Semua Bab Pelangkah Tanpa Syarat : Bab 51 - Bab 60

82 Bab

Lamaran

❤POV author. Selamat membaca! ❤️“Mana rombongan calon suami Mbak Mina? Kok, belum datang, sekarang lamarannya, kan?” tanya Linda begitu Mina menampakkan diri di hadapan semua orang yang terlihat duduk-duduk di ruang tengah keluarga.Gadis berkulit kuning langsat dan berwajah bulat telur itu menengok ke arah pintu masuk. Ia tidak melihat siapa pun di luar sana selain Abid yang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Hatinya sedikit kesal dengan pria itu, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa selain bersikap biasa saja padanya.Mina yang memiliki sifat pelupa, mudah emosi dan telat mikir itu, pun mendekati ibunya. Namun, sebelum Mina sempat bertanya, Syanita sudah menepuk bahunya.“Kamu sudah mandi apa belum tadi sore?” tanyanya. Tentu saja Mina heran, ia yakin kalau ibunya pasti mendengar ucapan Linda, tapi ia justru bertanya soal dirinya yang sudah mandi atau belum. Memangnya apa hubungannya?“Ih Ibuk ini! Ya sudah, dong!” sahut Mina penuh percaya diri.“Ya sudah, kalau s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-08
Baca selengkapnya

Buah Langka

“Jadi, walaupun sebenarnya ini salah paham, tapi saya terima, walaupun saya sebenarnya tidak sungguh-sungguh minta sawah! Jangan nilai saya perempuan materialistis!” kata Mina dengan lugas.“Jadi, intinya saya diterima, kan?” tanya Ragil dengan menatap lembut calon istrinya.Mina mengangguk dan semua orang mengucapkan syukur. Setelah itu doa-doa kebaikan pun meluncur dari mulut semua orang untuk mereka. Harapan terbesarnya adalah lancarnya acara pernikahan, lebih lancar dari lamarannya yang diselingi sedikit drama. Syanita begitu bahagia, setelah acara makan malam bersama selesai, kini mereka tengah duduk2 sambil bercengkrama. Wanita itu menarik tangan Ragil untuk berbicara dengan intens di dekat meja makan. Tidak ada yang berani mengganggu mereka sebab semua orang bisa melihat betapa seriusnya dua orang itu bicara.“Gil, Ibu ingetin kamu sekali lagi! Sebelum kamu menikahi anak Ibuk, kamu boleh mikir lagi!” “Ya, Bu, saya mantap menikah sama Mina!”“Baik, tapi dia mungkin nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-12
Baca selengkapnya

Mengingat Sebuah Nama

“Mas! Kamu berhutang penjelasan padaku!” aku berkata, sambil mengacungkan jari telunjukku di depan wajahnya.“Soal apa?” Mas Ragil balik bertanya, membuatku kesal saja, memang dia laki-laki tidak peka.Aku melihat lebam-lebam yang cukup jelas, di pipi dekat telinga sebelah kirinya, dan waktu aku bertanya soal penyebabnya, tadi dia tidak menjawab. Seharusnya dia tahu kalau aku penasaran soal itu. “Oh, iya, Mas! Kenapa hp-mu nggak bisa dihubungi?” tanyaku lagi.“Oh tadi mati, ya sudah kalau gitu, aku sekarang ke hotel dulu ....besok kita ketemu dan ngobrol lagi kalau sudah sah jadi suami istri, oke?” katanya serambil berbisik di dekat telingaku.Ups! Kepalanya dekat sekali dengan kepalaku membuat aku memundurkan posisi kepala agar tidak terlalu dekat. Dasar! Mas Ragil ini tadi bilang tidak boleh memeluk karena belum jadi muhrim, tapi dia malah dekat-dekat seperti itu.Aku melihat rombongan calon suamiku pergi, dan 12 orang itu menggunakan mobil, yang sama mewah serta bagusnya. Na
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-13
Baca selengkapnya

Sederhana Tapi Manis

“Mbak Mina, kenal sama Firman, kan? Dia saudaraku, Mbak! Dia mau datang ke acara pernikahan Mbak besok!” Itu bunyi pesan yang sepertinya akan menimbulkan banyak masalah, maka aku langsung menjawab pesan, saat itu juga dengan menolaknya secara tegas. Aku punya firasat bahwa memar di wajah Mas Ragil ada hubungannya dengan dua orang itu—Abid dan Firman. Walau aku tidak tahu apa pun penyebabnya, tapi tatapan mata Abid dan Mas Ragil saat bertemu di ruang tamu dan ruang makan tadi malam, sudah menjelaskan semuanya. Jelas sekali ada amarah menyala pada tatapan mereka. Setelah sholat subuh, aku masih merenung di atas sajadah tentang kehidupanku selanjutnya, akan seperti apa nanti jika masalah antara aku dan Abid akan terkuak, sebab sebuah rahasia tidak akan tersimpan selamanya.Namun, pernikahan ini sudah aku setuju, dan demi membantu menyempurnakan separuh agama calon suami. Oleh karena itu aku yakin untuk menjalaninya sepenuh hati. Aku memejamkan mata untuk meluruskan niat melaksanak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-14
Baca selengkapnya

Urusan Mahar

Aku menaruh vas bunga di atas karpet dekat kamar, lalu menghampiri bapak.“Apa? Surat mahar, emangnya mahar ada suratnya? Surat mas kawin ... gitu kali maksud Bapak?”“Bukan!” kata Bapak setelah aku dekat dengannya, lalu beliau merangkum bahuku dengan lembut. Aku merasakan kehangatan seorang ayah saat ia memelukku.Setelah aku ada di kamarnya, ternyata Ibu pun sudah ada di sana, aku tahu hari ini bukan cuman aku yang jadi ratu, tapi ibuku juga. Jadi, wajar saja kalau dia tidak membantu orang-orang di dapur, tapi justru sibuk mengurus segala sesuatu yang tidak ada urusannya dengan masakan. Dia pasrah dengan makanan yang akan dihidangkan nanti di pesta anaknya. Aku lihat tadi semuanya hampir selesai karena semua dipimpin oleh hikmat oleh Bulik Lastri sebagai kepala juru masaknya. Besek-besek khas desa dari bambu, yang dibuat sedemikian rupa sudah dilapisi daun, menandakan siap dimasuki makanan, nasi dan beserta lauk-pauknya. Aku juga sudah melihat tadi beberapa Ibu mengupas beberap
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-15
Baca selengkapnya

Perkelahian

POV Author “Paman? Ada apa Paman ke sini, pagi-pagi begini,” kata Ragil.Pagi itu ia duduk berhadapan dengan Leo—pamannya, yang sengaja mendatangi kamarnya. Mereka tampak bicara serius tentang, keadaan yang dialami oleh Ragil. Sangat memilukan menurutnya sebab sebelum datang melamar Mina ke rumah orang tuanya, Ragil sempat berkelahi dengan seseorang yang ia tahu bernama Firman.Leo tidak setuju dengan sikap Ragil yang tidak jujur soal keadaan itu pada calon istrinya. Apalagi tentang identitas pribadi Ragil—yang ditutupi selam ini—sehingga keponakannya itu diperlakukan tidak pantas oleh orang lain.“Mau sampai kapan kamu seperti ini?” kata Leo, ia menatap serius keponakannya yang masih mengompres wajahnya dengan air es agar bengkak di pipinya hilang.“Paman bicara soal apa ini? Kalau tentang siapa diriku sebenarnya, aku tidak perlu mengatakannya pada siapa pun karena itu tidak penting!” “Itu artinya, kamu rela kalau ada orang lain merendahkanmu seperti yang dilakukan laki-laki
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-18
Baca selengkapnya

Kedatangan Mela

POV Author “Kalau kamu menikah nanti, jangan tinggal satu rumah lagi dengan Mela, biar istrimu bisa tenang, kamu tahu Mela ngeyelnya kayak apa?” Setelah memberikan nasihat seperti itu, Leo pun keluar dari kamar Ragil. Ia pergi mengajak anak dan istrinya untuk berkeliling hotel menikmati udara pagi di desa itu yang sangat jarang ia temui.Sementara Ragil hanya menatap keluarga kecil itu dari atas balkon di mana kamar hotelnya berada. Ia memikirkan Mina dan pakaian yang dikenakannya, untuk lamaran kemarin malam adalah baju pemberiannya. Sebenarnya Ragil ingin baju itu dipakai istrinya saat pembacaan akad nikah mereka hari ini. Namun, ia menghargai Mina dan segala keputusannya, dan ia terlihat begitu cantik dengan pakaian pemberiannya itu. Soal pakaian memang tidak penting adanya, maka ia merelakan saja. Terserah Mina mau pakai baju yang mana saja. Ia sudah harus bersyukur sebab semuanya berjalan sebagai mana mestinya.Namun, ia belum mau menjawab pertanyaan yang diutarakan Mina tent
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-19
Baca selengkapnya

Biar Mereka Tahu

POV AUTHOR “Gil! Mbak Mina belum tahu siapa sebenarnya aku, kan?” tanyanya penasaran.Mendengar pertanyaan itu Ragil yang sudah hendak beranjak ke kamar mandi pun menoleh kepada kakak perempuannya lagi.Ia menggelengkan kepala sambil berkata, “nggak dia udah tahu kok aku soalnya udah bilang kalau teh Mela kakakku!”“Ih, kamu ini!” Mela berkata tampak kecewa, lalu ia keluar kamar sambil menggamit tangan suaminya yang sejak tadi hanya diam dan sibuk dengan ponselnya.Mela sebenarnya ingin memberi kejutan pada Mina. Ia akan memberitahunya secara langsung kalau dirinya bukanlah ibu kos, melainkan hanya menjalankan tugas dari Ragil. Ia menagih uang kontrakan setiap bulan karena laki-laki itu tidak mau melakukannya sendiri. Ragil merasa riskan kalau tiap bulan menagih uang kontrakan dari para penghuninya, yang kebanyakan perempuan. Sementara mulut para wanita penghuni kontrakan itu kebanyakan nyinyir.Mela berada di sana atas keinginannya sendiri dan melakukan tugas itu pun atas ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-24
Baca selengkapnya

Sah

“Mina, kamu di dalam kamar saja, nanti kamu keluarnya kalau sudah rapalan ijab kabul, ya?” kata ibuku seraya memandangku—anak perempuannya, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Salah tingkah aku jadinya sebab ibu seolah terkagum-kagum padaku. Asyik!“Kok begitu Buk?” Aku bertanya sambil berdiri dari kursi meja riasku. Bulek Lastri dan Asri yang saat itu menemaniku pun ikut berdiri.“Eh, Mina! Kan, sebaiknya pengantin wanita itu memang tidak keluar sebelum akad nikah selesai ... nah, nanti kalau sudah dibacakan ijab kabulnya, suamimu itu ke sini ngasihin mas kawinnya atau kamu keluar, untuk menjemput mas kawinmu, begitu!” kata Bulik Lastri.Ia menjelaskan beberapa hal, yang memang aku sering lihat di televisi ataupun di media sosial. Di mana saat ijab kabul dibacakan, hanya mempelai pria yang harus ada di depan penghulunya. Namun, berbeda dengan Linda dan Landu, saat mereka menikah waktu itu. Mereka sama-sama disandingkan.“Jadi, aku di sini saja, Buk?” “Iya!” kata ibu sambil men
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-24
Baca selengkapnya

Sibuk

Mas Ragil bersiap akan duduk kembali, tapi aku menarik tangannya agar tetap berdiri.“Eh! Tunggu dulu!” satu kalimat keluar dari mulutku, enak saja dia cium-cium kening tanpa bilang dulu, aku akan membalasnya.Mas Ragil kembali berdiri sambil menatapku lekat, tatapan matanya itu ... eum ... entah melukiskan apa hingga membuatku gagal melakukan apa, yang sebenarnya ingin kulakukan padanya.“Apa, Dek?” katanya, dengan alis yang terangkat.“Eh, nggak jadi!” jawabku, karena seketika kehilangan keberanian untuk mengerjainya.“Udah, nanti lagi kalau mau menyelesaikan urusan kalian berdua!” seru bapak, seraya melambaikan tangan agar kami berdua segera duduk, tentu saja aku malu.Begitu aku dan Mas Ragil duduk, Pak Amil menyodorkan berkas yang harus kami di atas meja. Dia tersenyum-senyum, begitu juga dengan bapak. Sikap mereka terkesan meledek kami berdua.Aku menerima buku nikah setelah membubuhkan tanda tangan. Lalu ,beberapa orang yang berada di antara aku dan Mas Ragil, serentak m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status