Semua Bab Menjadi Istri Pengganti Untuk Suami Kakakku: Bab 111 - Bab 120

159 Bab

Melihatnya

Jihan saat ini sedang berada di salah satu Mall yang tak jauh dari villa di kota itu. Dia sedang berbelanja stroller dan juga perlengkapan untuk bayi yang ada di dalam kandungannya, karena rencananya setelah Jihan lahiran, Mama Kirana dan juga Papa Zahid sudah membelikan rumah untuk wanita itu dan di sana akan didekorasi untuk cucu pertama mereka."Kayaknya ini cantik deh sayang buat dekorasi bayi kamu nanti ... mau cewek ataupun cowok warnanya masuk," ujar Mama Kirana.Jihan melihat hiasan bulan dan bintang yang berwarna biru muda, dia pun menyetujuinya karena Jihan juga sangat menyukai hiasan itu.Setelah mereka berbelanja Mama Kirana mengajak Jihan untuk makan siang. "Sebaiknya kita cari restoran terdekat aja yuk! Oh iya, nanti setelah kita makan cari baju untuk kamu sehari-hari di villa.""Nggak usah deh Mah, baju Jihan kan juga sudah banyak, nanti--""Tidak ada penolakan! Mama ingin yang terbaik untuk kamu maupun bayi yang ada di dalam kandunganmu." Mama Kirana mengusap perut Jih
Baca selengkapnya

Hampir Saja

Fadli berlari ke arah lift, namun dia sama sekali tidak menemukan keberadaan mamanya maupun wanita yang bersamanya tadi."Ke mana mereka? Aaaghh! Aku kehilangan jejak mereka!" kesal Fadli pun meninju udara karena dia merasa kesal telah kehilangan jejak mamanya. "Aku sangat yakin kalau tadi itu adalah Jihan. Dari postur tubuhnya itu benar-benar Jihan. Aku harus menanyakan hal ini pada Mama sampai di rumah nanti," sambung Fadli di dalam hati.Tiba-tiba ponselnya berdering dan ternyata itu panggilan dari kliennya yang sudah menunggu di lantai atas, mau tidak mau Fadli pun akhirnya menaiki lift tersebut menuju lantai atas.Sementara di balik dinding penyekat yang ada di lantai tersebut, Mama Kirana berdiri bersama dengan Jihan, dia menutup mulut Jihan agar tidak bersuara."Huuuf! Hampir aja ketahuan," ujar Mama Kirana dengan nafas yang begitu lega.Terlihat wajah keduanya begitu sangat tegang karena hampir saja mereka ketahuan oleh Fadli.Memang tadi Mama Kirana sempat melihat Fadli saat
Baca selengkapnya

Pergi!

"Kenapa Mama diam? Mama ada di mana saat ini?" tanya Fadli kembali."Mama sedang berada di jalan karena tadi habis dari tempat arisan temen.l Mama, memangnya kenapa kok tumben sekali kamu nanyain Mama di mana?""Bohong. Mama habis dari kota Bogor kan?""Kota Bogor? Kamu jangan ngaco deh. Orang Mama habis dari temen arisan Mama, kalau nggak percaya kamu bisa tanya deh sama Papa, Mama ke mana hari ini. Memangnya kenapa? Kok tumben sekali kamu nanya seperti itu?""Nggak apa-apa Mah. Ya sudah kalau gitu Fadli tutup dulu teleponnya ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Fadli pun akhirnya menutup telepon tersebut, tetapi entah kenapa hatinya tidak percaya dengan jawaban sang Mama, karena dia sangat yakin jika wanita yang dia temui di mall tadi adalah mamanya."Masa iya ada orang yang sangat mirip dengan mama? Dari pakaian, tata rambut, postur tubuh, semuanya mirip sama mama. Wajahnya juga walaupun dari samping, aku harus menanyakannya lagi saat sampai di rumah," gumam Fadli, kemudian dia
Baca selengkapnya

Aku Mau Jihan

Alis Haikal bertaut heran saat mendengar ucapan Zahra. 'Itu cewek kenapa sama orang tua sendiri kok begitu? Harusnya mamanya nelpon senang, seperti orang yang tidak suka saja ditelepon?' batinnya.Tanpa menjawab telepon tersebut Zahra langsung mematikannya, namun lagi-lagi telepon itu berdering hingga akhirnya Zahra pun terpaksa untuk mengangkatnya."Ada apa lagi sih, mah?" tanya Zahra saat telepon tersambung, bahkan wanita itu tidak mengucapkan salam sama sekali."Enggak! Zahra nggak mau pulang sebelum Mama dan Papa berubah pikiran. Zahra ini bukan barang!" marah wanita tersebut kemudian dia mematikan telepon.Air mata kembali mengalir, dadanya terasa begitu sesak saat mengingat keputusan kedua orang tuanya dan itu semakin membuat Haikal merasa penasaran.'Itu cewek kenapa kok marah-marah? Apa dia lagi bertengkar dengan orang tuanya?' batin Haikal yang merasa penasaran dengan masalah Zahra.Wanita itu kembali berjalan tidak tentu arah, hingga tidak terasa Zahra mulai berjalan ke teng
Baca selengkapnya

Ada Apa?

Sepanjang perjalanan bahkan Zahra terus saja menangis, hingga terasa mobil sudah sampai di sebuah Villa. Wanita itu menghapus air matanya kemudian dia menatap ke arah Haikal."Kdnapa kita ke Villa?" tanyanya dengan heran, "lo jangan macam-macam ya! Mentang-mentang gue lagi kayak gini, terus lo ngambil kesempatan dalam ke--" ucapannya terhenti saat Haikal tiba-tiba saja mencubit bibirnya hingga monyong seperti bebek."Ternyata lo itu cantik-cantik tapi cerewet seperti emak-emak yang sedang menjajakan dagangannya. Aku membawamu ke sini karena Jihan berada di sini, kau mau masuk tidak? Kalau tidak ... aku tinggal!" ancamnya kemudian Haikal keluar dari mobil.Zahra mengusap bibirnya karena dia merasa jijik tadi Haikal memegang bagian yang begitu sensitif. "Dasar cowok me-sum! Kata-kata dan juga tangannya tidak bisa dijaga. Jika tidak karena ingin bertemu dengan Jihan, sudah kepelintir tangannya!" geram Zahra.Dia pun mengikuti Haikal turun dari mobil dan pria itu menuntunnya untuk masuk k
Baca selengkapnya

Topeng Terbaik

"Orang tua gue ngejodohin gue sama orang lain tapi lo tahu alasan mereka menjodohkan gue itu karena apa?"Jihan menggelengkan kepalanya karena dia pun tidak tahu itu. "Memangnya apa?" tanyanya."Perusahaan bokap gue itu lagi di ambang kebangkrutan, dan dia bekerja sama dengan temannya. Dan di dalam lerjodohan itu, gue seperti dijual. Lo tahu ... demi untuk kebangkitan perusahaannya papa, mereka sampai harus mengorbankan gue menikah dengan anak dari temannya. Dan laki-laki itu tuh udah punya istri, tapi dia belum punya anak ," elas Zahra.Aisyah tertegun, dia tak percaya jika orang tua Zahra mampu melakukan itu, apalagi saat mengingat jika dirinya juga adalah istri kedua."Gue nggak mau Jihan ... gue nggak cinta sama itu laki. Gue nggak mau berakhir seperti lo, walaupun harus berkorban untuk keluarga. Tapi gue juga bingung ... kalau gue nggak nikah sama itu laki, otomatis perusahaan Papa gue bakalan bangkrut, gue harus gimana, Han? Harus gimana?" Zahra mengguncang bahu Jihan, karena i
Baca selengkapnya

Pingsan

Matahari mulai menyongsong lumayan terik, namun Zahra masih belum juga keluar dari kamarnya, apalagi wanita itu sedari pagi belum sarapan sedangkan Jam sudah menunjukkan pukul 09.00."Kamu kenapa terlihat gelisah sekali sayang?" tanya ibu Kulsum kepada Jihan."Aku khawatir Bu dengan Zahra, kok dia belum keluar kamar juga ya?" ujar Jihan dengan tatapan yang begitu cemas."Zahra, teman kamu? Emangnya dia ada di sini?" kaget bu Kulsuam yang memang belum mengetahui jika Zahra ada di sana."Iya Mah, jadi semalam itu Zahra datang ke sini dan dia menangis.""Menangis kenapa?"Akhirnya Jihan pun menjelaskan tentang kronologi masalah dari Zahra kepada ibunya, karena bagi Jihan siapa tahu Ibu Kulsum mempunyai solusi."Ya allah, kasihan sekali Zahra. Dia pasti sangat tertekan. Kenapa orang tuanya bisa setega itu? Mereka tidak tahu saja posisi menjadi istri kedua dan hanya untuk mengandung itu tidak semudah yang dipikirkan." Ibu Kulsum merasa heran dengan jalan pikiran dari orang tua Zahra.Kemud
Baca selengkapnya

Mencari Zahra

Setelah Zahra diperiksa oleh dokter, Zahra masih belum sadarkan diri juga, membuat Jihan benar-benar merasa khawatir."Eeeugh." Terdengar lengkungan dari wanita itu, kemudian sedikit demi sedikit kedua bola mata Zahra pun terbuka."Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga Ra. Aku benar-benar cemas sekali," ucap Jihan sambil menggenggam tangan Zahra."Aku kenapa?" tanya Zahra."Udah ... sebaiknya kamu jangan bicara dulu! Kamu kan baru sadar pasti badan kamu sangat lemas?"Bu Kulsum datang membawakan semangkuk bubur berbarengan dengan Haikal masuk ke dalamnya, namun saat Jihan akan menyuapi sahabatnya ia merasa mual."Biar gue makan sendiri aja Han," ujar Zahra dengan suara lemas."Udah nggak papa, biar aku suapin.""Kamu kan mual, nanti kalau kamu muntah-muntah gimana? Aku nggak mau kalau sampai terjadi apa-apa dengan kandungan kamu. Nggak apa-apa aku bisa makan sendiri kok," ujar Zahra.Akan tetapi Tuhan tidak membiarkan itu, dia akhirnya meminta Haikal untuk menyuapi Zahra, dan pada a
Baca selengkapnya

Demi Kebaikan

"Saya ada perlu dengan Zahra. Apa dia ada?" tanya Fadli kepada pria yang tak lain adalah ayahnya Zahra."Dia kabur," jawab pria itu dengan ketus."Kabur? Kabur ke mana, Om?" tanya Fadli dengan penasaran."Ya mana saya tahu. Emang anak durhaka. Sudah, sebaiknya kamu pergi dari sini! Saya mau ke kantor."Fadli akhirnya masuk kembali ke dalam mobil, dia termenung karena kuncinya adalah Zahra tapi wanita itu malah tidak ada."Hilang sudah kesempatanku untuk bertemu dengan Jihan," lirih Fadli sambil memukul setir mobil. "Aaagh! Ke mana lagi aku harus mencarinya?"Saat dia tengah memikirkan cara untuk kembali mencari Jihan, tiba-tiba saja ponselnya berdering, dan ternyata itu panggilan dari Calista yang menelponnya dan menanyakan keberadaannya."Iya aku sedang berada di jalan, ini sebentar lagi mau balik," jawab Fadli dengan nada datar.Setelah telepon terputus dia pun menyalakan mesin mobilnya untuk kembali ke kantor. Entah kenapa sekarang setiap Calista berada di sisinya atau setiap wanit
Baca selengkapnya

Maafkan Aku

"Mama!" kaget keduanya.Iya, yang datang adalah mama Kirana. Dia ingin ke kantornya Fadli karena ingin meminta pria itu untuk menemaninya ke salah satu butik membelikan baju untuk Jihan."Jawab! Kebaikan apa yang kalian maksud?" tanya Mama Kirana kembali.Nampak kegugupan di wajah Fadli dan juga Calista, keduanya saling berpandangan melempar kode satu sama lain tentang jawaban apa yang harus mereka berikan kepada Mama Kirana."I-itu Mah ... kebaikan jika Calista jangan sampai lelah lelah, nanti kandungannya kenapa-napa," jawab Fadli, "aku hanya khawatir saja, soalnya Calista itu bandel sukanya keluyuran terus dan aku takut jika nanti bayi aku dan dia kenapa-napa di dalam perut."Pria itu bernafas lega karena dia bisa menjawab pertanyaan dari mamanya yang begitu menjebak dan menyudutkan dirinya."Ooh ... mama kira kebaikan apa. Tapi tidak ada yang kalian sembunyikan kan dari Mama? Ksnapa wajah kalian terlihat begitu tegang sekali?" selidik Mama Kirana.Calista dan Fadli seketika menegu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status