Sementara itu, Sean kini sedang berada di ruang pribadinya ditemani dengan minuman keras. Terlihat di depannya sudah habis beberapa kaleng yang berserakan. “ Untuk apa aku hidup? Aku sudah bekerja keras selama ini tapi kenapa tidak ada satupun yang menghargai aku? Aku menanggung semua beban keluarga Hill di pundakku sendirian. Tapi kenapa mereka tidak ada satupun yang membiarkan aku bahagia? Apa susahnya mereka mendukung semua pilihanku, seperti halnya aku mendukung mereka?” Gumam Sean, sementara matanya sudah terlihat merah.Sean bener-bener kecewa dengan keluarganya karena tidak ada yang support dia satu pun. Selama ini dia memendam semua rasa kecewa terhadap keluarganya terutama mamanya. Dia hanya bisa melampiaskan dengan minum minum seperti ini. “ Dan juga El, apakah cintamu hanya sebesar biji wijen? kenapa kamu selalu marah marah padaku. Padahal aku sedang berusaha untuk memperbaiki hubungan kita” ucap Sean kembali menegak minuman sementara air matanya tiba tiba turun, ia benar
Pagi hari pun datang, bayang bayang masih sangat basah menandakan jika jam enam belum lewat. Burung burung mulai bertengker di dahan pohon yang rindang. Mereka pun mulai paduan suaranya, membuat siapapun yang masih mendengkur di balik selimut akan terusik karena paduan suara para burung yang tidak beraturan. Seolah oleh mereka berlomba untuk siapa yang paling keras suaranya. Hoam! Betul! Seorang tubuh kecil mulai mengeliat dari balik selimutnya karena suara brisik burung dari samping kamarnya yang bertengker di pohon. Dengan mata masih sedikit terpejam dia bangun sambil mengaruk garuk lehernya. Bukan karena gatel tapi karena kebiasaan setelah habis tidur. “ Kak.... mau bangun pagi dan olahraga tidak” ucapnya lemah dengan suara yang serak khas bangun tidur, sementara pipinya membengkak. Mungkin semalam dia habis makan banyak.Tidak ada suara sama sekali selain dengkuran halus dari ranjang di sebelahnya. “ Kak Xaquil! Mau bangun pagi dan cari udara pagi tidak?” ucapnya kemudian mel
Kriing! Krrriiiinggg! “ Halo, dengan Joe ada yang bisa di bantu” ucap Joe saat telepon di ruangannya berbunyi. “ Ada hal penting apa, tadi pagi kamu menelpon aku? Aku sudah memintamu ke rumah tapi kamu tidak ke rumah. Sebenarnya yang jadi bos itu aku atau kamu sih Joe” ucap Sean langsung mengomel pada asistennya.padahal Sean baru saja datang bahkan pant*tnya belum menyentuh kursi kebesarannya. Tapi dia langsung mengomel pada asistennya itu. “ Bos sudah datang?” Tanya Joe tanpa rasa bersalah. “ Belum!” Tuùuut! “ Ya Tuhan Bos sensi amat, masih juga pagi” gerutu Joe saat Sean mematikan sambungan secara sepihak. kemudian dia mengambil beberapa dokumen yang sudah dia periksa dan tinggal Sean tanda tangan saja. Joe kemudian berjalan keluar dari ruangannya dan mau masuk kedalam ruangan bos, namun di depan pintu sudah ada beberapa kepala divisi yang antri sepertinya mereka juga sama ingin meminta tanda tangan bos. Apa lagi mereka sedang membawa dokumen juga. Melihat itu Joe malah i
“Joe kamu harus ikut denganku ke sekolah anakku, guru mengatakan jika anak perempuanku sedang bertengkar dengan salah satu anak di sana” ucap Sean merasa senang karena sang guru langsung memberitahukan hal itu padanya. Namun Joe memandang Sean dengan bingung, karena menurutnya itu terdengar sangat aneh. “ Joe apa yang kamu lakukan? Kenapa diam saja, temani aku karena ini pertama kalinya aku pergi ke sekolah untuk putriku. Aku akan melindungi putriku, siapapun yang berani mengganggunya maka aku yang akan menyelesaikannya” ucap Sean dengan sangat senang. Joe menjadi kasihan dengan Sean yang sangat bahagia. Dia merindukan anak kembarnya hingga dia melupakan fakta jika anaknya ada pada El, dan tidak ada saru orangpun yang tahu jika Sean punya anak. ‘ Apakah ini jebakan? Bukankah tidak ada yang tahu jika Sean punya anak? Kenapa aku merasa semua ini sangat aneh’ batin Joe. “ Bos, bukankah ini sangat aneh jika guru itu meminta bos untuk datang” ucap Joe dengan hati hati takut menyinggun
El kini sedang berada di depan perusahaan milik Daren. Dulu dia juga sering ke tempat ini. Dan sekarang El kembali lagi ke sini setelah sekian lamanya.“ Permisi ibu mau bertemu dengan siapa?” Ucap petugas resepsionis saat El memasuki lobby perusahaan dengan mengunakan masker untuk menutupi wajahnya. “ Mbak Siska, mau ke ruang Daren ya..” ucap El sambil membuka maskernya saat mengenali siapa petugas resepsionis. “ Ya Tuhan! Nona El kemana saja selama ini?” Ucap Siska memekik kegirangan melihat kedatangan El ke kantor. El sejak dulu memang sangat disukai oleh para Staff baik itu di perusahaan Daren maupun di Hill Corporation. Kerena hanya El yang bisa membuat Daren maupun Sean bersikap lembut. Karena jika tidak perusahaan akan membeku sepanjang masa. Selain itu jika ada El semua urusan staff dipermudah oleh bos mereka. “ Kenapa Mbak Siska kangen?” ucap El dengan tersenyum. “ Benar kangen banget, sejak ibu menghilang, Tuan Daren tidak pernah ke perusahaan. Dia juga menghilang selam
El langsung mengajak Daren untuk kerumah sakit, saat Mamanya memberikan kabar jika anak bungsunya mengalami kecelakaan di sebuah Mall. Hati dan perasaan El tidak tenang, bahkan di sepanjang perjalanan dia terus menangis, memikirkan anak bungsunya. Begitu mobil memasuki rumah sakit, El langsung turun dari mobil dengan cepat. Dia tidak ada waktu untuk menunggu Daren lagi. Yang ada dalam pikirannya kini hanyalah melihat keadaan putri bungsunya dalam keadaan baik baik saja. Sementara, air matanya sejak tadi tidak bisa dihentikan lagi, sungguh! Ini adalah hal terberat yang El harus lalui. Sumpah demi apapun dia tidak sanggup melihat anak bungsunya terluka. Di belakang El, Daren juga berjalan dengan perasaan yang bimbang, sedih dan juga marah. Baru beberapa menit yang lalu anak buahnya yang diminta menjaga si kembar memberitahukan padanya jika Qella jatuh tubuhnya terpelanting dan menabrak eskalator. ‘ Siapa yang berani membuat ponakan cantikku menjadi seperti ini. Aku harus segera men
Sean masih fokus membaca laporan bulanan, Sean langsung menyuingkan senyumnya saat melihat grafik perusahaan yang terus naik dengan keuntungan yang meningkat. “ Nah, jika seperti ini aku sangat senang, tidak perlu marah marah” gumam Sean sambil terus fokus pada layar monitor. Kali ini memang Sean tidak dibebani dengan masalah perusahaan yang penuh dengan koruptor seperti sebelumnya. Dia mengganti orang orang yang curang dengan orang yang baru. Dan sejauh ini semuanya aman dan berjalan seperti yang dia harapkan.“ Semoga tidak ada staff yang main curang seperti dulu lagi, aku sudah bosan dengan itu semua” ucapnya bermonolog, memang sejak kejadian di perusahaan cabang di luar negeri waktu itu, kejadian banyak staff yang curang dengan mengunakan berbagai alasan. Sean kini, selalu menampung semua keluh kesah para Staffnya. Bahkan Sean mempekerjakan orang untuk menangani semua kritik dan saran. Sekaligus meminta para staffnya untuk mengatakan kepada kepala bagian masing masing divisi, j
Dalam perjalanan ke rumah sakit Sean tidak berhenti berdoa, untuk anak perempuannya. Jika dia sampai membutuhkan darahnya itu artinya Xhaqella terluka dengan sangat parah, pikir Sean.“ Apa yang sebenarnya terjadi dengan kalian? Kenapa bisa Qella bisa terluka?” Ucap Sean lembut. “ Kita sedang menyelidiki siapa yang membuatnya jatuh, tadi aku panik tidak bisa pergi menyelidiki langsung dan menangkap orangnya” ucap Xaquil sambil memandang ke luar jendela. “ Harusnya aku bisa menjaganya dengan baik sebagai anak sulung, aku menurunkan kewaspadaanku saat ada pengawal dan orang dewasa. Aku mengira semuanya aman. Tapi ternyata aku salah” ucap Xaquil dengan perasaan penuh bersalah.“ Kamu tidak salah, begitu pula dengan yang lain. Ayah yang salah karena membuat situasi menjadi seperti ini. Mungkin saja ada musuh Ayah yang mengetahui keberadaan kalian” ucap Sean mau memeluk Xaquil tapi, tangan kecil Xaquil langsung mendorong Ayahnya. “ Jangan mengambil keuntungan Tuan, kita tidak seakrab it