Home / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Bab 214 - Merusak Pagi yang Indah

Share

Bab 214 - Merusak Pagi yang Indah

last update Last Updated: 2023-12-15 11:20:35
Aroma makaroni panggang dibalut lelehan keju menggelitik hidung Elisa, membuat nyawanya terkumpul. Mata indahnya mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk melalui jendela.

Perlahan tapi pasti, Elisa menarik selimut yang menutupi tubuhnya, duduk bersandar di kepala ranjang. Dia hanya memakai kaos milik Stevan yang sudah pasti kebesaran di tubuhnya.

“Kau sudah bangun, Sayangku?”

Stevan menyapa sambil menggeser pintu menggunakan kaki karena kedua tangannya sibuk memegang nampan berisi makanan. Seperti permintaan Elisa setelah pergulatan panas mereka semalam, pria itu harus bertanggung jawab dengan perutnya dan anak-anak yang kelaparan.

“Aku sudah buatkan makanan kesukaanmu.”

Elisa tersenyum, merasa tersanjung dengan perhatian dan sikap lembut Stevan. Enam bulan yang lalu, jangankan memperlakukannya demikian, menatapnya saja seolah tak sudi.

Setelah meletakkan meja lipat di depan Elisa, Stevan menyajikan makanan di atasnya. Selain mac and cheese, masih ada nasi puti
Creative Words

Baru juga istirahat ya, Steve.... kira-kira ada apa lagi ya kali ini?

| 1
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 215 -  Laporan Mengejutkan

    “Stevan ….”Elisa memanggil sambil menyentuh lengan Stevan, mencoba mendapatkan atensinya pria yang masih tertegun setelah menerima telepon.“Ada apa?” ulang Elisa, menahan napas sambil memperhatikan perubahan raut wajah suaminya.Namun, karena Stevan tak juga menjawab, Elisa berinisiatif mencari tahu dari ponsel pria itu. Tampak nama seorang detektif dengan foto profil bergambar logo kepolisian.“Pihak kepolisian?” lirih Elisa yang hanya terdengar oleh telinganya sendiri. Dia segera tersadar dan kembali memperhatikan Stevan. “Apa yang detektif itu katakan? Kenapa kamu diam seperti ini?”Tangan Elisa menangkup kedua rahang pria itu, dan bertanya dengan suara yang lirih.“Stevan, aku bukan cenayang yang bisa mengerti isi kepalamu, jadi tolong katakan sesuatu. Kalau kamu hanya diam, aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padamu.”Suara lembut Elisa mengembalikan kesadaran Stevan. Pria itu memeluk Elisa erat-erat, mencari kekuatan untuk mengungkap apa yang sesaat lalu ia dengarkan d

    Last Updated : 2023-12-18
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 216 - Tamu Tak Diundang

    “Waktu kematiannya adalah sepekan setelah Anda bangun dari koma. Mobil yang dikendarai meledak dan jasadnya tidak bisa diidentifikasi sama sekali.”Seperti tersambar petir di siang hari, baik Elisa maupun Stevan terdiam di tempatnya. Tubuh keduanya menjadi kaku seketika. Itu kabar yang sangat mengejutkan untuk keduanya. Kecelakaan itu terdengar tidak biasa.Stevan mengeraskan rahang mencerna semua informasi itu. Kesempatan untuk mendapatkan keterangan langsung dari pelaku pupus sudah.“Kalian sudah menyelidikinya lagi? Apa ada hal lain di sekitar tempat kejadian perkara?”“Kami sudah menyisirnya, tapi kami tidak menemukan apa pun.”“Bagaimana dengan ponsel pribadi milik pria itu? Bukankah kau mengatakan bahwa dia masih intens menghubungi Harris dan Hilda?”“Ponselnya tidak ada di rumah. Kemungkinan ikut terbakar saat kecelakaan itu.”Tangan Stevan terkepal erat di atas pangkuan. Dia yakin semua pasti sudah direncanakan oleh Harris dan Hilda. Keduanya panik saat Stevan terbangun dari ko

    Last Updated : 2023-12-18
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 217 - Menyerahkan Diri

    “Tidak perlu bertemu dengannya,” bisik Elisa sambil menahan tangan Stevan, mencegah pria itu menemui tamu yang tak diundang mendatangi rumah mereka. “El—”“Aku tidak mau dia membuat masalah lagi denganmu!” Cengkeraman tangan Elisa semakin erat. Dia menggeleng tegas, tidak membiarkan sang suami menemui tangan kanan Harris.Sejenak Stevan menimbang-nimbang, menatap Elisa dan asisten Harris yang menunduk dalam-dalam, tidak berani mengangkat wajahnya. Sebenarnya, Stevan pun bingung. Mengapa pria itu mendatanginya? Untuk kepentingan apa?“Aku akan memanggil Maria untuk mengusirnya.” Elisa melepas tautan tangannya di lengan Stevan, bersiap pergi ke belakang. Namun, pergerakannya terhenti detik berikutnya.“Kita temui saja. Mungkin ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.”“Tapi, Steve ….”Stevan menggeleng karena memiliki pertimbangan tersendiri. Selain karena penasaran, dia juga ingin tahu apa rencana pria yang selama ini selalu mengekor Harris ke mana-mana. Apakah pria itu masih setia kepad

    Last Updated : 2023-12-19
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 218 - Pengganggu Lainnya

    Kali ini senyum di wajah Stevan semakin lebar. Dia mengerti kenapa pria itu melakukannya.“Terdorong rasa bersalah, Anda siap menanggung semua akibatnya seorang diri?”“Ya. Memang bukan saya pelaku yang mencelakai Anda. Namun, secara tidak langsung, saya ikut terlibat dalam kejahatan mereka karena saya menutupi kebenaran yang ada.”Stevan tersenyum. Orang yang mempunyai maksud jahat, tidak akan merasa begitu gelisah hanya karena mengetahui suatu kejahatan dan berusaha menutupinya. Namun, bagi pria yang masih memiliki nurani itu, semua yang terjadi pasti telah mengganggu hati dan pikirannya selama berbulan-bulan. Sampai akhirnya, pria itu tidak tahan lagi dan memilih untuk mengungkapkan semuanya.“Saya menghargai niat baik Anda. Tidak perlu khawatir, jika ada yang Anda butuhkan, segera hubungi asisten saya. Kami bukan orang yang tidak tahu terima kasih.”Elisa menarik napas dalam-dalam, merasa lega melihat kesungguhan pria itu. Kecurigaan yang sempat tertahan di dadanya, seolah tak be

    Last Updated : 2023-12-19
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 219 - Orang Ketiga

    “Aku tidak bermaksud buruk. Ada yang ingin aku katakan.”“Jika tidak penting, kembalilah. Kau datang di waktu yang tidak tepat,” jawab Stevan dengan wajah bersungut-sungut mengingat dirinya gagal menghabiskan waktu dengan Elisa.“Penting. Ini sangat penting!” tegas Clara dengan tatap mata penuh keyakinan.Melihat tatap mata gadis yang pernah menyukainya, Stevan akhirnya mengizinkan tamunya itu masuk. Dia duduk dengan jemawa, menunggu hal sangat penting apa yang bisa dia dengarkan.“Aku minta maaf karena sudah mengatakan hal-hal buruk padamu sebelumnya. Aku terbawa perasaan dan—”Stevan mengangkat tangan dan berkata, “Jika kedatanganmu hanya untuk mengucapkan kalimat basa-basi itu, pergilah. Aku tidak tertarik mendengarnya.”Clara menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata sejenak. Bertahun-tahun mengenal Stevan, dia seharusnya tidak kaget lagi dengan kata-kata pedas dari mulut pria itu. Lagipula, ada hal yang harus dia sampaikan sekarang juga, sebelum terlambat.“Aku membawa buk

    Last Updated : 2023-12-20
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 220 - Tidak Ingin Menunda Lagi

    “Apa?” Wanita dengan rambut panjang sebatas pinggang itu menoleh, tidak mengerti maksud ucapan Stevan yang jelas ditujukan padanya.“Kau datang untuk membicarakan hal itu, tapi tidak ingin mengatakan apa-apa untukku? Kau hanya ingin Alex bebas agar kalian bisa berkencan, bukan begitu?”Clara tampak ragu. Dia tidak akan membahas Alex lagi karena itu hanya akan menguatkan bahwa dirinya benar-benar sudah menjadi seorang budak cinta yang mengabaikan logika.“Aku ….”“Ya?” Stevan menjawab sambil terus menciumi Elisa, kali ini turun ke leher dan mengabaikan wajah Clara yang semakin salah tingkah. Dia benar-benar sengaja melakukannya.Elisa mati-matian berusaha melepaskan diri dari perlakuan Stevan, tapi pria itu semakin agresif dan tidak membiarkannya lepas sedetik pun.Clara kembali memejamkan mata, mengumpulkan kembali ketenangannya. Dia tidak boleh gegabah, harus memikirkan apa yang harus dia katakan. Jika tidak, Stevan akan semakin merendahkannya.“Tidak ada yang harus aku katakan. Kau

    Last Updated : 2023-12-20
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 221 - Kedatangan Seseorang

    “Selamat siang, Tuan. Ini adalah salinan berkas final yang akan digunakan dalam proses peradilan beberapa hari ke depan.”Mario menyerahkan satu bundel dokumen kepada Stevan. Berkat bukti dari asisten Harris, polisi semakin mudah untuk menyelesaikan penyelidikan. Selain itu, Alex juga cukup kooperatif memberikan keterangan lebih lanjut mengenai keterlibatan Hilda.“Aku percayakan semuanya padamu dan kuasa hukum kita. Jika tidak ada yang mendesak, tidak perlu mendatangiku lagi. Cukup sampaikan di telepon saja.”Suara Stevan terdengar datar, tidak ada kebanggaan maupun antusiasme yang tampak di wajahnya. Kabar baik yang dibawakan oleh asistennya, hanya dianggap sebagai angin lalu saja. Tidak penting sama sekali.Hari-hari berlalu dengan cepat. Setelah proses yang cukup panjang, kasus itu akhirnya selesai. Stevan hadir dalam persidangan dan menyaksikan hakim mengetuk palu yang menandakan kasus itu akhirnya selesai.Harris dan Hilda ditetapkan sebagai tersangka karena terbukti dengan seng

    Last Updated : 2023-12-22
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 222 - Sebatang Kara?

    “Kenapa tidak membalas pelukanku, Sayang? Apa kamu tidak senang melihat kedatanganku?” Suara Stella yang menuntut jawab membuat Alex mengerjap matanya, berkedip-kedip tersadar dari keterkejutannya. Dia tidak bisa berkata-kata, hanya bisa menatap Stella dan Clara bergantian. Tubuhnya kaku, benar-benar tidak bisa digerakkan. Kedua tangan yang sedari tadi terentang ke samping, perlahan turun ke sisi badan, tapi tidak balas memeluk gadis dengan make up tebal di wajahnya. Alex benar-benar terkejut dengan kedatangan Stella yang tiba-tiba. Berbulan-bulan mereka tidak bertemu, bahkan berkirim pesan maupun telepon pun tidak pernah. Setelah hari kematian Papa Elisa, Hilda dan Stella menghilang begitu saja. Sama sekali tidak diketahui keberadaannya. “Tu … tunggu sebentar. Tolong lepaskan pelukanmu,” pinta Alex dengan suara serak, napasnya tercekat di tenggorokan. Perasaan tidak nyaman menyergapnya, benar-benar berada di situasi yang menyulitkannya karena ada Clara di sana. Bukan hanya Alex y

    Last Updated : 2023-12-27

Latest chapter

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 278 - Jerat Selamanya

    *Satu minggu kemudian …. “Proses penyelidikan berjalan dengan lancar, Tuan. Tidak ada kendala. Tuan Harris dan juga Hilda mengakui semua perbuatan mereka. Bukti-bukti yang terkumpul sudah cukup untuk menuntut keduanya di meja hijau.” Stevan mengangguk sambil membaca berkas yang dibawa oleh Mario. “Tuntutan 10 tahun penjara?” “Benar, Tuan,” Mario mengangguk. Stevan mengangguk puas. Selain 10 tahun mendekam di balik jeruji besi, Harris dan Hilda juga harus membayar biaya denda yang tidak sedikit jumlahnya. Stevan lantas menutup dokumen dan menatap Mario. “Pastikan hal ini tidak mempengaruhi Wijaya Group.” Mario mengangguk. “Semuanya aman terkendali, Tuan. Semenjak Tuan Harris dikeluarkan dari jajaran direksi dengan cara tidak terhormat, kasus ini tidak membawa dampak besar bagi perusahaan.” “Bagus. Pertahankan,” kata Stevan.Mario kembali mengangguk. “Nyonya Besar akan mengambil alih selama Tuan cuti panjang?” “Ya. Kau bisa berkoordinasi dengan asisten Mama mulai hari ini. Janga

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 277 - Hampir Usai

    ‘Paman, maaf mengganggumu malam-malam. Tapi aku ingin mengabarkan kalau Papa sudah siuman. Dia sudah dipindahkan ke kamar inap biasa.’ Elisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Alex kepada Stevan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak keliru. Wanita itu lalu menatap Stevan yang tidak mengatakan apapun. Namun, melihat tubuhnya yang menegang, Elisa bisa memastikan bahwa suaminya juga sama terkejutnya dengan dirinya.“Steve? Kamu baik-baik saja?” Stevan tampak tercenung di tempatnya. Perasaannya campur aduk. Ia pikir Harris tak akan mampu melewati masa kritis panjangnya. Stevan pikir, pada akhirnya maut lah yang menjadi hukuman bagi kakaknya itu. Tapi ternyata, Sang Maha Kuasa punya rencana lain. Dan Stevan tidak tahu perasaan apa yang selayaknya ia rasakan saat ini. Melihat kemelut di wajah suaminya, Elisa lantas mengusap-usap lengannya dengan lembut, mencoba menyalurkan rasa nyaman yang menenangkan. “Apa yang kamu rasakan, Steve?” Elisa ragu-ragu

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 276 - Obrolan di Malam Hari

    “Minggu depan?!” Elisa menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar suara pekikan gadis di seberang sambungan. Ia tertawa mendengar suara grasak-grusuk yang terasa familiar. Meski sudah lama tidak saling kontak, nyatanya sahabatnya itu belum berubah, masih heboh seperti dulu saat mereka pertama kali berteman. “Astaga, aku belum menyiapkan apapun untuk calon bayimu!” kata Sera, terdengar panik. “Tenanglah, Sera,” kata Elisa sambil tertawa. “Kamu tidak perlu menyiapkan apapun.” “Tidak perlu bagaimana?! Calon keponakanku yang pertama akan lahir ke dunia, tidak mungkin aku tidak menyiapkan apapun!” protes Sera. Nadanya terdengar panik sekaligus antusias. Elisa tersenyum, senang karena Sera menyebut calon buah hatinya sebagai keponakan meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali. “Besok aku akan berbelanja setelah makalah sialan ini selesai,” gerutu Sera, yang lagi-lagi membuat Elisa tertawa mendengarnya. Sudah lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Keduanya dis

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 275 - Titik Terang

    Stevan semakin sibuk menjelang hari persalinan Elisa. Ia ingin menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus sebelum mengambil cuti agar bisa fokus pada sang istri dan calon buah hati mereka nantinya. Kesibukan itu tentu berimbas pada banyak orang, tidak hanya Mario, tetapi juga divisi-divisi lain di bawah pengawasan Stevan, termasuk Alex yang sudah mendapatkan kepercayaan untuk mengepalai beberapa project besar. Namun, di tengah-tengah kesibukan itu, baik Stevan maupun Alex masih bisa mencuri waktu untuk orang-orang terkasih. Sesibuk apapun mereka di kantor, mereka masih meluangkan sedikit waktu untuk sekadar bercengkerama lewat panggilan telepon atau video. Obrolan singkat itu selalu menjadi pelipur di tengah hectic-nya pekerjaan di kantor. “Kau yakin tidak menginginkan apapun? Aku akan membelinya saat pulang nanti,” kata Stevan sambil menaikkan bingkai kacamata baca yang turun ke pangkal hidungnya. Matanya masih fokus pada dokumen di hadapan, dengan pulpen di tangan yang sesekali men

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 274 - Kebersamaan Tak Terduga

    “Elisa!” Stevan menaiki undakan tangga teras dengan langkah lebar. Raut wajahnya tampak mengeras, dengan dada naik turun karena napasnya tidak beraturan. Ia bahkan mengabaikan pelayan yang tergopoh-gopoh mengikutinya dari belakang. Pelayan itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat aura dingin dari tuannya, pelayan tersebut memilih untuk bungkam. Namun, saat Stevan hendak menaiki tangga ke lantai dua, pelayan itu segera menyela dan mengatakan keberadaan Elisa. “Nona berada di taman belakang bersama—” Stevan tidak menunggu pelayan tersebut menyelesaikan kalimatnya, langsung membawa langkah lebarnya ke arah taman di belakang kediaman utama. “Elisa—” panggil Stevan, tapi ia tidak melanjutkan kalimatnya saat sepasang matanya menangkap pemandangan asing yang membuatnya terpaku. Rasa marah dan kesal yang sedari tadi ia bawa dari kantor, seketika langsung menguap begitu saja saat melihat apa yang ada di depan matanya kini. “Steve? Kamu sudah sampai?” tanya Elisa terkejut. Waj

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 273 - Harus Diberi Hukuman 

    “ALEX?!” Suara Stevan terdengar meninggi satu oktaf, berkas yang sedari tadi ia bolak-balik sambil membubuhi beberapa halaman dengan tanda tangan teronggok begitu saja di atas meja. Ia terlalu terkejut mendengar satu nama itu disebut membersamai kata ‘teman’ dari mulut istrinya. Sejak kapan Alex menjadi teman Elisa?!“Ya,” sahut Elisa, tidak menyadari kegundahan sang suami yang begitu kentara sebab ia tampak sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. “Sebentar lagi Alex akan datang ber—” “Tunggu di sana,” sela Stevan sambil bergegas. Ia melupakan berkas dokumen yang masih menumpuk di atas meja, lantas mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi dan langsung bergegas menuju pintu. “Steve—”“Aku akan tiba dalam 15 menit.” Stevan tidak menunggu respon dari Elisa. Ia segera memutus sambungan dan menaruh ponsel genggamnya ke dalam saku celana. Mario baru saja ingin mengetuk pintu saat Stevan keluar dari ruangan dengan langkah tergesa. Mereka nyaris bertabrakan kalau saja M

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 272 - Teka-teki Tak Berujung

    “Tidak ada yang mengunjungi Tuan Harris sebelum beliau dirawat di ruang ICU, Tuan,” lapor Mario keesokan paginya saat Stevan baru saja tiba di kantor. “Saya sudah cek CCTV beberapa minggu ke belakang. Selain keluarga, tidak ada yang datang untuk menjenguk Tuan Harris. Hanya ada beberapa petugas dari kantor kepolisian yang berganti menjaga di depan kamar inap beliau,” tambah Mario. Laporan itu membuat dahi Stevan mengerut. “Kau yakin?” Mario kemudian menyerahkan sebuah tablet begitu tuannya sudah duduk di kursi kebesarannya. Layar pipih itu menampilkan satu rekaman CCTV, waktunya sekitar satu minggu sebelum Harris dipindahkan ke ruang ICU. “Bukankah gadis ini Stella?” Mario mengangguk. “Benar, Tuan. Dia pernah datang, tetapi tidak diizinkan masuk untuk menjenguk Tuan Harris.” “Kenapa?” tanya Stevan. “Penjaga berkata bahwa itu adalah pesan dari Tuan Alex. Ia meminta pada para petugas agar tidak memberi akses kepada siapa pun untuk menemui ayahnya kecuali keluarga inti dan p

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 271 - Si Jubah Putih

    “Stevan?” Stevan mengalihkan tatapannya, menatap wajah ibunya yang tampak lelah. “Kamu melihat apa?” tanya Renata sembari melihat ke arah ujung koridor yang sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana. “Tidak,” sahut Stevan, terdengar tidak yakin bahkan di telinganya sendiri. Ia lantas berdiri dari kursi dan menatap ibunya sejenak. “Aku akan ke toilet sebentar,” katanya, langsung pergi tanpa menunggu respon dari Renata. Stevan berjalan ke arah koridor di mana ia melihat seseorang berdiri di sana beberapa saat yang lalu. Namun, sekarang tidak ada siapa-siapa sejauh matanya menyapu sekitar. Ia membawa langkahnya menyusuri koridor, barangkali akan menemukan sebuah petunjuk. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Stevan merasa sedang diawasi. Tapi siapa? Dan untuk apa?Stevan mencoba menerka-nerka. Ia kemudian mengambil ponselnya di dalam saku dan bermaksud untuk menelepon Mario. Stevan akan meminta pria itu untuk mencari tahu siapa saja yang berkunjung ke ruangan Harris selama

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 270 - Waktunya Tidak Lama Lagi

    “Tuan Harris dalam kondisi kritis. Saat ini beliau sedang dirawat di ruang ICU.” Stevan meletakkan sendok dan garpu di atas piring, lalu mengarahkan tatapannya pada Maria yang baru saja menyampaikan informasi yang didapatkannya dari pelayan kediaman kakak sulungnya itu. “Stevan ….” Perhatian Stevan teralihkan pada Elisa yang juga baru saja menghentikan aktivitas makan malamnya. Elisa meraih jemari Stevan dan menatapnya lekat, seolah tengah mencari perubahan emosi yang dirasakan oleh suaminya itu lewat sepasang matanya. Namun, tidak ada. Stevan memang tampak tercenung, tapi itu hanya selama beberapa detik sebelum ekspresinya kembali datar, seolah kabar itu tidak pernah ia dengar sama sekali. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Elisa, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Stevan hanya mengangguk sekilas, sebelum kembali mengambil sendok dan garpunya, lalu melanjutkan makan malam yang sempat tertunda. “Kita makan dulu,” kata Stevan ringan. Seolah dengan begitu, selera makan Eli

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status