Membawa Benih Sang Mantan 의 모든 챕터: 챕터 101 - 챕터 110
314 챕터
bab 101
“ Arza!“Arza!Arza langsung menoleh ke pintu saat namanya dipanggil oleh Xhaqella dan juga Xavier. Dia langsung berdiri dan langsung menghampiri keduanya. “ Iya, Aku datang” seru Arza dari dalam kamarnya, sambil menaruh barang barang miliknya di lemari yang ada disamping tempat tidurnya. “ Kamu lagi ngapain, sejak tadi kamu tidak terlihat” Ucap Xavier sambil melongok kedalam kamar milik Arza, begitu pula dengan Xhaqella yang ikut mengintip.“ Oh saya sedang merapikan barang barang dan menyusunnya di lemari” ucap Arza sambil tersenyum kaku, dia canggung, bagaimana dia harus bersikap di depan kembar. Baginya kembar adalah majikannya yang mana dia harus sopan pada mereka. “ Tidak perlu formal begitu saat bersama kita, apalagi kita lebih muda dibandingkan kamu. Anggap saja kita keluarga kamu” Ucap Xavier. Ada desiran hangat menjalar di dalam dada Arza, baru kali ini ada orang yang kaya menganggapnya sebagai keluarga. Berteman dengan kembar membuat Arza memiliki warna dalam hidupnya.
더 보기
part 102
“ Udah sore kita pulang yuk sayang!” ucap El pada anak sulungnya. “ Apakah sudah selesai, pekerjaan ibu” jawabnya sambil menoleh pada ibunya. “ Sudah, pekerjaan ibu belum terlalu banyak, nanti kalau bisnis ibu berkembang pekerjaan ibu akan menumpuk segini” ucap El sambil mengangkat tangannya di atas meja. Ia masih mengingat saat dulu menjadi sekertaris Hill Corporation. “ Dulu pekerjaan ibu juga banyak? seperti paman Daren bu? Setiap saya ikut ke kantor paman, aku sering melihat paman tengelam sama kertas kertas. Bahkan aku tidak hisa melihat paman lagi” ucap Xaquil sambil geleng geleng kepala karena menurutnya orang dewasa semakin sibuk. “ Hum, dulu ibu juga banyak sudah begitu ibu harus menjaga keamanan sistem jaringan supaya tetap aman, dan masih banyak lagi hal yang harus ibu kerjakan. Nanti kalau kamu sudah besar kamu bisa mengantikan bisnis yang ibu bangun ini” ucap El sambil tersenyum. Huft! “ Ibu sudah bekerja dangan sangat keras, tapi Tuan Sean mengabaikan ibu dan tid
더 보기
Part 103
Pulang dari kerjaan El langsung masuk ke dalam kamar, dia hanya menitipkan pesan pada anaknya untuk memberitahukan pada yang lainnya kalau dirinya sangat lelah. Jadi untuk malam ini dia tidak ikut makan malam bersama. Hati El masih benar benar sakit, dan begitu sampai di kamarnya dia langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan kran. Air mata yang sejak tadi di tahan mati matian akhirnya lolos juga saat ini. El mengeluarkan emosinya di kamar mandi. ‘ Kenapa semua orang membenciku? Apa yang telah aku lakukan pada mereka? Aku kira selama ini orang orang tulus mencintaiku dan juga menyayangiku, tapi faktanya semua itu palsu hiks....hiks...’ Batin El disela sela isak tangisnya.Sejak kedua orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan, El berusaha untuk menyenangkan semua orang. Dia hanya berharap orang orang menyukai dirinya. Tidak membullynya karena dirinya hanyalah anak yatim piatu.Semua kenangan indah saat bersama mantan mertuanya kini kembali berputar putar di dalam kepalanya. Sem
더 보기
part 104
Tok!Tok!Joe mengerutkan dahinya saat mendengar suara ketukan pintu apartemennya. Pasalnya dia tidak ada janji dengan siapapun untuk datang ke Apartemennya. selain itu Joe tidak punya banyak teman yang biasa berkunjung. Satu satunya yang sering keluar masuk apartemennya hanyalah Sean. “ Siapa yang malam malam berkunjung ke apartemen aku? Tidak biasanya ada yang datang” ucap Joe kemudian dia langsung beranjak dari sofa dan langsung melihat ke layar monitor untuk melihat siapa yang datang. Sekaligus memutuskan mau membuka pintu atau tidak. “ Daren!” Gumam Joe saat melihat Daren ada di apartemen miliknya, kemudian dia langsung membukakan pintunya. “ Lama amat sih” ucap Daren datar kemudian dia langsung menyelonong masuk , meskipun belum dipersilahkan masuk. Tapi menurut Daren saat kamu membuka kan pintu artinya kamu telah menyambut tamu kamu dan mempersilahkan masuk tanpa harus diucapkan.. Jadi tidak ada salahnya jika dirinya langsung masuk kedalam.‘ Nih orang tidak ada sopan sopann
더 보기
Part 105
Sementara itu, Sean kini sedang berada di ruang pribadinya ditemani dengan minuman keras. Terlihat di depannya sudah habis beberapa kaleng yang berserakan. “ Untuk apa aku hidup? Aku sudah bekerja keras selama ini tapi kenapa tidak ada satupun yang menghargai aku? Aku menanggung semua beban keluarga Hill di pundakku sendirian. Tapi kenapa mereka tidak ada satupun yang membiarkan aku bahagia? Apa susahnya mereka mendukung semua pilihanku, seperti halnya aku mendukung mereka?” Gumam Sean, sementara matanya sudah terlihat merah.Sean bener-bener kecewa dengan keluarganya karena tidak ada yang support dia satu pun. Selama ini dia memendam semua rasa kecewa terhadap keluarganya terutama mamanya. Dia hanya bisa melampiaskan dengan minum minum seperti ini. “ Dan juga El, apakah cintamu hanya sebesar biji wijen? kenapa kamu selalu marah marah padaku. Padahal aku sedang berusaha untuk memperbaiki hubungan kita” ucap Sean kembali menegak minuman sementara air matanya tiba tiba turun, ia benar
더 보기
Part 106
Pagi hari pun datang, bayang bayang masih sangat basah menandakan jika jam enam belum lewat. Burung burung mulai bertengker di dahan pohon yang rindang. Mereka pun mulai paduan suaranya, membuat siapapun yang masih mendengkur di balik selimut akan terusik karena paduan suara para burung yang tidak beraturan. Seolah oleh mereka berlomba untuk siapa yang paling keras suaranya. Hoam! Betul! Seorang tubuh kecil mulai mengeliat dari balik selimutnya karena suara brisik burung dari samping kamarnya yang bertengker di pohon. Dengan mata masih sedikit terpejam dia bangun sambil mengaruk garuk lehernya. Bukan karena gatel tapi karena kebiasaan setelah habis tidur. “ Kak.... mau bangun pagi dan olahraga tidak” ucapnya lemah dengan suara yang serak khas bangun tidur, sementara pipinya membengkak. Mungkin semalam dia habis makan banyak.Tidak ada suara sama sekali selain dengkuran halus dari ranjang di sebelahnya. “ Kak Xaquil! Mau bangun pagi dan cari udara pagi tidak?” ucapnya kemudian mel
더 보기
Part 107
Kriing! Krrriiiinggg! “ Halo, dengan Joe ada yang bisa di bantu” ucap Joe saat telepon di ruangannya berbunyi. “ Ada hal penting apa, tadi pagi kamu menelpon aku? Aku sudah memintamu ke rumah tapi kamu tidak ke rumah. Sebenarnya yang jadi bos itu aku atau kamu sih Joe” ucap Sean langsung mengomel pada asistennya.padahal Sean baru saja datang bahkan pant*tnya belum menyentuh kursi kebesarannya. Tapi dia langsung mengomel pada asistennya itu. “ Bos sudah datang?” Tanya Joe tanpa rasa bersalah. “ Belum!” Tuùuut! “ Ya Tuhan Bos sensi amat, masih juga pagi” gerutu Joe saat Sean mematikan sambungan secara sepihak. kemudian dia mengambil beberapa dokumen yang sudah dia periksa dan tinggal Sean tanda tangan saja. Joe kemudian berjalan keluar dari ruangannya dan mau masuk kedalam ruangan bos, namun di depan pintu sudah ada beberapa kepala divisi yang antri sepertinya mereka juga sama ingin meminta tanda tangan bos. Apa lagi mereka sedang membawa dokumen juga. Melihat itu Joe malah i
더 보기
part 107
“Joe kamu harus ikut denganku ke sekolah anakku, guru mengatakan jika anak perempuanku sedang bertengkar dengan salah satu anak di sana” ucap Sean merasa senang karena sang guru langsung memberitahukan hal itu padanya. Namun Joe memandang Sean dengan bingung, karena menurutnya itu terdengar sangat aneh. “ Joe apa yang kamu lakukan? Kenapa diam saja, temani aku karena ini pertama kalinya aku pergi ke sekolah untuk putriku. Aku akan melindungi putriku, siapapun yang berani mengganggunya maka aku yang akan menyelesaikannya” ucap Sean dengan sangat senang. Joe menjadi kasihan dengan Sean yang sangat bahagia. Dia merindukan anak kembarnya hingga dia melupakan fakta jika anaknya ada pada El, dan tidak ada saru orangpun yang tahu jika Sean punya anak. ‘ Apakah ini jebakan? Bukankah tidak ada yang tahu jika Sean punya anak? Kenapa aku merasa semua ini sangat aneh’ batin Joe. “ Bos, bukankah ini sangat aneh jika guru itu meminta bos untuk datang” ucap Joe dengan hati hati takut menyinggun
더 보기
part 109
El kini sedang berada di depan perusahaan milik Daren. Dulu dia juga sering ke tempat ini. Dan sekarang El kembali lagi ke sini setelah sekian lamanya.“ Permisi ibu mau bertemu dengan siapa?” Ucap petugas resepsionis saat El memasuki lobby perusahaan dengan mengunakan masker untuk menutupi wajahnya. “ Mbak Siska, mau ke ruang Daren ya..” ucap El sambil membuka maskernya saat mengenali siapa petugas resepsionis. “ Ya Tuhan! Nona El kemana saja selama ini?” Ucap Siska memekik kegirangan melihat kedatangan El ke kantor. El sejak dulu memang sangat disukai oleh para Staff baik itu di perusahaan Daren maupun di Hill Corporation. Kerena hanya El yang bisa membuat Daren maupun Sean bersikap lembut. Karena jika tidak perusahaan akan membeku sepanjang masa. Selain itu jika ada El semua urusan staff dipermudah oleh bos mereka. “ Kenapa Mbak Siska kangen?” ucap El dengan tersenyum. “ Benar kangen banget, sejak ibu menghilang, Tuan Daren tidak pernah ke perusahaan. Dia juga menghilang selam
더 보기
part 110
El langsung mengajak Daren untuk kerumah sakit, saat Mamanya memberikan kabar jika anak bungsunya mengalami kecelakaan di sebuah Mall. Hati dan perasaan El tidak tenang, bahkan di sepanjang perjalanan dia terus menangis, memikirkan anak bungsunya. Begitu mobil memasuki rumah sakit, El langsung turun dari mobil dengan cepat. Dia tidak ada waktu untuk menunggu Daren lagi. Yang ada dalam pikirannya kini hanyalah melihat keadaan putri bungsunya dalam keadaan baik baik saja. Sementara, air matanya sejak tadi tidak bisa dihentikan lagi, sungguh! Ini adalah hal terberat yang El harus lalui. Sumpah demi apapun dia tidak sanggup melihat anak bungsunya terluka. Di belakang El, Daren juga berjalan dengan perasaan yang bimbang, sedih dan juga marah. Baru beberapa menit yang lalu anak buahnya yang diminta menjaga si kembar memberitahukan padanya jika Qella jatuh tubuhnya terpelanting dan menabrak eskalator. ‘ Siapa yang berani membuat ponakan cantikku menjadi seperti ini. Aku harus segera men
더 보기
이전
1
...
910111213
...
32
DMCA.com Protection Status