Semua Bab Jerat Gairah Paman Kekasihku: Bab 211 - Bab 220

279 Bab

Bab 211 - Sebuah Bukti

“Clara, aku bisa menjelaskannya.” “Jawab saja pertanyaanku. Apa kamu berusaha membunuh pamanmu?!” sela Clara dengan tidak sabaran. Dia hanya butuh jawaban iya atau tidak, bukan penjelasan. Meski hatinya yakin bahwa Alex bukanlah pelakunya, tapi logika dan akal sehatnya justru berkata sebaliknya. Pria itu dan ayahnya terkenal licik, jadi bukan tidak mungkin jika keduanya menghalalkan segala cara untuk mengambil alih kekuasaan Stevan. Alex sudah mengantisipasi pertanyaan dari Clara itu, tapi entah kenapa saat mendengarnya langsung dari mulut Clara, membuat dadanya terasa begitu sesak. Sorot mata gadis itu yang penuh kesedihan, juga semburat kemarahan yang tersimpan, membuat Alex kesulitan bicara. “Kenapa diam?!” Suara Clara meninggi, membuat dua petugas yang berjaga di depan pintu saling pandang. Sesaat lalu, saat Stevan yang datang, tidak ada keributan sama sekali. Padahal, pria itu korban kecelakaan yang diduga Alexlah tersangkanya. “Apa pun yang aku katakan, tidak akan mengubah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-13
Baca selengkapnya

Bab 212 - Memanjakan Istri

“Bagaimana keadaanmu, Sayang?”Stevan menghadiahkan satu kecupan di kening saat Elisa menyambutnya. Meski masih terlihat sedikit pucat, tapi senyum simpul sudah terukir di sudut bibirnya.“Baik. Hari ini Maria masak banyak makanan kesukaanku.”“Pasti itu permintaan anak-anak Daddy di dalam sana, ya?” Stevan berjongkok, menciumi perut Elisa dengan penuh cinta. Tangannya bersemayam di pinggang, terlihat begitu mesra.Elisa dan Renata yang berdiri bersisian saling pandang dan sama-sama mengulas senyum. Stevan yang dulu terlihat dingin dan tidak memiliki hati, nyatanya sekarang begitu lembut dan pengertian. Karakternya benar-benar berubah banyak.“Bagaimana dengan urusan di kantor polisi? Kudengar Alex mau memberikan keterangan.”Stevan menarik napas dalam, melirik Renata yang sedari pagi menemani Elisa. Wanita itu hanya mengedikkan bahu. “Mama berniat tidak mengatakan apa pun, tapi Elisa yang mendesak Mama. Dia khawatir ke mana kamu pergi karena tidak bisa dihubungi. Jadi, mau tidak mau
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-14
Baca selengkapnya

Bab 213 - Kepuasan Batin

“Kamu dan Thomas ….”Stevan menegakkan tubuhnya dan mulai bercerita bahwa dia adalah pemilik Thomas and Co yang sebenarnya. Namun, selama ini dirinya berlindung di balik sosok Thomas dalam setiap pengambilan keputusan.Meski awalnya Elisa kembali dibuat tak percaya, tapi Stevan benar-benar menunjukkan bukti kepemilikan saham di firma usaha itu. Dia juga mengungkapkan bahwa dirinya hanya berniat menolong karyawan dari beberapa perusahaan kecil itu, sama sekali tidak ingin menguasainya.“Maaf karena sudah berpikir buruk tentang itu sebelumnya, Steve. Aku pikir kamu akan melahap habis orang-orang yang sudah mengkhianatimu dan membiarkan karyawan kecilnya menderita. Aku salah.” Elisa terharu, memeluk suaminya itu dengan mata berkaca-kaca.“Akulah yang harus meminta maaf padamu, Sayang. Maaf karena baru bisa menceritakannya sekarang. Bukan aku tidak percaya padamu, tapi aku tidak ingin menambah beban pikir di kepalamu. Kau harus fokus untuk kesehatanmu dan anak-anak kita.”Elisa mengangguk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-14
Baca selengkapnya

Bab 214 - Merusak Pagi yang Indah

Aroma makaroni panggang dibalut lelehan keju menggelitik hidung Elisa, membuat nyawanya terkumpul. Mata indahnya mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk melalui jendela.Perlahan tapi pasti, Elisa menarik selimut yang menutupi tubuhnya, duduk bersandar di kepala ranjang. Dia hanya memakai kaos milik Stevan yang sudah pasti kebesaran di tubuhnya.“Kau sudah bangun, Sayangku?”Stevan menyapa sambil menggeser pintu menggunakan kaki karena kedua tangannya sibuk memegang nampan berisi makanan. Seperti permintaan Elisa setelah pergulatan panas mereka semalam, pria itu harus bertanggung jawab dengan perutnya dan anak-anak yang kelaparan.“Aku sudah buatkan makanan kesukaanmu.”Elisa tersenyum, merasa tersanjung dengan perhatian dan sikap lembut Stevan. Enam bulan yang lalu, jangankan memperlakukannya demikian, menatapnya saja seolah tak sudi.Setelah meletakkan meja lipat di depan Elisa, Stevan menyajikan makanan di atasnya. Selain mac and cheese, masih ada nasi puti
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-15
Baca selengkapnya

Bab 215 -  Laporan Mengejutkan

“Stevan ….”Elisa memanggil sambil menyentuh lengan Stevan, mencoba mendapatkan atensinya pria yang masih tertegun setelah menerima telepon.“Ada apa?” ulang Elisa, menahan napas sambil memperhatikan perubahan raut wajah suaminya.Namun, karena Stevan tak juga menjawab, Elisa berinisiatif mencari tahu dari ponsel pria itu. Tampak nama seorang detektif dengan foto profil bergambar logo kepolisian.“Pihak kepolisian?” lirih Elisa yang hanya terdengar oleh telinganya sendiri. Dia segera tersadar dan kembali memperhatikan Stevan. “Apa yang detektif itu katakan? Kenapa kamu diam seperti ini?”Tangan Elisa menangkup kedua rahang pria itu, dan bertanya dengan suara yang lirih.“Stevan, aku bukan cenayang yang bisa mengerti isi kepalamu, jadi tolong katakan sesuatu. Kalau kamu hanya diam, aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padamu.”Suara lembut Elisa mengembalikan kesadaran Stevan. Pria itu memeluk Elisa erat-erat, mencari kekuatan untuk mengungkap apa yang sesaat lalu ia dengarkan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-18
Baca selengkapnya

Bab 216 - Tamu Tak Diundang

“Waktu kematiannya adalah sepekan setelah Anda bangun dari koma. Mobil yang dikendarai meledak dan jasadnya tidak bisa diidentifikasi sama sekali.”Seperti tersambar petir di siang hari, baik Elisa maupun Stevan terdiam di tempatnya. Tubuh keduanya menjadi kaku seketika. Itu kabar yang sangat mengejutkan untuk keduanya. Kecelakaan itu terdengar tidak biasa.Stevan mengeraskan rahang mencerna semua informasi itu. Kesempatan untuk mendapatkan keterangan langsung dari pelaku pupus sudah.“Kalian sudah menyelidikinya lagi? Apa ada hal lain di sekitar tempat kejadian perkara?”“Kami sudah menyisirnya, tapi kami tidak menemukan apa pun.”“Bagaimana dengan ponsel pribadi milik pria itu? Bukankah kau mengatakan bahwa dia masih intens menghubungi Harris dan Hilda?”“Ponselnya tidak ada di rumah. Kemungkinan ikut terbakar saat kecelakaan itu.”Tangan Stevan terkepal erat di atas pangkuan. Dia yakin semua pasti sudah direncanakan oleh Harris dan Hilda. Keduanya panik saat Stevan terbangun dari ko
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-18
Baca selengkapnya

Bab 217 - Menyerahkan Diri

“Tidak perlu bertemu dengannya,” bisik Elisa sambil menahan tangan Stevan, mencegah pria itu menemui tamu yang tak diundang mendatangi rumah mereka. “El—”“Aku tidak mau dia membuat masalah lagi denganmu!” Cengkeraman tangan Elisa semakin erat. Dia menggeleng tegas, tidak membiarkan sang suami menemui tangan kanan Harris.Sejenak Stevan menimbang-nimbang, menatap Elisa dan asisten Harris yang menunduk dalam-dalam, tidak berani mengangkat wajahnya. Sebenarnya, Stevan pun bingung. Mengapa pria itu mendatanginya? Untuk kepentingan apa?“Aku akan memanggil Maria untuk mengusirnya.” Elisa melepas tautan tangannya di lengan Stevan, bersiap pergi ke belakang. Namun, pergerakannya terhenti detik berikutnya.“Kita temui saja. Mungkin ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.”“Tapi, Steve ….”Stevan menggeleng karena memiliki pertimbangan tersendiri. Selain karena penasaran, dia juga ingin tahu apa rencana pria yang selama ini selalu mengekor Harris ke mana-mana. Apakah pria itu masih setia kepad
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-19
Baca selengkapnya

Bab 218 - Pengganggu Lainnya

Kali ini senyum di wajah Stevan semakin lebar. Dia mengerti kenapa pria itu melakukannya.“Terdorong rasa bersalah, Anda siap menanggung semua akibatnya seorang diri?”“Ya. Memang bukan saya pelaku yang mencelakai Anda. Namun, secara tidak langsung, saya ikut terlibat dalam kejahatan mereka karena saya menutupi kebenaran yang ada.”Stevan tersenyum. Orang yang mempunyai maksud jahat, tidak akan merasa begitu gelisah hanya karena mengetahui suatu kejahatan dan berusaha menutupinya. Namun, bagi pria yang masih memiliki nurani itu, semua yang terjadi pasti telah mengganggu hati dan pikirannya selama berbulan-bulan. Sampai akhirnya, pria itu tidak tahan lagi dan memilih untuk mengungkapkan semuanya.“Saya menghargai niat baik Anda. Tidak perlu khawatir, jika ada yang Anda butuhkan, segera hubungi asisten saya. Kami bukan orang yang tidak tahu terima kasih.”Elisa menarik napas dalam-dalam, merasa lega melihat kesungguhan pria itu. Kecurigaan yang sempat tertahan di dadanya, seolah tak be
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-19
Baca selengkapnya

Bab 219 - Orang Ketiga

“Aku tidak bermaksud buruk. Ada yang ingin aku katakan.”“Jika tidak penting, kembalilah. Kau datang di waktu yang tidak tepat,” jawab Stevan dengan wajah bersungut-sungut mengingat dirinya gagal menghabiskan waktu dengan Elisa.“Penting. Ini sangat penting!” tegas Clara dengan tatap mata penuh keyakinan.Melihat tatap mata gadis yang pernah menyukainya, Stevan akhirnya mengizinkan tamunya itu masuk. Dia duduk dengan jemawa, menunggu hal sangat penting apa yang bisa dia dengarkan.“Aku minta maaf karena sudah mengatakan hal-hal buruk padamu sebelumnya. Aku terbawa perasaan dan—”Stevan mengangkat tangan dan berkata, “Jika kedatanganmu hanya untuk mengucapkan kalimat basa-basi itu, pergilah. Aku tidak tertarik mendengarnya.”Clara menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata sejenak. Bertahun-tahun mengenal Stevan, dia seharusnya tidak kaget lagi dengan kata-kata pedas dari mulut pria itu. Lagipula, ada hal yang harus dia sampaikan sekarang juga, sebelum terlambat.“Aku membawa buk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-20
Baca selengkapnya

Bab 220 - Tidak Ingin Menunda Lagi

“Apa?” Wanita dengan rambut panjang sebatas pinggang itu menoleh, tidak mengerti maksud ucapan Stevan yang jelas ditujukan padanya.“Kau datang untuk membicarakan hal itu, tapi tidak ingin mengatakan apa-apa untukku? Kau hanya ingin Alex bebas agar kalian bisa berkencan, bukan begitu?”Clara tampak ragu. Dia tidak akan membahas Alex lagi karena itu hanya akan menguatkan bahwa dirinya benar-benar sudah menjadi seorang budak cinta yang mengabaikan logika.“Aku ….”“Ya?” Stevan menjawab sambil terus menciumi Elisa, kali ini turun ke leher dan mengabaikan wajah Clara yang semakin salah tingkah. Dia benar-benar sengaja melakukannya.Elisa mati-matian berusaha melepaskan diri dari perlakuan Stevan, tapi pria itu semakin agresif dan tidak membiarkannya lepas sedetik pun.Clara kembali memejamkan mata, mengumpulkan kembali ketenangannya. Dia tidak boleh gegabah, harus memikirkan apa yang harus dia katakan. Jika tidak, Stevan akan semakin merendahkannya.“Tidak ada yang harus aku katakan. Kau
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
28
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status