Semua Bab Terjerat Hati Teman Kecil: Bab 31 - Bab 40

74 Bab

Menutupi Kecemburuan

"Astaghfirullah, jam lima!" seru Cilla saat ia tidak bangun tepat saat adzan subuh.Saat bangun ia mengernyitkan dahinya, bajunya terbuka. Ia samar-samar ingat seperti bermimpi bercinta bersama sang suami, tanpa ia tahu jika hal itu benar-benar terjadi."Aku benar-benar sudah tidak waras. Bermimpi basah sampai seperti ini." gerutu wanita bermata bulat ituCilla lantas mandi dan segera salat subuh. Sedang di ruang makan, Maura sang ibu menyiapkan sarapan. Hari berangsur pagi Cilla duduk di meja makan seperti hari biasanya. Sang ibu melihat rambut lembab sang anak."Cilla, apa kamu tidak menghubungi Bastian?" tanya Maura memancing putrinya itu untuk bercerita.Cilla menggelengkan kepalanya lantas mengambil nasi goreng "Kamu belum kasih tau Bastian kalau kamu hamil?" lanjut Mauran bertanya."Belum, Bu. Biarkan saja dia tidak tau. Dia lebih nyaman sama Elka. Biar dia senang." jawab Cilla dengan wajah muram."Lebih baik kamu awali saja, kamu temui Bastian, Cilla." saran sang ibu."Nanti
Baca selengkapnya

Berbaikan?

Cilla menarik selimut sebatas dada. Ia masih berkeringat akibat olahraga malam yang dipelopori Bastian. Bastian menggunakan celana dalamnya dan mengambil celana pendek. Pria itu bergabung ke ranjang bersama sang istri."Jadi adek udah jalan empat bulan, Sayang?" tanya Bastian.Cilla menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan sang suami. Ia masih malu sebelumnya ia begitu liar saat bercinta dengan suaminya itu. Padahal, ia sangat kesal dengan Bastian. Namun, saat digoda ia justru yang begitu semangat melakukan sesi ranjang mereka."Kamu ngerasain apa?" kata Bastian sambil memandang foto USG di tangannya."Kenapa tanya begitu? Tentu aku merasakan puas saat bercinta denganmu. Aku…." jawaban Cilla terhenti saat Bastian beralih memandang dirinya."Maksudnya, apa kamu ngidam atau ada keluhan apa begitu?" kata Bastian menjelaskan pertanyaan yang ia lontarkan barusan.Cilla justru membahas tentang percintaannya. Wanita itu sampai berbalik badan memunggungi sang suami. Ia menggerutu atas keb
Baca selengkapnya

Sulitnya Mengungkapkan Perasaan

“Kamu berangkat ke rumah sakit duluan ya, aku ada tinjau proyek urgent, Sayang.”Kalimat itu seakan mengiang di telinga Cilla. Wanita muda itu memegang buku berwarna merah muda seraya duduk di ruang tunggu. “Mereka terlihat senang sekali,” kata Cilla di dalam hati.Melihat pasangan muda bercanda tawa duduk di dekatnya. Beberapa ibu hamil lainnya juga ditemani suaminya. Namun, tidak dengan dirinya. Semua berputar sendiri tanpa Cilla sadari pemeriksaannya selesai, ia akan ke dokter spesialis THT untuk melanjutkan pemeriksaan. Seharusnya, ia hanya ke dokter THT, tetapi Bastian ingin Cilla memeriksakan kandungannya lagi, walaupun awalnya ia tidak mau.“Dia yang nyuruh, dia juga yang batalin janjinya nemenin. Biang kerok menyebalkan!” gerutu Cilla usai dari periksa.Kakinya terus melangkah keluar rumah sakit. Namun, di tengah jalan ia bertemu sang mantan kekasih yang notabene bekerja di rumah sakit ini.“Dilla,” panggil Randi.Sang pemilik nama menoleh dan menghentikan langkahnya. Mata bu
Baca selengkapnya

Wanita Satu Selimut dengan Suaminya

“Aku sangat mencintainya, Dan. Sangat mencintai istriku, aku tidak ingin bercerai,” kata Bastian seraya dipapah berjalan keluar mobilnya.Danilo dengan susah payah memaksa Bastian yang sudah teler. Pria itu awalnya menolak pulang dari kafe. Sebelum ia berhasil membuka pintu, Vika sepupu Bastian datang.“Mas, ada apa?” tanya Vika khawatir melihat sang sepupu berjalan sempoyongan.“Vika, ini Bastian mabuk. Tolong bantu aku masuk rumah.” pinta Danilo yang tentu mengenal Vika.Gadis itu sering ke kantor Bastian untuk mengunjungi sang sepupu. Juga mereka sudah berteman dekat.“Astaghfirullah, dasar!” omel Vika. “Hmmm… Sayang, aku kangen… Aku mencintaimu.” ucap Bastian dengan mata terpejam.“Cinta, cinta. Harusnya Mas katakan waktu sadar! Dasar!”Vika masih saja mengomel ketika melihat Bastian dalam keadaan menyedihkan begini.“Mas pasti habis bertengkar lagi sama mbak Cilla. Mas memang gak bisa mengekspresikan perasaan Mas sendiri. Gak sadar aja baru bisa bicara cinta!” ujar Vika.Mereka
Baca selengkapnya

Menyembunyikan Masalah

Pagi buta, Matahari belum sepenuhnya terbit ketika Elka memutuskan untuk pergi ke salah satu warung makan dekat rumahnya. Saat tiba di warung, Elka mengerutkan keningnya ketika ia melihat ada seseorang yang sangat dikenalnya di sana."Danilo, ngapain pagi-pagi di sini?" tanya Elka dengan rasa penasaran.Ya, Danilo adalah teman baik Elka yang juga merupakan teman sekaligus rekan kerjanya. Mereka bahkan pernah kuliah bersama di masa lalu. Dan saat ini, Danilo sedang mengakhiri sarapannya di warung makan ini dan terlihat hendak pulang."Aku habis sarapan, El," jawab Danilo dengan senyumnya yang cerah.Melihat itu, Elka tak bisa menahan rasa penasarannya yang semakin memuncak. Matanya tertuju pada satu mobil yang terparkir di ujung jalan. Itu adalah mobil Bastian, pujaan hatinya. Elka pun tak bisa menahan diri dan bertanya kembali pada Danilo."Itu mobil Bastian, kamu yang bawa?" tanya Elka dengan penasaran.Danilo mengangguk sambil tersenyum, "Iya, semalam aku nginep di rumah Bastian. Ka
Baca selengkapnya

Lihat Dirimu Sendiri!

Bastian dan Cilla sudah sampai depan rumah di kota. Pasangan suami-isteri itu saling diam sejak perjalanan tadi.“Gak usah turun. Aku tidak mau ibu tahu permasalahan kita. Dan, setelah ini, aku gak mau ketemu kamu Bastian!”“Terus satu Minggu ini memang kita bertemu?” sindir Bastian kesal pada perkataan Cilla.“Maka lanjutkan saja kita tidak bertemu. Memang seharusnya kita tidak bertemu. Aku saja yang bodoh menemuimu.”“Aku suamimu, Kopi.”“Suami yang berselingkuh!”“Sudah berapa kali aku katakan, aku tidak selingkuh!”“Dan aku tidak percaya satupun katamu itu, Biang kerok!” ujar Cilla.“Oke, kamu tidak percaya sama aku. Mungkin memang kamu tidak bisa menggunakan sisi hatimu untuk menilai ku,” kata Bastian dengan suara bergetar.Dengan dramatis, Cilla menoleh ke arah suaminya. Mata bulatnya menangkap sebuah kesungguhan yang Bastian tunjukkan dalam berbicara. Namun, ia menyadarkan diri dengan kenyataan yang ia temui hari ini."Aku percaya pada apa yang aku lihat. Aku tidak akan menguba
Baca selengkapnya

Sampai Kapan?

Cilla maupun Vika terkejut dengan perkataan Elka. Suasana semakin panas. Gadis itu, termaksud Vika merasa Elka sudah keterlaluan. Sehingga, Vika maju dan menarik rambut Elka.“Pagi tadi aku diam! Tapi tidak untuk sekarang, Pelakor!”Cilla panik melihat mereka saling menarik rambut. Tidak hanya itu, mereka saling mengumpat satu sama lain. Akhirnya Cilla membuka pintu ruangannya dan berteriak minta tolong.“Kamu anaknya pelakor, brengsek!”Cilla kembali hendak melepaskan mereka yang saling menyakiti. Mereka bak anak kecil yqng berebut mainan. Keduanya tidak ada yang mau mengalah.“Kamu yang pelakor menjijikan! Mas Bastian tidak menyukaimu, Elka!”“Tutup mulutmu, ah…” rintih Elka saat rambutnya ditarik semakin keras oleh Vika. Tak lama beberapa karyawan toko datang melerai mereka. Akhirnya mereka terlepas dari saling melilit. Rambut Vika yang diikat kini berantakan. Bahkan ikat rambutnya terlepas. “Dasar anak hasil hubungan haram! Ibumu juga pelakor Vika!” teriak Elka yang sudah dipega
Baca selengkapnya

Sulit

…itu bukan kehebatan Bas. Semua orang mampu dan bisa.…orang lain tidak memiliki ilmu kebatinan yang bisa tahu isi hati kita. Kalau kita gak katakan, terus sampai kapan?Kalimat itu terus mengiang di telinga Bastian. Kata-kata Danilo begitu menyadarkan dirinya. Dia seperti pecundang yang tidak pernah mampu mengungkapkan isi hatinya. “Apa aku harus mengatakan perasaanku pada Cilla?” tanya Bastian pagi itu. Pria itu sedang sarapan bubur ayam yang dibelikan asisten rumah tangga. Beberapa hari ini asam lambungnya naik. Selain stress pencetusnya, waktu makannya berantakan. Sehingga hari ini ia sarapan bubur agar lambungnya tidak bergejolak.“Pagi Mas Bastian,” sapa Vika seraya mencomot kerupuk sang kakak.“Tumben ceria. Mungkin karena sudah punya pacar.” sindir Bastian seraya memasukkan sendok berisi bubur ke dalam mulutnya.“Dih, aku sih selalu ceria. Eh, Mas kok bilang gitu?” tanya Vika dengan tegang sesaat.“Hem, kamu yang pacaran kenapa minta ijin aku segala?”“Ah, uh… itu… anu.”“Ah
Baca selengkapnya

Aku Mencintaimu.

“Kop, anu… itu…” Bastian tergagap sesaat sang istri hendak turun dari mobil. Cilla mengurungkan niatnya dan menoleh pada Bastian secara penuh.“Itu apa, Tian?” tanya sang istri dengan keheranan.Bastian hendak menyatakan perasaannya tetapi, mulutnya seperti terbelit sendiri dengan rasa gugupnya yang tidak tertolong.“Am, aku itu…. Aku mau bilang kalau…” Cilla memperhatikan dengan seksama bibir pria itu yang berbicara tidak jelas. Mata wanita itu mengernyit mencoba memahaminya.“Itu, aku… Apa sih, Tian? Aku gak paham.” protes Cilla yang tidak tahan.Bastian membuka mulutnya dan hendak berbicara lagi. Namun, lidahnya tidak bisa diajak kerjasama. Dia bahkan tidak mengeluarkan suara.“Kop, aku…. Aku jemput nanti pulangnya.” kata Bastian pada akhirnya.“Oh, oke. Aku tungguin yah. Terima kasih,” ucap wanita itu kemudian mencium punggung tangan sang suami dengan lembut. “Aku masuk dulu, yah.” Pamit Cilla.Sedang Bastian menetralkan rasa gugupnya dengan penuh. Dahinya berkeringat sebab sesu
Baca selengkapnya

Pergi dari Rumah

Air mata Cilla terus mengalir di pipinya, dan Bastian merasa penyesalan melintas di dalam hatinya. Ia menyadari betapa kata-kata dan tindakannya telah menyakiti hati sang istri. Dengan lengan yang penuh kasih sayang, Bastian mendekatkan dirinya ke Cilla. Tangannya lembut menyeka air mata yang membasahi pipi sang istri. Sesaat, mata mereka bertemu dalam pandangan yang penuh kelembutan."Apa kamu merasa cemburu, Tian?" tanya Cilla setelah ia mampu menetralkan tangisnya.Bastian menelan salivanya dengan tegang. Meskipun kecanggungan masih terasa di dalam dirinya, ia berusaha menutupinya dengan sikap tenang yang ia tunjukkan."Tian, apakah aku penting bagimu?" lanjut Cilla dengan pertanyaan berikutnya.Sebelum Bastian dapat menjawab pertanyaan awal, sang istri kembali melontarkan pertanyaan. Ia merengkuh tubuh Cilla dan memeluknya dengan erat. Bastian tahu bahwa ia lebih mampu mengekspresikan perasaannya melalui tindakan daripada kata-kata."Aku membencimu, Tian. Hiks, hiks..." balas Cill
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status