencoba berkata jujur. Pada intinya ia bingung sebab ajakan Alan yang harus memeriksa kondisi sakitnya ke dokter Obgyn. Sekali lagi Felisha memandang Alan. Tapi, sampai detik ini lelaki itu masih belum menjelaskan akan maksud keberadaan mereka di ruangan tersebut.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status