Home / Urban / Pelangkah Tanpa Syarat / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Pelangkah Tanpa Syarat : Chapter 1 - Chapter 10

82 Chapters

Pria Pengangguran

“Dek Mina! Ngelamun saja, ada yang nyari, tuh!” kata seseorang yang tak lain adalah Mas Ragil, pria pengangguran—tetangga kontrakan yang baru beberapa bulan ini aku tempati. Dia melewatiku sambil mengelus ayam pelungnya dan tengah menatapku. Aku menoleh padanya, sambil melukis bayangan wajah itu di hatiku. Wajah yang berbentuk oval, bersih tanpa bekas jerawat. Pupil matanya hitam, dilengkapi alis tebal yang lancip dan mirip sekali dengan bintang jatuh dari langit. Rambutnya ikal berwarna coklat, dan ada kumis tipis menghiasi bibirnya yang menyempurnakan bentuk wajah ciptaan Tuhan, nyaris tanpa cela. Tubuhnya yang tergolong tinggi dan kokoh itu bergerak menjauh, setelah aku berhasil memalingkan pandangan darinya. Dia ternyata cukup tampan juga, mungkin karena itu bapak menjodohkan laki-laki itu denganku. Namun, aku tidak mau. Oleh karena itu aku terus berbohong bahwa, aku tak mengenali pria itu. “Minari!” tiba-tiba ada suara lain memanggilku. Aku pun menoleh pada sumber suara itu.
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Minta Pelangkah

“Linda bukan beli mobil, tapi ada yang ngelamar adikmu, dan calon suaminya itu punya mobil!” kata Ibu, dengan wajah yang semringah seraya menatapku.Aku hampir tak bisa berkata apa-apa lagi, kecuali, “Oh! Beneran, Lin? Kamu sudah ada yang melamar?""Iya, kalau kamu kapan?" tanya ibu dan aku tidak tahu harus menjawab apa.Aku kecewa? Jangan tanya.“Mina, calon suami adikmu itu orang kaya, dia mau bulan depan langsung nikah sama Linda!” Aku pun tercengang mendengar kabar itu, sungguh di luar dugaan. Aku tidak pernah tahu Linda punya pacar, dan sekarang mereka mau segera menikah setelah lamaran.Aku sudah di sebut perawan tua di usia yang hampir mendekati 30 tahun, dan sekarang adikku mau menikah lebih dulu. Entah di sebut apa lagi nanti aku, perawan telat kawin? Tamatlah riwayatku. “Oh, bulan depan, cepat juga ya, Alhamdulillah!” sekali lagi, aku hanya bisa bersyukur. “Nah, maksud Ibuk ke sini, mau ngomong sama kamu, kalau mau minta pelangkahan, jangan yang mahal-mahal! Walau calon ad
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Pelangkah Tanpa Syarat

"Buk! Nasib sial atau nggak itu urusan Allah! Jadi, bukan perkara pelangkahan nikah, yang membawa kesialan dan keberuntungan mereka!” “Mbak, tapi aku tetap harus menanyakan itu, biar aku yakin kalau Mbak sudah rela kalau aku menikah lebih dulu!” kata Linda memohon. “Baik, aku rela kamu menikah lebih dulu, Linda ...! Landu ... kalau kamu mau nikah sekarang juga silakan, nggak usah ngasih apa-apa!” “Beneran, Mbak?” Landu tampak tidak percaya “Ya, bener, lah! Jadi, Mbak nggak akan minta pelangkahan, kalau mau nikah ya, nikah saja! Mbak terima dengan lapang dada, tanpa syarat apa-apa!” Sejenak suasana menjadi hening.“Mbak kenal Ismaya, kan?” Landu tiba-tiba bertanya. “Ya!” jawabku setelah mengingat tentang nama yang disebutkannya itu. “Aku sekarang dekat sama dia, Mbak. Dia nggak mau pacaran dan maunya langsung dilamar!” kata Landu dengan mata yang berbinar menceritakan gebetannya. Aku tersenyum dan setuju dengan pernikahan Landu dan wanita itu. Aku mengenalnya belum lam
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Tentang Sebuah Nama

"Iya, Mbak!" jawab Linda."Eum ... Samarchandra itu nama Bapaknya?” tanyaku penasaran. “Iya, Mbak, nama keluarganya gitulah! Kakek-kakeknya juga punya nama yang sama!” “Oh!” “Jadi, Mbak! Kapan bisa pulang, dan kita ke rumah Pak Samad?” Landu bertanya membuatku sontak tertawa. “Dih, nggak sabar amat, sih? Beneran kalian mau ngadain acara nikah barengan?” “Ya, nggak apa kalau cocok waktunya, biar Ibuk repotnya sekalian, mereka juga lahirnya barengan!” Ibu menyela pembicaraanku dan Landu. Deg. Hatiku tiba-tiba berdegup, aku sepertinya benar-benar harus siap. Kata orang kalau di langkahi adik laki-laki nikah duluan, bakalan lama dapet jodohnya. “Gimana kalau aku juga dapet jodoh barengan, Buk?” Aku berkata setelah berhenti tertawa. “Loh, ya malah bagus. Ibuk ngunduh mantu sekaligus tiga!” “Maasyaallah!” gumamku sambil menggelengkan kepala, “Berarti, rezeki Ibuk benar-benar besar, ya?” “Kata siapa besar, justru berkurang! Soalnya kalian mau jadi milik orang, Ibuk nggak punya hak
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Celana Dalam Itu

“Siapa, Pak? Ragil Samudra itu lagi? Kan, sudah Mina bilang kalau tidak ada?” Aku mengulangi nama yang disebutkan bapak tadi, sebab aku ragu, apakah Ragil yang bapak maksudkan adalah Mas Ragil yang jadi tetanggaku. Sudah tiga kali bapak bertanya soal ini dan aku pun menjawab dengan jawaban yang sama lagi.“Iya! Panggilannya Ragil, alamat rumahnya juga di Jalan Widuri, sama persis sama alamat kontrakanmu, Nduk?” tanya bapak lagi. Kemudian bapak menyebutkan ciri-ciri orang yang dimaksudkannya, dia memiliki ciri yang sama dengan Mas Ragil. “Apa Bapak nggak salah orang? Jalan Widuri itu luas, Pak! Mana Mina tahu soal orang itu!” “Sudah, sudah makan dulu, Pak!” kata ibu sambil mengarahkan layar telepon ke dirinya sendiri. “Nanti ngobrol lagi sama Mina, sekarang habiskan dulu makanannya!” katanya. “Ya!” Bapak mengakhiri panggilannya. Aku menghabiskan makananku, begitu juga dengan ibuku. Landu dan Linda sibuk dengan iPhone mereka, seolah tidak ada orang yang hidup di sekitarnya. Seola
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Tubuhku Tidak Rela

Ah, yang benar saja! Aku tanpa sadar telah memelototi Mas Ragil dari pintu yang sedikit terbuka. Tiba-tiba hatiku menyesal telah melemparkan segitiga pengaman itu hingga campur dengan pakaian lainnya. Mas Ragil salah tingkah dan bingung, ia membuang muka saking malunya. Kulihat dia menggaruk kepala. “Maaf, celana yang tadi, jatuh dan kotor, makanya nggak saya campurkan dengan yang lain!” Nah, benar, kan dugaanku ... aku tidak terkejut tapi kesal. Kalau celana itu basah, berarti pakaian lainnya juga ikut basah dan kotor, dong? Kenapa baru terpikirkan.Ya Robbi! Selamatkan hamba-Mu ini dari rasa malu! "Oh, eh, iya, gak apa, sekali lagi terima kasih!" Setelah berkata seperti itu aku pun segera menutup pintu, dari luar kudengar samar suara Mas Ragil mengucapkan kata-kata, "Ya, sama-sama!"Lalu, aku segera mengangkat celana yang terkena lumpur itu. Benar, kan! Baju yang lain ikut ketularan kotor. Akhirnya aku mencuci ulang semua pakaian yang terkena lumpur dari celana itu. Selama ak
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Tetangga Yang Berisik

“Hmm ... baunya enak, wangi!” Kubuka kantong keresek putih, yang sudah ada kemasan mangkuk sekali pakai di dalamnya, hingga aku tak perlu lagi mencuci setelah menggunakannya. Soto aku tuangkan dari bungkusnya dan aku cicipi rasanya ... enak juga! Kebetulan aku belum pernah singgah di warung soto ayam yang dikatakannya. Aku menikmatinya sampai habis, dan kenyang karena ada lontongnya. Setelah selesai makan dan minum, aku melihat smart phone-ku. Membalas semua pesan dari bapak dan ibu satu persatu. Mereka menanyakan kabarku dan bertanya kenapa aku tidak bisa dihubungi sejak sore hari. Tentu saja aku tidak mengatakan yang sebenarnya, dan aku membalas dengan mengetik bahwa aku baik-baik saja. Namun, ada satu pesan aneh, dari nomor yang tidak kukenal, yang baru di kirim saat aku mengaktifkan data ponsel. Pesan yang tertulis dari nomor itu sangat membuatku tercengang. “Gimana sotonya, enak? Dihabiskan, ya?” Deg! Nomor siapa ini? Kalau menanyakan soto, itu berarti Mas Ragil, tapi dar
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Ketika Jam Besuk Berakhir

“Alhamdulillah, semua sehat dan normal! Tapi ....” kata seseorang, yang sedang berdiri di sampingku, aku yakin dia dokter yang memeriksa keadaanku setelah siuman. “Tapi apa, Dok?” itu suara Mas Ragil. “Tapi, lukanya cukup dalam, jadi butuh pemulihan lebih lama dari biasanya!” “Oh!” kata para ibu hampir bersamaan. “Bu Mina, bisa mendengar saya?” dokter itu bicara pelan dekat telinga dan aku pun mengangguk. “Istirahat saja ya, Bu! Untuk sementara jangan banyak gerak, terutama di bagian kepala, karena terluka, untung Ibu cepat dibawa ke sini sama suami! Alhamdulillah! Jadi, Ibu tidak kehabisan darah!” Apa? Aku hampir kehabisan darah? Siapa lagi itu yang mengaku suami? Enak saja! Sekali lagi aku mengangguk. Setelah tahu aku bisa merespons dengan baik, dokter itu pun berlalu. “Alhamdulillah, Dek Mina dengar dokter tadi bicara, kan?” kata Mas Ragil dan aku sekali lagi hanya mengangguk. “Ya, sudah, istirahat saja, jangan mikirin apa-apa, yang penting sembuh aja dulu!” kata pria itu
last updateLast Updated : 2023-08-08
Read more

Punya Teh Mela

“Gak usah, Mas! Gak apa saya sendiri saja!” Aku memaksakan diri untuk bicara dengan halus, menolak keberadaan pria itu sekamar denganku. “Gak apa, Mbak Mina, bair ada yang jaga! Kan, enak kalau butuh apa-apa!” Bukan Mas Ragil yang menjawab pertanyaanku melainkan para ibu tukang gosip itu. Memangnya aku butuh apa? Di kasihani? Tidak! Aku Cuma butuh suami bucin yang mau aku nikahi! Ups! “Nggak apa, kok, Dek Mina! Saya nggak keberatan sama sekali!” kata Mas Ragil menanggapi ucapan ibu-ibu tadi. “Terima kasih Buibu!” akhirnya aku cuma bisa bilang begitu. Sebelum pergi, Bu RT, Teh Mela dan Teh Nena serta, Bu Kokom, melirik padaku dengan tatapan penuh selidik. Namun, sekali lagi aku tidak berdaya untuk menolak pria itu tetap berada di sisiku. “Dek, mau minum? Pasti haus, kan?” tanya Mas Ragil begitu para tetanggaku itu pergi. Aku mengangguk. “Kamu ini sebenarnya sudah sadar dari tadi malam, tapi dokter ngasih obat tidur biar bisa istirahat,” katanya, sambil meraih air mineral dalam
last updateLast Updated : 2023-08-13
Read more

Calon istr Adikku

“Assalamualaikum, Mbak Mina! Loh, Mbak Mina kenapa?” Sudah kuduga akan seperti itu reaksi Ismaya. Ia tampak begitu terkejut karena tidak ada kabar apa pun tentang keadaanku padanya. Ah, mana ada bencana yang memberi berita sebelum kedatangannya.Mata Ismaya tampak berkaca-kaca, aku tidak menyangka kalau calon istri adikku itu, begitu sensitif perasaannya. Landu segera menceritakan apa yang dia alami barusan hingga mendapati aku yang terbaring di rumah sakit. Tak lupa ia mengatakan kejadian kecelakaan sesuai versi Mas Ragil.“Oh, jadi kepala Mbak Mina bocor?” tanyanya, mungkin kepalaku bisa disamakan dengan panci. Tiba-tiba ibu mendekat.“Lihat, nih! Kepala calon Mbak ipar kamu ini botak! Profesor juga bukan!” kata ibu seraya membuka jilbabku dan memperlihatkan perban yang begitu besar di sisi sebelah kiri kepalaku. Tentu saja aku terkejut melihat penampakan diriku di layar itu. Kepalaku botak sebelah! Ternyata sebegitu parahnya lukaku hingga sebagian rambut hilang karena di c
last updateLast Updated : 2023-08-13
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status