Home / Romansa / ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN: Chapter 211 - Chapter 220

277 Chapters

211. Bertemu Dengan Neneng

“Siapa tadi Mas yang menelpon?” tanyaku masih saja tak bisa meleram gelisahku.“Itu tadi Hamdan, dia bilang ada salah seorang investor penting perusahaan yang datang dari UEA, ingin mengadakan pertemuan denganku.”“Kapan Mas pertemuannya?” tanyaku sembari mengusap rambutku yang basah dengan handuk kering.“Satu jam lagi, dan sekarang aku harus segera bersiap,” ucap Mas Bara sembari mulai menyibak selimut yang awalnya menutup tubuh telanjangnya, “tolong kamu siapkan handuk kering ya, aku mau mandi.”“Iya Mas,” jawabku cepat.“Tunggu aku selesai mandi nanti kita sholat ashar bersama.”Aku mengangguk sembari menyerahkan handuk yang sudah aku ambil dari dalam almari di walk in closet.“Jadi kamu nggak jadi ikut aku untuk ketemuan dengan Neneng Mas?” tanyaku mencoba memastikan.“Sayang sekali aku tidak bisa, sampaikan saja salamku buat teman baik kamu itu. Kalau kalian mau belanja bareng, kamu bisa mentraktir teman kamu membeli apapun yang dia mau.”Mas Bara memang selalu sangat dermawan k
last updateLast Updated : 2024-01-01
Read more

212. Mengais Kisah Masa Lalu

Sontak aku dan Neneng menoleh secara bersamaan demi bisa melihat siapa sosok yang sekarang bahkan sudah mulai memindaiku dengan lekat. “Mas Hilman?!” Tanpa sadar aku bahkan mulai berdiri sembari membalas tatapan lelaki itu, sosok yang sudah terlalu lama tak pernah aku temui lagi. “Rasanya bagai mimpi kalau aku bisa melihatmu lagi secara langsung Rin,” ucap teman lamaku yang pernah mewarnai hari-hariku ketika kami masih sama-sama tinggal di desa. “Ternyata kamu jauh lebih cantik dari yang aku bayangkan, versi dewasa kamu jauh terlihat lebih anggun dan sangat berkelas.” Pujian dari pria yang dulu begitu banyak membantuku itu terus terlontar. Aku tersenyum tersipu saat mendengarnya meski kemudian aku bisa menguasai diri dan menampilkan sikap elegan sebagaimana biasanya yang aku selalu sajikan. “Aku nggak pernah menyangka
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

213. Rahasia Yang Diungkapkan Karso

“Apa kabar Rindu?” Sapaan itu langsung membuatku menoleh ke belakang pada asal suara yang tadi aku dengar. Sontak aku terperangah ketika melihat sosok berkumis tebal itu yang sekarang tampak menyeringai ke arahku itu. Rasa cemas langsung menjalar yang membuatku tanpa sadar merangsek mundur. “Ternyata benar kalau kamu memang semakin cantik, lelaki kaya itu sudah merawat kamu dengan sangat baik,” ucap lelaki yang bertubuh tegap yang tidak lain adalah kakak iparku sendiri, Karso. Selama ini aku tak pernah mendengar kabar lelaki itu yang bahkan sudah diceraikan oleh Mbak Murni saat lelaki itu tak pernah muncul lagi dan kabarnya sedang mendekam di dalam penjara. Wajah Karso masih saja sangar seperti dulu, bahkan sekarang menjadi lebih menakutkan lagi dengan kulitnya yang semakin terlihat legam itu. “Aku yakin kamu
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more

214. Berterus Terang

Aku memacu mobilku dengan lebih kencang agar bisa segera sampai di rumah. Nyatanya ketika aku tiba di ambang pintu terlihat Mas Bara dan anak-anak sudah menungguku di ruang depan. Hatiku saat ini dipenuhi bermacam emosi digayuti juga begitu banyak pertanyaan yang ingin aku cecarkan kepada suamiku. Tapi aku harus menahan diri karena melihat anak-anak yang bahkan langsung menghambur ke dalam pelukanku begitu aku sudah melangkah masuk ke dalam rumah. “Mama, Mama!” seru Raka dan Raya terdengar sangat gembira dengan kedatanganku. Aku memeluk mereka bersamaan dan menciumi wajah mereka yang sangat menggambarkan garis wajah Mas Bara terutama Raka yang memang sejak kecil selalu mengidolakan papanya sendiri. “Kalian sudah makan?” tanyaku pada kedua anakku yang masih begayut manja pada tubuhku meski aku sudah mulai bangkit setelah melepaskan pelukanku. 
last updateLast Updated : 2024-01-04
Read more

215. Selalu Saja Mudah Luluh

 “Apa kamu bilang?!” sergah Mas Bara sengit dengan tatapannya yang langsung berubah tajam terarah padaku. “Kamu bertemu dengan Karso? Jadi teman lama yang kamu maksud itu bukan Neneng tapi Karso? Kamu sudah membohongiku Rin, sangat mengecewakan.” Mas Bara terlihat sangat emosi dengan wajahnya yang kini berubah merah padam. Nyaliku sedikit menciut saat mendapati responnya yang emosional seperti ini. Tapi aku merasa tak bisa lagi mundur dan harus segera menyelesaikan segala persoalan yang sangat membebani jiwaku saat ini. “Aku memang bertemu dengan Neneng, tapi aku juga bertemu dengan Karso, dia bersama Lina dan Lina masih tetap mengatakan tentang rahasia yang sudah kamu sembunyikan dari aku.” Ketegangan di wajah Mas Bara semakin terunggah nyata dengan tatapan yang semakin tajam menyergapku. “Apa kamu lebih
last updateLast Updated : 2024-01-04
Read more

216. Kedatangan Nico

 Aku menyambut kedatangan anak-anak yang baru saja pulang dari sekolah. Yang mengejutkan ternyata Raka dan Raya mengajak Nico ikut ke rumah kami. Tentu saja aku langsung bertanya kepada mereka kenapa Nico malah pulang bersama mereka bukan pulang ke rumahnya sendiri?. “Raka, Raya, apa omanya Nico sudah tahu kalau dia ikut bersama kalian?” tanyaku kepada anak-anakku sendiri. Nico yang sekarang sudah masuk ke dalam rumah tak sampai mendengar pembicaraan kami saat ini karena aku sedang menahan anak-anakku di ambang pintu. “Omanya Nico nggak menjemput Ma, jadi dia maunya ikut pulang ke rumah kita, soalnya kita mau main bersama,” jelas Raka dengan sangat lugas. “Jadi Oma Silvia nggak menjemput di sekolah? Terus apa nannynya Nico yang menjemput dan nannynya Nico udah tahu nggak kalau Nico ikut pulang bersama kalian?” Aku mencecar Raka dan
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

217. Kedatangan Abe Yang Membuat Resah

{“Memangnya kenapa Mas?”} Aku balik bertanya dengan masih berusaha menyajikan sikap tenang di depannya. Sikap keras Mas Bara memang harus dihadapi dengan lemah lembut, selama ini aku selalu melakukan hal itu demi menghindari pertengkaran. {“Kamu itu cuma mamanya Raka dan Raya, jadi Nico nggak berhak memanggil kamu mama,”} sergah Mas Bara yang sekarang aku lihat bahkan sudah bangkit dari kursi kerjanya. {“Kalau kamu memang ingin dipanggil mama lagi oleh lebih banyak anak-anak, mulai besok aku akan ajak kamu program kehamilan karena aku merasa kita sudah waktunya untuk membuatkan Raka dan Raya adik baru.”} Aku langsung mengernyit jengah menghadapi sikap suamiku yang kembali menunjukkan dominasinya. Seenaknya saja dia mengeluarkan wacana untuk menambah anak. {“Kamu itu ngomong apa sih Mas?”} tanyaku kesal. {“
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

218. Kelancangan Nico

 Saat mendengar pertanyaan Abe yang terkesan menohok seperti ingin menyindir sikap pencemburu suamiku aku menjadi jengah mendengarnya. “Kamu sudah bisa menebaknya sendiri, dan pastinya kamu sangat tahu bagaimana karakter suamiku, jadi mungkin sebaiknya aku tak usah menemani kamu terlalu lama karena aku tak mau kalau Mas Bara akan menjadi salah paham.” Aku lalu mulai bangkit tapi Abe segera mengikutiku dengan lirikan matanya. “Jadi kamu akan membiarkan aku menunggu sendirian di sini?” “Aku akan meminta pelayan menyiapkan makanan yang kamu suka,” ucapku kemudian. Tapi Abe masih saja terlihat ingin menahanku. “Apa kamu selalu saja menuruti apa yang dikatakan oleh Richard?” Aku menegaskan tatapanku pada lelaki bermata sipit itu, sebuah ciri fisik yang nyaris sama dengan Mas Bara, ay
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

219. Meluapkan Kekesalan

“Mama, mau kan ikut ke rumahku sama Daddy?” tanya Nico dengan sangat polosnya. Permintaannya jelas sangat meresahkan. Aku malah menjadi serba salah. Tapi aku menjadi tak bisa melakukan apapun ketika akhirnya Raka malah menguasaiku sepenuhnya bersama juga dengan Raya. Mas Bara juga terlihat mengunggah amarahnya semakin lugas. “Bisakah kamu mengajari anak kamu dengan benar Abe? Jangan katakan kalau kamu sendiri yang malah menyuruh anakmu melontarkan kalimat seperti itu.” Mas Bara menatap tajam ke arah Abe yang malah tergelak ketika mendengar ucapan anaknya. Lelaki itu selalu bisa dengan santai menghadapi sikap keras suamiku. “Kamu tahu sendiri kan kalau dari tadi aku duduk di sini dan bersiap menikmati makanan? Kamu jangan menuduhku sembarangan. Lagipula tak ada salahnya kan kalau Nico memanggil istri kamu mama, lagipula istri kamu
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

220. Semakin Otoriter

 {“Rin, apa kamu benar-benar tak bisa untuk keluar rumah sama sekali? Apa kamu harus selalu tinggal di rumah?”} tanya Neneng dari seberang sana ketika aku harus menolak keinginannya untuk bisa berjumpa lagi denganku. Nyatanya Mas Bara masih saja melarangku untuk keluar rumah sama sekali. Aku seakan terpasung di dalam rumah mewah yang membuatku terkadang bagai seorang tahanan. Aku sadar memang seharusnya seorang istri selalu menuruti kehendak sang suami. Tapi kini aku malah merasa kalau sikap suamiku menjadi kian mengekang, terlalu posesif bahkan membatasiku untuk tidak memperlihatkan diri kepada dunia luar. Satu-satunya yang menjadi hiburanku aku masih diijinkan untuk membuat konten-konten bersama anak-anak walau intensitasnya sekarang menjadi semakin dibatasi. Aku selalu tak mampu untuk membantah walau Mas Bara tak pernah untuk memaksa dengan kekerasan tapi tetap saja kata-k
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
28
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status