Debora duduk di tepi ranjang. Matanya menatap Stevi yang masih menatap kosong ke arah tembok. Sedangkan Lidya tertidur di sofa, mungkin wanita paruh baya itu sudah kelelahan karena seharian duduk mengurus Stevi.Debora meraih tangan Stevi dan menggenggamnya erat."Stev, aku tau kamu pasti masih marah. Tapi perlu kau tau, kau adalah sahabatku sampai kapanpun itu," ucap Debora dengan mata berkaca."Kau ingat saat kita pertama bertemu?" lanjut Debora melempar tatapan penuh harap, walaupun dia tau kalau dirinya tidak akan direspon.Stevi tetap duduk tak bergeming. Entah semua ocehan Debora masuk ke sel otaknya atau tidak. Dia hanya ingin temannya itu mengingat secuil masa lalu yang indah saat bersamanya."Stev, apa kau ingat, kalau kau selalu bilang kalau aku payah, dan kau menantangku untuk mendekati Kakakmu? Kau tau Stev, tanpa sadar kau telah membuat hidupku lebih berarti dar sebelumnya," ucap Debora.Angannya kembali ke masa di mana dia masih menjadi seorang pelayani di salah satu res
Read more