Zami hanya bisa menunduk menatap lantai rumah Intan. Tampak dia sejak tadi hanya diam saja. Tak bisa berkata apapun. Mana badannya sakit semua. Sisa bogem dari para preman masih membekas. Ini malah ditambah bogeman dari para warga ditambah bapaknya Intan, Teuku Basir juga sudah menghadiahinya tiga kali pukulan di wajah, perut dan dada Zami.“Awas saja, kau sakiti anakku, Intan. Dulu kau bilang, anakku gak cantik. Kamu gak suka, terus ini apa? Ngajakin ketemuan, main peluk segala. Cih! Anaknya Zaky gak jauh beda sama dia. Aku aja heran kenapa sampai dia jadi pemuka agama. Otak modal selangkangan. Cih!” Teuku Basir meludahi Zami. Zami naik pitam, hanya saja dia tak berani melakukan apapun di kawasan kekuasaan Teuku Basir.Zami melirik ke arah kakak tirinya. Berharap sang kakak membantu. Tapi Rafly tak melakukan apapun. Dia sejak tadi hanya diam. Bahkan tak mencoba membela adiknya saat dipukuli, dihina dan dihujat oleh para warga.“Hei, kau. Rafly! Sudah kau bilang sama bapak kau, hah?!”
Terakhir Diperbarui : 2024-12-08 Baca selengkapnya