Semua Bab Si Buta Dari Sungai Ular: Bab 31 - Bab 40

1284 Bab

31. Bantuan

"Mati aku!" dengus Pragola. Dia tahu kalau Asmara Dara mengeluarkan ilmu 'Seribu Mata Dewi'. Ilmu andalan yang sangat jarang digunakan Asmara Dara. Kemarahan yang memuncak karena selendang andalannya putus memancingnya untuk mengeluarkan ilmu 'Seribu Mata Dewi'."Jangan panik!" Terdengar lagi bisikan halus di telinga Pragola. "Hindari tatapan matanya. Gunakan ilmu peringan tubuh, putari tubuhnya. Pragola segera bangkit dan berlari-lari memutari tubuh Dewi Asmara Dara dengan menggunakan ilmu peringan tubuh. Tentu saja Dewi Asmara Dara jadi kelabakan. Sinar-sinar merah yang dilontarkan selalu mengenai tempat kosong. Beberapa orang yang masih berada di kedai itu segera menyingkir, menghindari sinar merah yang tidak mustahil nyasar ke tubuh mereka."Gunakan senjata kecil, arahkan ke kaki," bisikan halus kembali terdengar.Pragola kebingungan. Dia tidak memiliki senjata rahasia satu pun juga. Gurunya tak pernah membekali senjata rahasia. Menurut gurunya, senjata raha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-08
Baca selengkapnya

32. Manggala ikut campur

Setelah berkata demikian Dewi Asmara Dara segera melompat menerjang dengan jurus andalannya. Manggala hanya berkelit sedikit dengan meliukkan tubuhnya. Serangan Dewi Asmara Dara hanya mengenai angin kosong.Mandrawata yang mengenali jurus-jurus Dewi Asmara Dara, terkesima melihat cara Manggala menghindari serangan. Merasa lawan hanya menghindar tanpa melangkah sedikit pun, Dewi Asmara Dara berang bercampur malu."Terima aji pamungkasku!" Teriak Dewi Asmara Dara.Seketika seluruh tangan Dewi Asmara Dara mengepulkan asap kekuningan, lalu secepat kilat menyerang Manggala. Semua mata yang memandang menahan napas menyaksikan Manggala hanya tenang-tenang saja."Hiyaaa...!" Dewi Asmara Dara melengking keras dengan kedua tangan menjulur ke depan.Saat jari-jari tangan Dewi Asmara Dara yang mengepulkan asap tepat di depan mata Manggala, anak muda itu hanya memiringkan kepalanya sedikit. Lalu;Plak!Sebuah tamparan dilepaskan oleh Manggala hing
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-09
Baca selengkapnya

33. Godaan Sakawuni

Manggala berpikir sebentar."Eyang Guru Begawan Pasopati pasti gembira jika Tuan Pendekar berkenan mengunjunginya. Dari beliau nanti, Tuan Pendekar dapat mengetahui lebih banyak tentang Siluman Lembah Hantu," kata Pragola tengah membujuk."Benarkah?" Tanya Manggala dengan polos tanpa pernah curiga terhadap siapa pun. Dalam hati sebenarnya Manggala senang memenuhi undangan itu yang tentu segalanya terjamin."Eyang Begawan Pasopati seorang yang bijak. Beliau pasti senang jika penolong kami berkenan singgah barang sebentar.""Baiklah, aku pun senang mendapat sahabat."Betapa gembiranya Pragola karena pendekar yang dikaguminya berkenan menerima undangannya. Segera diperintahkan adik-adik seperguruannya menyiapkan kuda. Sebentar kemudian enam ekor kuda sudah dipacu meninggalkan kedai, menembus kegelapan malam. Manggala yang berpura-pura buta, terpaksa ikut disalah satu penunggang kuda dengan duduk dibelakangnya.Bibir Manggala tersenyum-senyum. P
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-09
Baca selengkapnya

34. Dasar anak pungut

Di bangsal rumah yang paling besar di Lembah Hantu, Sakawuni tengah hanyut oleh perasaan malu dan marah. Dia benar-benar kecewa dengan sikap Manggala. Namun rasa cintanya yang menggebu dapat mengalahkan amarah dan rasa malunya. Dalam hati dia bertekad akan memiliki Manggala sepenuhnya.Kegagahan Manggala membuat Sakawuni mabuk kepayang. Dia tidak peduli lagi dengan kedudukannya sebagai orang kedua di Panji Hantu. Pikirannya selalu tertuju pada pendekar muda yang telah menancapkan panah cinta di hatinya."Wuni...."Sakawuni menoleh setelah mendengar suara panggilan dari belakang. Mandrawata sudah berdiri di balik punggungnya. Sakawuni menjauh dan berbalik."Mau apa kau ke sini?" Tanya Sakawuni ketus. Dia tahu kalau Mandrawata selalu berusaha men-dekatinya."Aku ingin bicara padamu," sahut Mandrawata memasang senyum yang menawan."Tentang apa?""Tentang kita."Sakawuni mengerutkan keningnya. Bagi Sakawuni, senyum Mandrawata seper
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-09
Baca selengkapnya

35. Pertempuran di Lembah Hantu

"Tabahlah, Nini. Semua ini sudah kehendak Sang Hyang Widi. Nini harus menerima kenyataan dengan hati lapang," kata Emban Girika juga tidak kuasa menahan air matanya."Percuma saya hidup, Bi.""Nini jangan berkata begitu. Gusti Gaja Ireng memang telah membunuh orang tua dan saudara-saudaramu. Tapi Gusti Gaja Ireng juga telah merawat mendidik, dan membesarkan Nini sampai menjadi wanita berilmu sekarang ini. Bagaimanapun juga Nini berhutang budi padanya.""Tapi dia membunuh keluargaku, Bi!""Memang kewajiban seorang anak menjunjung tinggi martabat orang tuanya. Hanya masalahnya sekarang, pembunuhnya justru ayah angkat Nini sendiri.""Katakanlah, Bi. Apa yang harus saya lakukan?" Sakawuni kelihatan putus asa.Emban Girika tidak menjawab. Memang serba sulit untuk menjawabnya. Dia bersedia tinggal di lembah ini karena merasa kasihan melihat Sakawuni kecil yang masih memerlukan kasih sayang seorang ibu. Dia juga membenci Gaja Ireng yang telah membu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-10
Baca selengkapnya

36. Sakawuni mengamuk

Tentu saja perbuatan Sakawuni sangat mengejutkan semua anggota Panji Hantu. Mereka tidak mengerti dengan sikap Sakawuni yang tiba-tiba memusuhi mereka. Tapi sikap Sakawuni mendapat sambutan hangat dari tokoh-tokoh golongan putih. Mereka tahu sepak terjang gadis itu liar dan kejam."Minggir semua! Biar kuhabisi mereka!" teriak Sakawuni."Minggir!" perintah Begawan Pasopati memberi kesempatan pada Sakawuni. Dia sudah mengerti duduk persoalannya. Sebab Begawan Pasopati tadi telah mendengar sedikit pembicaraan Sakawuni dengan Gaja Ireng.Mendengar perintah dari Begawan Pasopati, seluruh murid-murid Teratai Putih dengan cepat berlompatan keluar arena. Tidak ketinggalan tokoh-tokoh golongan putih lain bersama murid-muridnya mengikuti petunjuk Begawan Pasopati."Wuni! Sudan gila, kau!" bentak Gaja Ireng."Arwah ayah ibuku akan mengutuk kalau Panji Hantu belum musnah di tanganku!" sahut Wuni keras dan lantang."Wuni, aku ayahmu. Aku yang membesarkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-10
Baca selengkapnya

37. Selamat Tinggal, Wuni

Namun gadis itu sudah tidak mendengar lagi peringatan ayahnya. Dengan cepat Sakawuni menerjang Si Buta dari Sungai Ular. Gerakan-gerakan Sakawuni segera berubah gemulai setelah berada di depan pendekar muda itu."Hati-hati, Si Buta dari Sungai Ular. Jurus itu sangat berbahaya!" Begawan Pasopati mengingatkan."Ah, indah sekali tarianmu, ayo kita lihat! Apa Tarian Ularmu, lebih hebat dari ‘Tarian Ular Putih’ milikku," sahut Manggala sambil merentangkan kedua tangannya.Tangan Si Buta dari Sungai Ular bergerak-gerak gemulai. Seperti sepasang ular yang sedang menari. Itulah jurus 'Tarian Ular Putih'. Suatu jurus yang sebenarnya bukan jurus andalan. Jurus ini dikeluarkan karena Manggala menganggap jurus yang dikeluarkan Sakawuni tidak berbahaya. Dan lagi Manggala tidak ingin gadis itu celaka. Hanya satu yang ingin dicabut nyawanya yakni, Gaja Ireng!.Semua orang yang menyaksikan, menahan napas ketika gerakan gemulai dari jurus 'Tarian ular' berubah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-10
Baca selengkapnya

38. Kepung kapal layar itu!

Sakawuni bertengger pada sebuah cabang pohon, seraya matanya mengawasi bagian hulu sungai. Bibirnya tersenyum ketika sebuah perahu besar dengan layar lebar mulai terlihat. Di ujung tiang layar, berkibar selembar bendera bergamhar bunga melati yang dilingkari rantai. Dari lambang gambar bendera, dapat dipastikan kalau kapal layar itu milik seorang saudagar kaya dari Kadipaten Balungan. Sebuah Kadipaten kecil yang berpenduduk cukup makmur."Suiiit...!" Sakawuni bersiul nyaring yang disertai tenaga dalam. Mendengar siul yang bergema itu, serentak dari rimbunan semak-semak tepi sungai bermunculan empat buah perahu berukuran sedang, dikayuh oleh beberapa orang. Sakawuni segera terjun diiringi gerakan salto beberapa kali, dan hinggap tepat di punggung kudanya.Gadis itu lantas menghentak tali kekang kudanya, lalu memacu ke arah perahu gerombalannya yang makin dekat. Ketika perahunya yang berwarna biru pekat itu telah menepi, Sakawuni menarik tali kekang kuda, dan tanpa berpi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-11
Baca selengkapnya

39. Mereka tidak akan mengganggumu!

"Hem, siapa dia?" tanya Sakawuni mengerutkan kening.Codet menjentikkan jarinya. Kemudian muncul dua orang laki-laki mengapit seorang wanita muda berusia sekitar tujuh belas tahun. Cantik dan berkulit kuning langsat. Pakaiannya dari sutra halus. Perhiasannya semua dari emas. Wajahnya menyimpan rasa takut yang dalam.Sakawuni memberi isyarat agar anak buahnya keluar. Codet menutup pintunya lagi. Sakawuni kembali mengamati wanita muda itu. Mukanya pucat dan tubuhnya gemetar."Siapa kau?" tanya Sakawuni.Wanita muda itu tidak menjawab. Tapi berusaha mengangkat kepalanya pelan-pelan. Ketika matanya tertumbuk pada Sakawuni, tubuhnya seketika mengejang, Ketakutannya kian sangat."Kau dengar pertanyaanku, kan? Siapa kau?" dengus Sakawuni mulai kesal karena wanita itu diam saja."Aku..., aku Rara Kemuning," jawab wanita muda itu tergagap, "Aku putri patih kerajaan Galung.""Oh, rupanya kau putri seorang patih? Tidak seharusnya putri seorang p
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-11
Baca selengkapnya

40. Gerombolan Kembang Lembah Hantu

"Masuk!" teriak Sakawuni.Codet muncul. "Ada apa?" tanya Sakawuni."Sebentar lagi kapal sandar, Tuan Putri," lapor Codet."Hm, biar saja. Aku dan Rara tetap di sini Kalian bereskan semua barang-barang.""Hamba laksanakan, Tuan Putri.""Tunggu!" cegah Sakawuni melihat Codet akan berbalik. Codet membungkukkan badannya lagi. "Beritahu pada semua anggota, kalau ada yang berani mengganggu Rara Kemuning, akan berurusan denganku! Dia kini jadi adik angkatku!" ujar Sakawuni keras."Hamba, Tuan Putri," Codet membungkuk hormat. Hatinya sedikit diliputi keraguan."Pergilah! Laksanakan tugasmu!"Codet membungkuk lagi, kemudian berbalik Pintu kamar kembali tertutup rapat. Sakawuni memandang Rara Kemuning yang masih duduk di tepi pembaringan."Kau lihat, laki-laki tadi hanya bentuknya saja yang kasar. Nyalinya kecil," Sakawuni menjentikkan jarinya.Rara Kemuning hanya menelan ludah saja. Dia selalu ngeri jika lihat tampang laki
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
129
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status