Home / Pernikahan / Istri Buruk Rupa / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Istri Buruk Rupa: Chapter 151 - Chapter 160

172 Chapters

BAB 151 Kabar Menggemparkan

Kabar MenggemparkanTania terlihat saling menjambak dengan seorang wanita, di dalam gedung kantor White Skin. Mereka terlihat begitu bersemangat, saling menarik rambut, menendang, seperti dua orang yang tidak berpendidikan, menjadi tontonan tanpa ada yang berani melerai."Cukup," teriak Bram. "Hentikan Tania, Ema, kalian ini seperti anak SMA saja," ucap Bram.Rupanya Tania serang beradu otot dengan Ema, teman sekantornya. Saat ini Ema dan Tania serang berada di ruang kantor Dibisi keuangan, didudukkan berdua oleh Bram dan juga pak Gunawan. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya pak Gunawan."Kalian ini seperti anak kecil saja," lanjut pak Gunawan."Apa pak Gunawan mau tau apa yang terjadi? Wanita ini pelakor, dia merebut pak Hanung dari istrinya juga pak Jeff," ucap Ema."Apa katamu, jaga mulutmu, kamu sudah keterlaluan," ucap Tania."Penghinaan, kamu sudah memfitnah saya," teriak Tania tidak terima."Kamu yang wanita tidak tahu diri," lanjut Tania.Pak Gunawan terlihat begitu kesal,
Read more

BAB 152 Tidak Percaya

Tidak PercayaAngela terlihat duduk bersama beberapa rekan yang lain, baik dari divisi keuangan juga divisi yang lain.“Apa perusahaan kita sedang dikutuk? Perekonomian di dalamnya begitu stabil, bahkan pendapatan naik tajam, namun masalah yang dihadapi sungguh sangat luar biasa. Mulai dari skandal direktur Jeff, video viral pak Hanung dan sekarang fakta bahwa yang menyebarkan video itu adalah Ema, rekan kita sendiri, wah sungguh sangat luar biasa,” ucap Angela yang benar benar tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.“Bukan dikutuk, memang keberadaan wanita itu sudah cukup lama meresahkan,” ucap Mega dari divisi lain.“Ya, aku bahkan tidak menyukainya,” ucap Angela.“Jangan bicara seperti itu, kita sedang mengalami krisis yang besar,” ucap Bram.“Ya, krisis moral, apa apa jadi berita, mengisi sosial media, heran sekali, apa tidak bisa menahan diri, menahan jari,” ucap Angela kesal.“Aku rasa ini karma,” ucap Mega.“Karma? Apa maksudmu?” tanya Angela menelisik.Mereka bertiga sed
Read more

BAB 153 Lebih Ingin Mencintai

Lebih Ingin MencintaiEvan terlihat duduk bersama dengan Hesti di ruang tamu rumah Hesti. Wajah Hesti menyiratkan perasaan tertekan juga khawatir."Tidak apa apa, semua akan baik baik saja," ucap Evan seraya menggenggam tangan Hesti."Apa sidangnya benar benar hari ini? Apa aku harus bertemu dengannya?" Tanya Hesti lirih."Iya, masih tiga jam lagi," ucqp Evan seraya tersenyum."Tiga jam?" Tanya Hesti."Ya, kamu sudah makan pagi?" tanya Evan seraya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan angka 8. "Belum, tadi aku membuat makanan untuk anak anak juga bu Puji, tapi aku masih kurang berselera," ucap Hesti."Oh iya apa hari ini Bintang sudah mulai mengikuti kelas bermain di tempat Grace dulu?" tanya Evan."I-iya, bu Puji cukup telaten membantuku mengurus Bintang," ucap Hesti."Iya, dia memang cukup kompeten," ucap Evan."Baiklah, aku akan membuatkanmu sarapan sederhana," ucap Evan."Apa?" Tanya Hesti."Baiklah, kita lihat, apa yang kamu miliki," ucap Evan yang kemudian berjalan ke ara
Read more

BAB 154 Pendukung dan Penghujat

Pendukung dan PenghujatDi luar persidangan seolah ada dua kubu pendukung. Pendukung Hanung dan juga Hesti. Selain dua kubu pendukung, juga ada banyak sekali wartawan dari berita cetak juga online. "Bagaimana jika kita mewawancarai salah satu pendukung dari dua belah pihak?" ucap seorang kameramen bernama Iman pada temannya yang merupakan seorang wartawan wanita bernama Bella."Baiklah, aku akan bersiap," ucap wartawan Bella."Itu adalah ide bagus, kita berikan bumbu penyedap yang banyak," ucap kameramen Iman."Berikan bumbu yang berlimpah, banyak orang yang akan menyukai ini. Wah, ini benar benar berita viral. Mereka benar benar pendukung setia," ucap kameramen Iman."Laki laki itu sangat hebat, bisa mengatakan hal hal seperti itu, untung saja, kita jadi punya berita viral," lanjut kameramen Iman."Kamu ini," ucap wartawan Bella."Kita dukung yang masanya banyak," ucap kameramen Iman dengan sangat yakin.Mereka berdua mendekat ke arah kerumunan orang itu. "Ibu bisakah saya mewawanca
Read more

BAB 155 Hati Yang Kalut

Hati Yang KalutHesti mulai kalut, tidak lagi berpegang teguh pada prinsipnya, bahwa dia adalah korban. Dia merasa bersalah, mungkin saja semua hal yang terjadi juga merupakan kesalahannya. Hesti menangis, ayah ibunya terlihat begitu khawatir, begitu juga dengan Ivanka dan Bram. Mereka hanya bisa menyaksikan dari jauh, tanpa bisa menenangkan, atau sekejap memberi pelukan.Ivan berusaha menahan diri, di sini dia adalah pengacara, tidak mungkin dia mengambil peran sebagai seorang kekasih. Ivan berusaha keras, bersikap profesional sebagai seorang pengacara yang sudah terkenal handal.Seolah seperti yang sudah direncanakan Hanung dan timnya, pengadilan akhirnya ditunda karna kondisi Hesti sudah tidak lagi memungkinkan. Hesti tidak mampu menahan dirinya, kesedihan sudah begitu jelas menguasai hati juga pikiran.Evan terlihat memeluk Hesti setelah persidangan berakhir.“Tidak apa apa, kita bisa melewati ini bersama,” ucap Evan. Mereka berdua berada di salah satu ruangan yang ada di sana, la
Read more

BAB 156 Mencoba Memahami

Mencoba MemahamiSetelah tekanan demi tekanan, Hesti berusaha memahami dari hati kecilnya sendiri. Apa yang sebenarnya dia inginkan, dia harapkan, hingga menemukan benang merah terbaik.Hesti duduk di ruang tamu, setelah mengantar kedua anaknya pergi ke sekolah. Hesti melihat ponselnya terus berbunyi, beberapa diantaranya dari mantan ibu mertuanya, juga ada dari beberapa kerabat Hanung. Dia sudah bisa menebak, apa yang sekiranya ingin mereka katakan.“Seharusnya mereka tahu, tidak boleh menghubungiku,” gumam Hesti. Hesti meletakkan ponselnya di dalam mangkuk, lalu menutupnya dengan piring.Hesti melangkah menuju ke kamarnya, mengambil sebuah buku yang sudah dia baca sejak beberapa hari lalu, sebagai sebuah penyejuk, buku motivasi yang diharap mampu memberikan kekuatan.Tiba tiba dia mendengar pintu depan rumah digedor gedor oleh seseorang. Hesti segera melompat dari dari tempat tidurnya yang tadi dia duduki bersiap untuk melanjutkan bacaannya.“Siapa,” bisik Hesti, lalu dia bergegas k
Read more

BAB 157 Tidak Bisa Berkutik

Tidak Bisa BerkutikTania menemui Hanung di kantor polisi.“Aku sudah mendengar sidang pertamamu, cukup bagus,” ucap Tania.“Cukup bagus? Tidak, itu sangat buruk sekali. Dia dipermalukan, walaupun aku menyukai hasilnya, namun itu sangat tidak bagus untuk kondisinya,” ucap Hanung.“Apa sekarang kamu memikirkannya? Kamu memihaknya? Bukan dirimu sendiri?” tanya Tania kesal.“Bukan begitu, itu karena aku tidak bersalah, aku tidak bersalah, aku yakin akan dibebaskan, aku adalah korban. Apalagi Ema sudah di tangkap, wanita itu memang benar benar gila, aku tidak habis pikir dia akan melakukan hal gila itu,” ucap Hanung.“Apa kamu tahu kenapa dia melakukan hal seperti itu?” Tanya Hanung.‘A-apa? oh, ti-tidak, mungkin hanya iseng, sesuatu yang menyenangkan untuknya,” ucap Tania yang berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi.“Kamu sudah bertemu dengan Ema?” tanya Tania.“Belum, aku sebenarnya ingin bertemu dengannya, namun pak Yusuf tidak memperbolehkanku, biarlah semua berjalan seperti ya
Read more

BAB 158 Penyesalan

PenyesalanHanung kembali ke ruangannya, lalu dia duduk meringkuk, di lantai, mencengkram kepalanya dengan begitu kuat. Dia mengingat lagi, segala hal yang terjadi di dalam hidupnya. Rumah tangganya bersama Hesti, awal mula pernikahan bagaia, lalu menjadi seorang ayah, pindah ke rumah baru, menjalani kehidupan normal, lalu tiba di waktu dia mulai mencoba berbuat sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan, bahkan memikirkannya pun tidak. Mendua, membawa orang lain ke dalam hatinya, sehingga rumah tangganya hancur, berantakan, meninggalkannya begitu saja, walau sebenarnya dialah yang meninggalkan.Hanung mulai meneteskan air mata, air mata tanpa suara, namun tiba tiba tangisnya pecah, dia menangis, tangisan yang begitu menyakitkan.“Apa yang telah aku lakukan,” gumam Hanung dalam tangisnya.Konon, ketika laki laki menangis, maka luka itu adalah luka yang begitu besar, terasa, menyakitkan.“Aku seharusnya tidak meninggalkanku, bersama wanita yang justru memberikan neraka bagiku,” ucap Han
Read more

BAB 159 Terbelenggu Dalam Rasa

BAB 159Terbelenggu Dalam Rasa“Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Bram pada Ivanka yang sedang duduk di kursi presdir.“Aku? semua akan berjalan seperti biasanya, tidak ada masalah,” ucap Ivanka dengan santainya.“Tidak bisa begitu, siapa yang akan mengisi kekosongan jabatan? Kamu harus memilih orang yang benar benar kompeten. Perusahaan ini adalah hidupku, aku tidak ingin kamu menderita karena perusahaan ini dalam kondisi tidak baik baik saja,” ucap Bram yang berdiri di depan Ivanka, dengan kedua tangan menempel di atas meja, seolah menunjukkan betapa dia begitu khawatir.“Jangan khawatirkan hal itu, perusahaan ini akan bangkit dari krisis, lagipula penjualan masih cukup tinggi,” ucap Ivanka tetap dengan santai.“Tapi kamu tahu, citra perusahaan ini sudah berubah menjadi perusahaan penuh rumor, padahal sebelumnya citranya begitu baik,” ucap Bram khawatir.Ivanka terlihat menghela nafas panjang, lalu berdiri dari posisi duduknya. Dia mulai berjalan mendekat ke arah Bram.“Kamu mengkh
Read more

BAB 160 Pengadilan Lagi

Pengadilan LagiEvan terlihat menguatkan Hesti, Hesti yang terlihat gugup sebelum masuk ruang persidangan. Evan menggenggam tangan Hesti, mendampinginya masuk ke ruang sidang yang sudah seperti arena perang yang dia tahu pasti akan meninggalkan luka mendalam.Evan mengangguk, seperti memberi kekuatan pada Hesti, meyakinkannya, bahwa dia pasti bisa menghadapi semua masalah ini, menyelesaikannya hingga akhir. Hesti dan Evan masuk ke ruang persidangan. Persidangan kali ini cukup ramai, juga menegangkan.Hesti duduk di tempatnya, dengan perasaan was was dna juga khawatir. Di sana ada bu Suseno yang merupakan orang tua Hanung, melihat ke arah Hesti dengan pandangan sengit, bibirnya bergerak gerak, seolah ingin sekali mengumpat, memaki, menyampaikan kekesalannya pada Hesti.Hesti terlihat menarik nafas panjang, berusaha menstabilkan perasaannya, menenangkan hati dan juga pikirannya.***Sidang dimulai, semua orang tegang, saksi saksi didatangkan, diantaranya Ema, pak Gunawan, sebagai salah
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status