Semua Bab Terjerat Hati Teman Kecil: Bab 21 - Bab 30

74 Bab

Menyempurnakan Pernikahan

Malam tiba, Bastian datang usai isya. Adjeng tentu mengomeli cucunya itu."Aku habis dari konter handphone Eyang, aku beliin hadiah ulang tahun buat Cilla." bantah Bastian saat sang nenek memarahinya pulang sedikit terlambat."Alesan saja kamu Bas! Sudah ke kamar sana, ada hadiah buat kamu. Cepet ke sana!" titah Adjeng.Bastian akhirnya menuruti sang nenek. Memang benar dia membelikan hadiah untuk istrinya yang ulang tahun besok. Ia ingin menjadi orang pertama yang memberikannya ucapan dan selamat. Ini adalah kali pertama mereka merayakan ulang tahun bersama."Eyang selalu saja marah. Em, hadiah apa? Bukannya Kopi yang ulang tahun. Kenapa aku yang dapat hadiah?" tanya Bastian seorang diri tangannya menekan handle pintu.Saat ia membuka pintu kamarnya, udara dingin berasal dari air conditioner begitu mendominasi. Pria itu sampai merinding saat dingin menembus di sela baju kemejanya. Bastian meletakkan tas kertas di meja samping ranjang. "Kopi," panggil pria itu.Namun tidak ada jawaba
Baca selengkapnya

Manisnya Pernikahan

Cilla berdiri dan memaksa kakinya melangkah menuju kamar mandi. Bersama Bastian lebih lama lagi akan mengancam keamanan hati dan perasaannya. Bukankah wajar suami istri membicarakan hal pribadi seperti itu?"Mau kemana?" tanya Bastian.Mata pria itu tak lepas melihat ekspresi sang istri yang aneh. Wanita yang semalam mengerang akan kepuasaan nafkah batin darinya itu tampak salah tingkah. Jangan lupakan cara berjalannya yang aneh membuat Bastian ingin menerkam dan menguasainya di ranjang."Mandi," jawabnya singkat.Bastian mendengar kata itu tersenyum miring. Bibirnya semakin lebar tersenyum dengan pikiran yang sudah jauh."Mungkin di kamar mandi lebih seru," katanya lirih. Pria itu melepas kaos kutungnya dan melempar benda itu ke lantai. Dia segera menyusul sang istri di kamar mandi.*"Kamu gak apa-apa kan, Cilla?" tanya sang ibu.Maura datang bersama Ali. Tak hanya mereka, di kamar Cilla dan Bastian berkumpul semua untuk merayakan ulang tahun Cilla. Adjeng duduk di sofa bed sedang
Baca selengkapnya

Bertemu Mantan

"Hem," respon Bastian pada kalimat sang istri yang menurutnya sangat unik."Biang kerok, kamu curang!" "Curang apa?""Aku tidak pernah berbuat begitu sama cowok manapun, tapi kamu malah melakukan itu. Artinya kamu sudah tidak perjaka lagi!" ujar Cilla.Wanita itu menarik selimut hingga terlepas dari tubuh sang suami. Dia begitu kesal dengan pernyataan sang suami sebelumnya. Cilla beralih memunggungi sang suami sebab jengkel padanya."Astaghfirullah kopi hitam! Tega banget bilang begitu," kata Bastian. "Praktek yang aku maksudkan, ya praktek sama kamu!" lanjut pria dengan tahi lalat di lehernya itu."Manabisa aku melakukan itu sama orang lain sedangkan aku saja terjerat hati sama kamu, kopi!" ujar Bastian di dalam hati. Tentu di dalam hati, mana berani Bastian mengatakan perasaannya secara gamblang.Cilla menoleh pada sang suami, matanya menatap tepat di wajah suaminya itu. "Beneran baru pertama gituan sama aku?" tanya wanita itu."Iya, kalau sudah jago gak mungkin aku butuh waktu la
Baca selengkapnya

Terbongkar

 "Dia udah berangkat sendiri," jawab Bastian paham yang ditanyakan Cilla adalah Elka. Cilla dan Bastian masih berada di mobil menuju tempat kerja mereka masing-masing. Cilla tampak mengerutkan alisnya dalam. Dia bertanya pada suaminya mengenai sahabat pria itu. "Kalian pernah pacaran di waktu SMP terus bersahabat sampai sekarang, apa gak saling jatuh cinta?" tanya Cilla absurd.  "Kepo!" ketus sang suami. Wanita itu menatap sang suami semakin kesal. "Oh, gak boleh ya tau tentang suami sendiri?" balas Cilla. Jauh di lubuk hatinya ada perasaan aneh yang terpantik. Rasa di mana ia ingin tahu lebih dalam sejauh mana hubungan mereka. Cilla telah berjalan mencoba menyelaraskan langkahnya dengan Bastian, tetapi ia tak tahu perasaan pria itu sebenarnya.  "Gak penting!" tukas Bastian. 
Baca selengkapnya

Kekasih Gelap

"Oh, tidak pernah neko-neko ya Mas? Ya, Maura memang wanita sempurna di dunia ini. Dia wanita paling baik hingga suaminya selingkuh darinya!" ujar Arum dengan kemarahan tidak berkurang.Ali menatap wanita itu tajam. Arum tidak pernah berkata kasar seperti ini. Selama ini ia merasa sudah adil dengan keduanya walaupun untuk Arum dia tidak mengekspos hubungan mereka. Namun ia cukup memberikan waktu dan kasih sayang yang melebihi dirinya pada Maura."Jaga bicaramu, Arum!" bentak Ali.Tak lama seorang gadis masuk dengan cepat. Gadis itu tersenyum pada keduanya. Arum tampak terkejut melihatnya."Kalian di sini?" tanya gadis itu dengan tersenyum.Ali bergegas pergi dari sana. Sedang Arum beberapa saat menyusul pria itu. Gadis itu mencuci tangannya di wastafel."Kebetulan yang menguntungkan. Bapaknya Cilla selingkuh dengan Bude Arum. Astaga, mereka seperti keluarga yang rukun tetapi ternyata menyimpan kebusukan!" ucap gadis itu dengan bercermin, bibirnya tersenyum miring.Sedang Arum sungguh
Baca selengkapnya

Kerinduan

"Ganggu aja, dasar Ubi Cilembu!" sungut Bastian.Ya Ubi Cilembu yaitu Vika. Gadis itu tersenyum lebar mengganggu kakak sepupunya itu. Sesaat hening, Cilla beralih di sebelah Adjeng yang masih tidur.Sedangkan Vika seolah tidak terjadi apa-apa mendekat dan duduk di samping sang nenek. Ia paham, pasangan suami-istri itu malu karena terpergok dirinya."Eyang, Vika kangen. Cepet sembuh yah, yuk kita girls time lagi kayak kemarin," kata Vika.Bastian mendengar hal itu bukannya terharu. Ia mendekat pada gadis itu dan menarik rambutnya yang diikat satu. Bastian berbisik pada adik sepupunya itu."Ubi Cilembu, eyang istirahat. Jangan berisik!"Vika meringis merasakan jambakan Bastian sedikit keras."Mas lepas! Aku kesakitan ini." pinta Vika berbisik.Sesaat pria itu melepas rambut gadis dengan mata bulat tersebut. Bastian kemudian kembali duduk di sofa."Em, Vika. Aku ke cafetaria dulu ya." pamit Cilla.Ia terus menguap sebab tidur hanya sebentar semalam. Bahkan hanya hitungan jam ia tertidur
Baca selengkapnya

Dunia Gelap

Cilla menakup wajah sang suami dengan kedua tangannya. Air mata pria itu turun dari matanya. Wanita itu semakin gusar melihat keadaan sang suami."Tian kamu kenapa? Jangan buat aku takut!" Bastian akhirnya memeluk tubuh sang istri. Kini ketegaran tak lagi mampu ia tunjukkan pada istrinya. Sisi rapuh seakan-akan tidak berdaya telah, ia perlihatkan. Detik ini ia gagal bersikap seperti dirinya biasanya."Kopi…" panggil Tian dalam dekapannya.Ia memeluk Cilla begitu kuat. Seakan sakit di dadanya begitu membuncah menyiksa jiwanya. Jangankan berkata, bernafas saja seakan-akan ia tak mampu."Bastian, pelan-pelan. Katakan, ada apa?" Cilla mengurai pelukan, tangannya menghapus air mata Bastian yang sudah mengalir tiada henti di wajahnya. Tangannya mengusap-usap punggung prianya ini. Setelah Bastian mengambil nafas panjang. Ia mencoba menjawab pertanyaan sang istri."Eyang…" jawabannya itu yang mampu keluar dari mulutnya.Tak butuh kelanjutan dari kalimat prianya. Cilla memeluk erat sang suam
Baca selengkapnya

Ciuman

Pagi itu tepat saat matahari mulai terbit. Suasana mendung pekat menyelimuti suasana berkabung. Mobil jenazah sudah siap untuk mengantarkan Adjeng ke makam. Bastian dengan kacamata hitam dan kaos berwarna hitam tampak menatap keranda dengan pikiran entah. Diam dan diam, sepanjang malam ia juga tidak bisa memejamkan sedetikpun."Bas, sudah ditungguin Bapak," ucap Maura memberitahu.Ali di balik kemudi akan membawa keluarganya ke makam. Seperti mimpi buruk, suasana seperti tidak memiliki warna. Hanya ada hitam dan putih di mata Bastian. Wajah pria muda itu pucat sedang Cilla memeluk lengan sang suami dengan keadaan lemas. Semua berputar sebagaimana mestinya, prosesi pemakaman telah usai. Bastian dan semua orang kembali ke rumah. "Bas, apa kamu tidak makan?" kata Cilla.Diam, pria itu tak menjawab sang istri. Ia hanya memandang kosong dinding di depannya. Saat ini Bastian dan Cilla sudah kembali ke rumah sendiri. "Bisakah aku menelan nasi, Cilla? Bahkan rasanya aku ingin menyusul Eyang
Baca selengkapnya

Silent Treatment

Cilla seakan dihantam benda keras tepat di kepalanya. Mereka berciuman sungguh seakan sangat menikmati kegiatan itu. Bastian suaminya dan Elka sahabat sedari SMP pria itu, saling memejamkan mat. Dengan posisi Bastian duduk di kursinya sedang Elka bertumpu memeluk pria yang berstatus suaminya itu."Tian," panggil Cilla lebih keras.Sesaat mereka melepas tautan mereka. Bastian berdiri dan Elka merapikan bajunya. Bastian menghampiri sang istri yang ada di ambang pintu."Kopi, aku bisa jelasin." ujar Bastian.Cilla merasa dadanya terasa berat, seolah-olah sedang ditusuk rasa kecewa yang begitu dalam. Air mata menyelinap di pipinya tanpa bisa ia cegah. Perasaan sedih begitu mendominasi hatinya saat melihat suaminya, Bastian, berciuman dengan sahabatnya, Elka.Perasaan kecewa yang melanda Cilla begitu mendalam. Ia merasa dikhianati oleh dua orang yang seharusnya paling ia percayai. Kepercayaan yang selama ini ia bangun dengan susah payah hancur begitu saja dalam sekejap. Segala perjuangan m
Baca selengkapnya

Dalam Kesalahpahaman

Hari-hari berlalu, Cilla masih berada di rumah Maura yang di kota. Sang ibu memenuhi wasiat eyang Adjeng agar tinggal di rumah itu. "Dari kemarin aku nyium baunya Bastian," gerutu Cilla.Semenjak pagi itu saat ia meminta cerai pada Bastian. Pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu sama sekali tidak menghubunginya. Ada rasa rindu yang terlintas di hati Cilla, tetapi ia selalu mengingkari perasaan itu. "Apa aku kangen sama biang kerok?" tanya Cilla mencium sarung bantal di samping tempatnya tidur. Dia menggelengkan kepalanya. Hari ini ia merasa tidak sehat. Sehingga hanya di tempat tidur saja. Sedangkan di kantor, Bastian usai memarahi semua karyawannya sebab pekerjaannya dinilai tidak maksimal. Beberapa proyek yang mereka tangani mendapatkan komplain. Ia masih mengeraskan rahangnya saat berada di ruangannya.Tak lama Elka masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu."Kamu kenapa, Bas?" tanya Elka.Pria itu menatap tajam sang sahabat. "Kamu bisa profesional tidak di kantor? Kamu mem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status