Semua Bab Tunangan Naif Pewaris Bengis: Bab 21 - Bab 30

117 Bab

Hanya Dengan Emma

"Pasti susu ini dibuat oleh asisten rumah tangga. Mama mana mau repot-repot membuatnya untukku." Nayla terkekeh geli.Ia lalu mencoba segelas susu hangat yang dibawakan mama tirinya tadi. Ketika selesai meneguk, dalam keheningan kamarnya, pintu tiba-tiba dibuka lagi dari luar. Nayla reflek menoleh, mama tirinya masuk dengan langkah anggun, wajahnya terlihat dingin dan tajam. "Hei, Nayla. Jangan senang dan berpikir bahwa apa yang baru saja aku lakukan tadi karena sayang padamu. Kamu hanya alat untuk memperbaiki posisi keluarga kita dan tugasmu menjaga penampilan di depan calon keluarga mertua. Aku berharap kamu tidak akan memalukan keluarga ini dengan sikapmu yang tidak patut di depan mereka." Suaranya penuh sindiran. Sarah bersedekap dada di depan Nayla. Nayla merasa hatinya teriris oleh kata-kata mama tirinya. Ia merasa seperti sebuah objek yang hanya digunakan untuk kepentingan finansial. Namun, Nayla menahan diri agar tidak menunjukkan kelemahannya di
Baca selengkapnya

Menjadi Lebih Kasar

"Nay, makanlah dengan lahap, ya. Aku khawatir kamu tidak makan dengan cukup."Nayla menerima makanan dari Clara dengan senyum manis. Mereka duduk di meja kantin yang nyaman. "Terima kasih, Clara. Aku benar-benar beruntung memiliki sahabat seperti kamu yang peduli dengan kesehatanku.""Tentu saja, Nay. Kamu tahu, kan, aku selalu ingin yang terbaik untukmu? Kesehatan itu penting, jadi jangan ragu untuk makan yang banyak."Nayla terharu diberikan makan siang oleh Clara berupa nasi box lengkap dengan segelas minuman. Clara dengan perhatian mengatakan bahwa ia harus makan sampai kenyang agar tidak pingsan seperti kemarin.Ia juga menambahkan bahwa tidak apa-apa jika Nayla menjadi gemuk asal tetap sehat. Mendengar kata-kata tersebut, Nayla jadi teringat akan ucapan papanya bahwa ia harus menjaga berat badannya agar tetap ideal. Perasaan miris melintas di dalam hati Nayla. Ia merasa sedih karena sahabatnya yang tidak ada hubungan darah denganny
Baca selengkapnya

Berharap Waktu Berhenti

"Elvan!" panggil Emma melambaikan tangannya pada Elvan.Lelaki berahang tegas itu tersenyum tipis, lalu menghampiri Emma di parkiran untuk pulang bersama. Alex dan Zaki yang di sana menatap dengan pandangan mencurigakan, akhir-akhir ini mereka jarang menghabiskan waktu bertiga karena Elvan sering berdua dengan Emma. "Eh, El. Sepertinya kamu sering banget sama Emma, ya? Kalian benar-benar cocok jadi sepasang kekasih," celetuk Alex mendengkus kecil. Ia mulai mengeluarkan motornya. "Iya, tuh. Kenapa tidak sekalian pacaran saja? Semua di kampus ini sudah tahu kedekatan kalian berdua itu seperti apa," sahut Zaki. Headset bluetooth di telinganya selalu setia. Elvan pun hanya melengos dan pergi tanpa mengatakan apa-apa. Emma merasa sedikit canggung dengan komentar mereka, tetapi ia tetap berusaha menjaga suasana agar tidak terlalu tegang. Emma terkekeh sambil menepuk-nepuk pundak Alex dan Zaki bergantian. "Ah, kalian lebih baik diam saja, y
Baca selengkapnya

Yang Terpenting Bagiku

"Tahu begini aku tidak pulang ke rumah," gumam Elvan seraya menuruni anak tangga.Elvan sungguh merasa malas ketika ia disuruh makan malam bersama orang tuanya. Ia tahu ada sesuatu yang ingin mereka bicarakan, karena biasanya mereka jarang sekali makan malam bersama di rumah. Suasana makan malam terasa hening. Elvan duduk di meja makan, wajahnya terlihat lesu dan tidak bersemangat. Laras duduk di sebelahnya dengan wajah tenang, sementara David duduk di seberang meja dengan ekspresi serius. Tak lama Laras menatap Elvan. "Ada yang ingin kami bicarakan denganmu hari ini, Elvan." Elvan dengan ekspresi malas pun menyahut, "Ada apa?" David meletakkan garpunya. "Kami ingin membicarakan tentang Nayla. Bagaimana pendapatmu tentang dia? Apa kamu sudah mulai menyukainya?" Elvan berdecak pelan, sudah ia tebak arah pembicaraan mereka. "Belum. Entah aku bisa menyukainya atau tidak." Laras mengernyitkan kening. "Bagaimana dengan
Baca selengkapnya

Maaf Mengingkari Janji

Emma tiba-tiba berkata, "Oh iya, kalau suatu saat aku tidak ada dan pergi jauh, tolong jangan menangis, ya, El. Soalnya kamu jadi terlihat jelek kalau menangis." Elvan reflek terkejut mendengar perkataan tersebut dan merasa bingung dengan perubahan sikap Emma hari ini. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi padanya."Apa maksudmu, Emma?" Namun, beberapa saat kemudian, Emma tertawa dengan renyah. "Hahaha, itu hanya candaan, Elvan! Kamu tahu, kan, aku suka bercanda! Wajahmu tadi benar-benar lucu tahu!" Elvan spontan kesal dengan candaan tersebut. Ia langsung merapatkan tangannya dan mulai menggelitiki Emma sebagai balasannya. "Oh, jadi seperti itu rupanya? Hem, baiklah. Kalau begitu, siap-siap kena balasannya!" Merasa sangat geli, Emma langsung tertawa-tawa dan menggeliat sambil memohon-mohon pada Elvan untuk berhenti. Emma terus meminta maaf dengan terputus-putus dan sambil tertawa keras. "Rasakan ini, Emma!" "El
Baca selengkapnya

Masa Lalu Menyakitkan

Pagi ini Nayla dan Clara sedang duduk di kelas, menunggu dosen mereka masuk. Mereka berbincang-bincang untuk mengisi waktu, dan tiba-tiba Nayla merasa penasaran tentang masa lalu Elvan. "Ra, kamu kenal Kak Elvan dari SD, kan?" Nayla entah kenapa berdebar. "Apa dia selalu seperti ini? Sifatnya yang cuek dan dingin itu?" Clara mengernyit dengan pertanyaan Nayla, tapi ia mengangguk sebelum menjawab, "Tidak, Kak Elvan yang dulu tidak seperti yang sekarang. Dulu dia adalah lelaki yang sangat ramah dan hangat. Dia selalu tersenyum dan berbicara dengan semua orang. Sekali pun itu perempuan." Nayla terkejut mendengar jawaban Clara. Ia tidak bisa membayangkan Elvan sebagai lelaki yang ramah dan hangat, karena ia selalu melihat Elvan sebagai seseorang yang cuek, dingin dan kasar. "Jadi, apa yang membuat dia berubah?" Clara menghela napas pelan. "Kak Elvan berubah sejak dia putus dari mantan pacarnya waktu SMA. Setelah itu dia menjadi lebih ter
Baca selengkapnya

Aku Tulus Mencintainya

Elvan duduk di kantin kampus, menggerutu kesal sambil mengacak-acak rambutnya, frustrasi. Ia baru saja mendapatkan pesan bahwa Emma tidak masuk kampus hari ini, dan ia tidak diizinkan untuk pergi ke rumahnya. "Dia pasti merasa sakit hati karena penolakanku kemarin," batin Elvan dengan kesal. "Meski dia bilang baik-baik saja, aku tahu sebenarnya tidak." Elvan merasa cemas, khawatir Emma akan melakukan hal gila lagi seperti dulu, yaitu self harm. Tapi dengan larangan yang diberikan, Elvan merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Ia merasa frustrasi dan kesal, membuatnya jadi menjalani kegiatan kampus dengan malas dan terkadang sensitif sambil marah-marah. Zaki dan Alex yang melihatnya, hanya bisa bertukar pandangan dan menebak-nebak apa yang sedang terjadi. "Pasti gara-gara Emma tidak masuk," bisik Zaki pada Alex, dan Alex hanya mengangguk setuju. Elvan merasa terjebak dalam kecemasan dan frustrasi, ia tidak tahu harus berbuat apa. Elvan merasa khawat
Baca selengkapnya

Enyahlah Dari Hidupku

Malam hari ini begitu gelap dan suram. Cuacanya mendung serta tidak ada bintang. Setelah meninggalkan mansion pribadinya, Elvan tidak pulang ke rumah seperti biasa. Ia juga malas jika harus mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.Dengan kecepatan tinggi, Elvan mengendarai motornya menuju ke bar favoritnya tempat di mana ia sering minum-minum. Di sana ia mencoba menenangkan diri dari rasa frustasinya yang begitu mendalam dan memuakkan.Elvan menggambil duduk di sudut bar yang sedikit gelap dengan cahaya remang-remang, wajahnya terlihat dingin dan penuh kekesalan yang tertahan. Ia mengenggam gelas alkoholnya dengan kuat, mencoba menghilangkan rasa sakit yang menghantui pikirannya. Benak Elvan terus menerus teringat dengan Emma yang mengungkapkan perasaan padanya. Ia merasa terjebak dalam situasi yang rumit dan tidak tahu bagaimana lagi harus menghadapinya.Elvan tahu bahwa penolakan yang ia berikan kepada Emma pasti akan membuat gadis itu sakit hati. Elvan merasa cemas dan khawatir b
Baca selengkapnya

Jangan Sok Akrab

Laras menyuruh Nayla duduk di sebelah Elvan. Kemudian Elvan melirik tajam pada Nayla. Tatapannya seolah mengungkapkan bahwa Nayla tidak boleh membuat masalah atau melakukan hal bodoh di depan orang tuanya.Nayla merasakan tekanan dari tatapan Elvan. Ia mengerti bahwa Elvan ingin menjaga suasana agar tetap tenang di meja makan. Nayla pun membalas tatapan Elvan dengan senyuman kecil yang berarti bahwa ia akan berusaha untuk tidak menciptakan masalah.Makan malam akhirnya berlangsung dalam suasana yang hangat karena keakraban Nayla dan Laras. Sedangkan Elvan mencoba untuk menjaga ketenangan dan menahan emosi melihat mereka.Elvan juga terpaksa berbicara dengan sopan kepada Nayla, tetapi hatinya masih dipenuhi dengan kemarahan. Jika bukan karena di depan Laras, Elvan tidak sudi harus bersikap lembut pada Nayla.Dengan senyuman hangat, Laras bertanya pada Nayla, "Nayla, apa sekarang kamu sudah menyukai Elvan? Dan bagaimana Elvan memperlakukanmu?"Nayla menjawab dengan senyum lembut, "Iya, T
Baca selengkapnya

Hadiah Untuk Elvan

Sepulang dari kampus, Nayla dan Clara langsung pergi ke mall untuk berbelanja. Nayla memiliki rencana untuk membeli hadiah ulang tahun untuk Elvan yang akan berulang tahun besok. Meskipun Nayla tidak tahu apakah Elvan akan menyukai hadiahnya, ia tetap berpikir positif dan berharap yang terbaik. Nayla yakin Elvan pasti akan terkejut dengan kejutannya.Nayla mengamati setiap toko dengan penuh antusias. "Menurutmu Kak Elvan akan suka hadiah apa, Ra?""Entahlah, Nay. Tapi aku harap kamu jangan berlebihan dalam memilih hadiah. Kita tidak tahu, mungkin Kak Elvan bisa saja membuang hadiahmu jika mengingat fakta bahwa dia tidak menyukaimu, kan?"Nayla tersenyum geli, lalu mengangguk. "Iya, Ra. Aku setuju. Aku akan memilih hadiah yang bermakna dan tidak terlalu mahal."Mereka berdua berkeliling mall, menikmati waktu bersama. Tertawa, berbagi cerita, dan mencoba berbagai jenis makanan. Sudah lama mereka tidak bisa menghabiskan waktu bersama karena kesibukan kuliah.Nayla masuk ke salah satu tok
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status