Beranda / Romansa / ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN / 215. Selalu Saja Mudah Luluh

Share

215. Selalu Saja Mudah Luluh

Penulis: Mastuti Rheny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Apa kamu bilang?!” sergah Mas Bara sengit dengan tatapannya yang langsung berubah tajam terarah padaku.

“Kamu bertemu dengan Karso? Jadi teman lama yang kamu maksud itu bukan Neneng tapi Karso? Kamu sudah membohongiku Rin, sangat mengecewakan.”

Mas Bara terlihat sangat emosi dengan wajahnya yang kini berubah merah padam.

Nyaliku sedikit menciut saat mendapati responnya yang emosional seperti ini. Tapi aku merasa tak bisa lagi mundur dan harus segera menyelesaikan segala persoalan yang sangat membebani jiwaku saat ini.

“Aku memang bertemu dengan Neneng, tapi aku juga bertemu dengan Karso, dia bersama Lina dan Lina masih tetap mengatakan tentang rahasia yang sudah kamu sembunyikan dari aku.”

Ketegangan di wajah Mas Bara semakin terunggah nyata dengan tatapan yang semakin tajam menyergapku.

“Apa kamu lebih

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   216. Kedatangan Nico

    Aku menyambut kedatangan anak-anak yang baru saja pulang dari sekolah. Yang mengejutkan ternyata Raka dan Raya mengajak Nico ikut ke rumah kami.Tentu saja aku langsung bertanya kepada mereka kenapa Nico malah pulang bersama mereka bukan pulang ke rumahnya sendiri?.“Raka, Raya, apa omanya Nico sudah tahu kalau dia ikut bersama kalian?” tanyaku kepada anak-anakku sendiri.Nico yang sekarang sudah masuk ke dalam rumah tak sampai mendengar pembicaraan kami saat ini karena aku sedang menahan anak-anakku di ambang pintu.“Omanya Nico nggak menjemput Ma, jadi dia maunya ikut pulang ke rumah kita, soalnya kita mau main bersama,” jelas Raka dengan sangat lugas.“Jadi Oma Silvia nggak menjemput di sekolah? Terus apa nannynya Nico yang menjemput dan nannynya Nico udah tahu nggak kalau Nico ikut pulang bersama kalian?” Aku mencecar Raka dan

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   217. Kedatangan Abe Yang Membuat Resah

    {“Memangnya kenapa Mas?”} Aku balik bertanya dengan masih berusaha menyajikan sikap tenang di depannya.Sikap keras Mas Bara memang harus dihadapi dengan lemah lembut, selama ini aku selalu melakukan hal itu demi menghindari pertengkaran.{“Kamu itu cuma mamanya Raka dan Raya, jadi Nico nggak berhak memanggil kamu mama,”} sergah Mas Bara yang sekarang aku lihat bahkan sudah bangkit dari kursi kerjanya.{“Kalau kamu memang ingin dipanggil mama lagi oleh lebih banyak anak-anak, mulai besok aku akan ajak kamu program kehamilan karena aku merasa kita sudah waktunya untuk membuatkan Raka dan Raya adik baru.”}Aku langsung mengernyit jengah menghadapi sikap suamiku yang kembali menunjukkan dominasinya. Seenaknya saja dia mengeluarkan wacana untuk menambah anak.{“Kamu itu ngomong apa sih Mas?”} tanyaku kesal.{“

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   218. Kelancangan Nico

    Saat mendengar pertanyaan Abe yang terkesan menohok seperti ingin menyindir sikap pencemburu suamiku aku menjadi jengah mendengarnya.“Kamu sudah bisa menebaknya sendiri, dan pastinya kamu sangat tahu bagaimana karakter suamiku, jadi mungkin sebaiknya aku tak usah menemani kamu terlalu lama karena aku tak mau kalau Mas Bara akan menjadi salah paham.”Aku lalu mulai bangkit tapi Abe segera mengikutiku dengan lirikan matanya.“Jadi kamu akan membiarkan aku menunggu sendirian di sini?”“Aku akan meminta pelayan menyiapkan makanan yang kamu suka,” ucapku kemudian.Tapi Abe masih saja terlihat ingin menahanku.“Apa kamu selalu saja menuruti apa yang dikatakan oleh Richard?”Aku menegaskan tatapanku pada lelaki bermata sipit itu, sebuah ciri fisik yang nyaris sama dengan Mas Bara, ay

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   219. Meluapkan Kekesalan

    “Mama, mau kan ikut ke rumahku sama Daddy?” tanya Nico dengan sangat polosnya.Permintaannya jelas sangat meresahkan. Aku malah menjadi serba salah. Tapi aku menjadi tak bisa melakukan apapun ketika akhirnya Raka malah menguasaiku sepenuhnya bersama juga dengan Raya.Mas Bara juga terlihat mengunggah amarahnya semakin lugas.“Bisakah kamu mengajari anak kamu dengan benar Abe? Jangan katakan kalau kamu sendiri yang malah menyuruh anakmu melontarkan kalimat seperti itu.”Mas Bara menatap tajam ke arah Abe yang malah tergelak ketika mendengar ucapan anaknya.Lelaki itu selalu bisa dengan santai menghadapi sikap keras suamiku.“Kamu tahu sendiri kan kalau dari tadi aku duduk di sini dan bersiap menikmati makanan? Kamu jangan menuduhku sembarangan. Lagipula tak ada salahnya kan kalau Nico memanggil istri kamu mama, lagipula istri kamu

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   220. Semakin Otoriter

    {“Rin, apa kamu benar-benar tak bisa untuk keluar rumah sama sekali? Apa kamu harus selalu tinggal di rumah?”} tanya Neneng dari seberang sana ketika aku harus menolak keinginannya untuk bisa berjumpa lagi denganku.Nyatanya Mas Bara masih saja melarangku untuk keluar rumah sama sekali. Aku seakan terpasung di dalam rumah mewah yang membuatku terkadang bagai seorang tahanan.Aku sadar memang seharusnya seorang istri selalu menuruti kehendak sang suami. Tapi kini aku malah merasa kalau sikap suamiku menjadi kian mengekang, terlalu posesif bahkan membatasiku untuk tidak memperlihatkan diri kepada dunia luar.Satu-satunya yang menjadi hiburanku aku masih diijinkan untuk membuat konten-konten bersama anak-anak walau intensitasnya sekarang menjadi semakin dibatasi.Aku selalu tak mampu untuk membantah walau Mas Bara tak pernah untuk memaksa dengan kekerasan tapi tetap saja kata-k

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   221. Bertemu Dengan Seseorang

    “Kamu masih marah sama aku Rin?” tanya Mas Bara sembari meletakkan tangannya pada kedua pundakku dan setelah itu dia mulai memutar tubuhku untuk menghadap ke arahnya.Dengan terpaksa aku menentang tatapannya meski setelah itu aku memilih menundukkan wajahku karena terlalu enggan untuk bersitatap dengan suamiku yang selama ini tak pernah mampu untuk aku tentang.Saat melihat sikapku yang enggan untuk membalas tatapannya, Mas Bara malah mengulas senyumnya, sebuah senyuman yang sebenarnya sudah menggetarkan hatiku, tapi sekuat tenaga aku harus menegarkan hati agar tak terbawa dalam suasana yang sengaja dia ciptakan penuh kemesraan demi bisa meluluhkan hatiku.Aku sudah terlalu lelah dengan kekangan Mas Bara selama ini hingga hatiku menjadi sulit untuk bisa takluk saat melihat kelembutannya, yang sebelumnya selalu mampu membuatku luluh.“Tiga hari lagi kita akan berangkat

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   222. Bertemu Dengan Karso Lagi

    Setelah selesai berpakaian dan berhias sekedarnya aku lalu melangkah turun untuk memastikan tentang tamu yang dikatakan Mas Bara sudah menungguku.Aku langsung terperangah ketika sosok berkumis tebal itu sudah duduk di ruang tengah bersama dengan suamiku yang ternyata juga sudah berada di sana.Aku menjadi terlalu bingung saat mendapati sosok antagonis di dalam hidupku itu berada di dalam rumah ini. Setelah apa yang sudah dilakukannya dengan mengungkapkan rahasia Mas Bara padaku, rasanya terlalu ganjil bagiku mendapati Karso malah mendatangi suamiku.“Sayang, duduklah di dekatku,” ucap Mas Bara ketika aku sudah mulai berada di dekat mereka.Aku masih saja menampilkan aura kekagetanku meski aku mulai duduk di samping Mas Bara yang kini bahkan sudah meraih tanganku.“Kamu pasti kaget kan melihat Karso berada di sini?”Masih

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   223. Mulai Berlibur

    Ketika mendengar pertanyaanku yang terdengar sangat lugas dan mendesak, Karso mulai terlihat gamang. Lelaki berwajah sangar yang selama ini selalu menampakkan kegarangannya di hadapan kakak perempuanku itu, menampakkan sisi lain dirinya yang sangat jarang aku lihat.“Aku terpaksa mengungkapkan rahasia itu karena Nyonya Lina sudah menjebakku, dan dia mengancamku untuk berpihak padanya dengan memaksaku untuk menemui kamu dan mengatakan rahasia yang sudah aku janjikan untuk aku simpan kepada Pak Bara.”Karso terlihat jujur membuat pengakuan.Aku terpekur memandangnya berusaha untuk menelaah kata-katanya demi bisa menemukan kebenaran yang sedang ingin aku cari.“Tapi aku benar-benar ingin tahu kalau Pak Bara melakukan semua itu sesungguhnya demi kebaikan kamu.”Karso kembali menatapku lurus dan aku menentangnya dengan lebih lugas.“A

Bab terbaru

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   277. Bahagia Selamanya

    “Diam, atau aku akan menembakmu seperti yang sudah aku lakukan pada Richard!” Aku terperangah saat mendengar pengakuan lelaki berwajah oriental itu. Pengakuannya jelas sangat mengagetkan aku. “Jadi kamu yang sudah menembak suamiku?!” sergahku tandas. Raymond malah tersenyum sarkas menanggapi. “Dia sendiri yang sudah memaksaku melakukan semua ini karena dia terlalu serakah,” tukas Raymond sengit. “Kamu gila!” Aku kembali memakinya dengan suara yang semakin kuat. “Tolong, tolong ....” Aku mulai berteriak ketika Raymond semakin kewalahan dan tak mampu lagi menutup mulutku. Pergerakan di pintu itu semakin intens bersamaan aku mendengar suara gebrakan yang sangat kuat beberapa kali. Raymond yang sedang menggila ini sudah menutup pintu dari dalam hingga sulit untuk dibuka. Pastinya orang-orang di luar ruangan sedang berusaha untuk mendobrak pintu itu. Sementara aku sendiri masih berjuang untuk membebaskan diri dari sergapan Raymond. Tapi beberapa detik kemudian kami malah dikejut

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   276. Di Bawah Ancaman Raymond

    Aku menjadi terlalu kaget mendapati kedatangan Raymond yang sangat tak terduga.Tapi aku malah tak kuasa untuk menghalaunya yang membuat sosok itu terus mendekat dengan penuh rasa percaya diri.“Aku tak menyangka kalau dia mampu bertahan sampai sejauh ini setelah apa yang sudah dia alami,” ungkap lelaki itu sembari mengarahkan pandangannya pada Mas Bara yang sekarang hanya bisa terbaring tanpa kesadaran di atas brankar.Gelisah mulai menerjangku ketika aku mulai melihat tatapan adik dari suamiku yang kini malah memindaiku dengan sangat intens.Aku segera bangkit dan memasang sikap waspada.Setelah kemarin aku melihat sikap Raymond yang tampak berbeda begitu rapuh dan sedih tapi sekarang dia kembali menjadi sosoknya yang dulu, yang terasa licik menakutkan.“Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam ruangan ini?”Selama ini mami melarang orang lain masuk menemui Mas Bara. Tak sembarangan orang boleh menemani Mas Bara. Hanya aku, oma dan mami yang memiliki akses untuk bisa memasuki ruangan. Kar

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   275. Sikap Dingin Mami Sally

    “Sekarang katakan saja apa kamu yang sudah membuat Richard seperti ini?” Abe malah melontarkan tuduhannya dengan terlalu lugas.Aku tak pernah menyangka jika sahabat terdekat suamiku itu akan mengungkapkan tuduhannya dengan sangat lugas pada Lina yang sebelumnya sempat kami bicarakan dan kami curigai.Lina membeliakkan mata, mengunggah kekagetannya yang terlalu ketara.Sejenak aku tak bisa mengartikan tentang ekspresi kekagetannya yang seperti itu.“Apa kamu yang sudah menembak Richard?”Abe kian menegaskan tuduhannya.Lina malah menanggapi dengan tenang hingga kemudian malah mencebik sarkas.“Jadi kalian sekarang mencurigaiku?”Aku dan Abe tak menjawab meski masih saja memberikan tatapan yang sangat lugas pada wanita yang sering mengunggah ekspresi sinisnya itu.“Aku merasa tak perlu untuk memberikan penjelasan apapun pada kalian,” pungkas wanita itu sembari langsung bangkit dari duduknya.Tapi sebelum melangkah wanita itu melemparkan pandangannya pada Abe yang sedang mengikuti perg

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   274. Dikepung Rasa Curiga

    “Apa yang sedang kalian bicarakan?” Segera aku menoleh ke ambang pintu dan menjadi sangat kaget ketika melihat sosok yang sedang kami bicarakan telah berdiri di sana dengan memberikan tatapan yang terlalu tajam.Sempat aku merasa kalau dia sempat mendengar pembicaraanku bersama Abe tadi, yang kemudian menelusupkan rasa gelisah di dalam dada.“Kalian berdua terlihat terlalu dekat, dan aku yakin jika Richard melihat kedekatan kalian, dia tidak akan bisa menerima ini,” sindir wanita berbaju merah itu sangat sarkas.Dengan tatapan yang sama tajamnya aku mulai menentang sorot matanya. Enggan menampakkan ketundukan atas sikapnya yang selalu saja mengintimidasi.Sejak dulu Lina selalu mengunggah keangkuhannya terutama di hadapanku yang pastinya dia anggap sebagai saingan terbesarnya karena nyatanya memang hanya aku yang bisa mendapatkan hati Mas Bara sepenuhnya, sesuatu yang kini membawa kesadaranku kembali atas apa yang sudah aku dapatkan selama ini. Nyatanya memang tak ada yang paling ber

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   273. Mulai Mencurigai Lina

    “Katakan padaku apa yang kamu ketahui tentang suamiku?”Aku segera mencecarnya dengan tak sabar, karena saat ini sekecil apapun informasi yang beredar sangat aku butuhkan karena aku benar-benar ingin menguak tabir misteri tentang penembakan suamiku yang sampai saat ini belum juga terungkap.Abe tampak memindaiku lebih lekat dan aku dengan tegas menentangnya tanpa keraguan.Lelaki bermata tajam itu kemudian menarik nafasnya sejenak sembari menautkan kedua tangannya di depan wajahnya yang lumayan good looking itu.“Sebenarnya sehari sebelum hari naas itu, aku dan Richard sempat bertemu di ruangan ini. Kami membicarakan banyak hal, terutama tentang dirimu dan segala penyesalannya.”Abe sengaja menghentikan kalimatnya kian intens memindaiku seakan ingin menebak apa yang ada di dalam pikiranku saat ini.Tapi aku memutuskan untuk membisu menunggunya melan

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   272. Jatuh Koma

    Sudah nyaris sebulan Mas Bara terbaring koma. Selama itu aku bertahan untuk tetap mendampingi walau keadaanku masih sering diserang mual dan rasa tak nyaman di perut.Tak ada alasan bagiku untuk menyerah karena saat ini prioritas utamaku tetap Mas Bara yang selalu aku yakini tetap bisa mendengar setiap kata yang aku ucapkan di telinganya.Bahkan setiap kali aku datang aku selalu membacakan ayat-ayat Ilahi, sebelum aku mulai mengajaknya mengobrol.“Mas, hari ini aku bawakan lavender, aromanya harum sekali. Kamu bisa menciumnya kan Mas?” tanyaku sembari mendekatkan bunga yang aku bawa di hidungnya.Aku selalu yakin jika Mas Bara selalu bisa merasakan apapun yang aku lakukan walau dia tak memberikan respon apapun. Bahkan tidak dengan kedipan mata, karena mata itu selalu terkatup rapat.Saat melihatnya tetap diam dan beku, hati ini mulai dirasuki kesedihan yang kian pekat

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   271. Kehamilan Kedua

    Rasa tidak nyaman kian menyerangku membuat sekujur tubuhku seakan melemah. Tapi saat ini aku memaksa untuk tetap tegar demi aku bisa memastikan bagaimana keadaan Mas Bara. Gelisah yang menyergapku memaksaku untuk bertahan dan tetap kuat meski sejak tadi rasa mual semakin menekan di dalam perutku.Bahkan ketika aku sampai di Jakarta, beberapa kali aku sudah memuntahkan isi perutku saat berada di dalam pesawat.Oma dan mami sempat menganggap apa yang aku rasakan hanya sekedar mabuk kendaraan.Tapi sesuatu di dalam diriku semakin tak bisa menampik praduga ini. Dengan pengalaman yang sempat aku dapatkan ketika mengandung Raka dan Raya, aku mulai bisa menegaskan pada diriku sendiri jika sekarang aku memang sedang berbadan dua.K

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   270. Kembali Lagi Ke Kota

    “Sesuatu telah terjadi pada Richard!”Ketika oma memekikkan nama suamiku segera aku mendekat dengan hati yang sudah diselimuti kabut kecemasan.“Ada apa dengan Mas Bara, Oma?” tanyaku menjadi kian khawatir.Sementara mami malah menatapku dengan gamang dan mulai menghampiriku untuk bisa memelukku dengan lembut.“Kita harus kembali ke Jakarta hari ini juga Rin.”Mami berucap dengan sangat sungguh-sungguh.Hatiku menjadi kian kuat memendam praduga yang buruk. Aku merasa sangat yakin jika sesuatu telah terjadi pada suamiku saat ini.“Katakan padaku, apa yang sudah terjadi Mi?” desakku semakin gelisah.“Richard membutuhkan kamu,” balas mami masih dengan mengunggah gurat kecemasan di wajahnya.Aku mengernyit penuh kecemasan.

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   269. Sesuatu Terjadi Pada Mas Bara

    Setiap orang bisa menganyam harapan tapi Tuhan yang akan menentukan segalanya. Walau berbagai macam cara telah diusahakan nyatanya, kehendak Tuhan yang tetap berlaku. Takdir telah menggariskan bahwa saat ini adalah perpisahan kami.Hatiku terus memendam rasa kehilangan yang bahkan membuatku terus menangis kala melepas jenazah ibu di pemakaman. Kini jasad yang sosok yang sangat aku sayangi itu telah berbaring di sisi makam bapak. Mereka akhirnya bersama lagi yang membuatku menghadirkan kembali segala kenangan kebersamaan keluarga kami dulu di permukaan ingatan.Tangisku semakin kuat nyaris menyedot segala ketegaran meski oma dan mami mendampingi untuk menguatkan. Sampai akhirnya semua saudaraku ikut mendekat dan kami mulai saling berangkulan berusaha untuk saling menularkan ketegaran.Bahkan Laras telah kembali dari Australia mengejar penerbangan pertama demi bisa ikut mengantarkan ibu menuju peristira

DMCA.com Protection Status