Home / Romansa / ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN: Chapter 11 - Chapter 20

277 Chapters

11. Suami Bertanggung Jawab

“Apa ini?” Dahiku langsung mengernyit lugas sembari tanpa sadar aku mulai memandang penasaran pada Mas Bara yang malah tersenyum simpul padaku. “Aku ingin kamu mencobanya sekarang,” ucap Mas Bara tegas. Sudah lebih dari seminggu kami menikah, aku mulai sedikit hafal dengan karakter suamiku. Jika nada bicara Mas Bara sudah seperti itu, jelas dia tak akan bisa ditolak. Tapi aku sendiri masih tak yakin, karena memang aku tak pernah memakai pakaian seterbuka ini. Gaun berbahan halus itu semuanya tanpa lengan dengan belahan dada rendah dan begitu pendek. Ada banyak warna dan model, ada yang polos tapi kebanyakan dipenuhi renda yang cantik. “Tapi apa ini Mas?” “Itu namanya lingerie, dan aku ingin kamu memakainya setiap malam saat kita tidur bareng.” Aku langsung disergap gelis
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

12. Suami Yang Penuh Misteri

Walau awalnya sulit pada akhirnya aku mendapatkan ijin dari suamiku untuk mengajar mengaji di mushola meski waktunya harus aku ubah. Yang awalnya sehabis ashar menjadi sehabis maghrib. Untunglah anak-anak tak ada yang keberatan. Yang lebih penting Mas Bara juga malah semakin aktif menjalankan sholat berjamaah di mushola juga. Jelas aku merasa begitu bahagia sekarang. Karena setiap sore aku akan selalu diantar Mas Bara dengan sepeda motor keluaran terbaru yang selalu akan memancing perhatian para tetanggaku yang menjadi terpukau dengan perubahan diriku setelah dipersunting oleh mandor proyek yang ternyata cukup kaya itu, bahkan mampu menyaingi juragan Mukti yang seorang pengepul hasil panenan di desa kami, yang nyatanya keberadaannya kini tak ada yang mengetahui, tak lama setelah percobaan perkosaannya padaku. Saat aku sibuk mengajar, maka Mas Bara akan duduk di teras mushola setia memusatkan perhatian pada gawai di tanga
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

13. Kepergian Mendadak

Aku tak pernah menyangka kalau suamiku mengajak untuk pindah ke kota lebih cepat dari yang aku sangka. “Kita pindah ke kota Mas? Kenapa begitu cepat?” “Tentu saja kita harus segera pindah ke kota, karena aku sudah berjanji pada seseorang untuk mengkuliahkan kamu,” ungkap Mas Bara datar dengan tatapannya yang terus memindai pada kaleng sarden yang sedang ia genggam. Sontak aku menyergap wajah tampan suamiku dengan tatapan lugas. “Apa yang Mas bilang tadi?” Mas Bara malah melirikku sekilas. “Apa kamu lupa kalau aku pernah bilang sama kamu, untuk menanggung biaya kuliah kamu?” Aku langsung menarik nafas sesaat, karena ternyata kalimat Mas Bara memiliki pengertian lain karena aku sempat mengira Mas Bara memiliki hutang janji pada seseorang untuk mengkuliahkan aku, yang aku pikir adalah orang lai
last updateLast Updated : 2023-09-02
Read more

14. Mengulik Warisan Bapak

 Sebelum pergi Mas Bara mewanti-wanti aku untuk tinggal di rumah ibu saja, dan tidak sembarangan keluar rumah. Jelas aku sedih sekarang karena harus berjauhan dengan Mas Bara, pria asing yang sekarang mulai mengambil perhatian dariku. Selama sebulan ini kami terbiasa bersama, menghabiskan malam-malam kami dengan gairah yang seolah tak pernah berakhir. Tapi kini kami harus tinggal berjauhan, tanpa aku tahu jelas apa yang sedang dikerjakan Mas Bara hingga memaksanya untuk pergi meninggalkan aku. Walau awalnya pernikahan kami bukanlah mauku sendiri tapi nyatanya kini aku merasa hampa saat Mas Bara tak berada di sisiku. Meski kami masih bisa saling bertukar kabar lewat ponsel yang sudah Mas Bara belikan untukku tetap saja rasanya tak sama, karena jika kami berjauhan seperti ini, aku tak bisa merasakan hangat dekapannya yang sekarang sudah membuatku terlalu terbiasa, dan menjadi aku butuhkan. 
last updateLast Updated : 2023-09-02
Read more

15. Keraguan Rindu

“Melakukan apa ya Mbak?” tanyaku sangat ingin tahu. Mbak Yuni kemudian menatapku penuh arti. “Kamu minta sama suami kamu untuk menghutangi kami,” tegas Mbak Yuni tanpa basa-basi. “Jangan, jangan susahkan Rindu, Rindu baru saja menikah dengan Pak Mandor, nanti apa kata Pak Mandor kalau keluarga Rindu sudah merecoki rumah tangga mereka?” Ibu langsung mencegah dengan tegas. “Aku nggak mau Pak Mandor menganggap keluarga kita ini sebagai keluarga benalu.” Ibu terlihat semakin gelisah sekarang. “Tapi katanya selama ini Pak Mandor suka ngasih uang buat Rindu? Pasti Rindu sendiri memiliki simpanan sendiri. Kami hanya akan meminjamnya sebentar, nanti kalau dagangan kami sudah berjalan lancar, kami pasti akan mengembalikannya.” Aku tercenung sejenak, mulai memikirkan tentang uang pemberian
last updateLast Updated : 2023-09-03
Read more

16. Sebuah Hadiah

Aku menjadi tergeragap bangun ketika mendengar gawai milikku berbunyi. Segera aku meraih benda pipih yang selama aku tidur aku letakkan di atas nakas dekat ranjang. Sejenak aku melirik ke arah Laras yang tampak sangat lelap di sampingku. Saat tinggal di rumah ibu aku kembali tidur bersama adikku, putri bungsu ibu yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat melihat nama Mas Bara tertera di sana, yang diberi nama sendiri oleh Mas Bara, ‘suami tampanku’ itu, segera aku menjawab panggilan video itu, sesuatu yang memang sudah aku tunggu seharian. Karena nyatanya aku memang tak berani menghubungi Mas Bara terlebih dahulu. Aku langsung tersenyum lebar saat melihat wajah tampan suamiku dari layar ponsel. Baru dua hari kami berjauhan rasa kangenku terasa begitu membuncah. {“Kamu tidur pakai baju tertutup seperti itu? Mana semua lingerie yang sudah aku belikan untuk kamu?”} sergah Ma
last updateLast Updated : 2023-09-03
Read more

17. Desakan Dari Mas Rahmat

Senyumku terunggah lugas saat Mas Bara memasangkan gelang indah itu pada tanganku. Gelang ini memang begitu indah, dan aku terlalu bahagia karena tak pernah mendapatkan hadiah perhiasan apapun dan dari siapapun. “Ini indah sekali Mas.” Mas Bara tersenyum ketika melihat aura bahagiaku. Dia kemudian membelai wajahku dengan segala kelembutannya yang selalu bisa membuatku terbuai. “Aku senang kalau kamu senang memakainya.” Setelah itu Mas Bara malah mendesah pendek. “Harusnya aku juga membelikan kamu cincin, bahkan saat kita menikah kemarin aku belum membelikan kamu cincin pernikahan. Maaf kemarin kita terlalu tergesa-gesa saat menikah, dan harusnya aku juga ikut membelikan kamu cincin pernikahan juga di sana, tapi aku ragu dengan ukuran jari kamu. Tapi kalau kita sudah tinggal di kota, kita bisa mudah untuk menc
last updateLast Updated : 2023-09-04
Read more

18. Kemarahan Mas Bara

“Mas, mau nanya apa ya?”Aku sempat memendam keresahan. Hatiku menyimpan praduga yang membuatku resah. Apa mungkin Mas Bara telah tahu kalau uang yang biasanya dia simpan di laci sudah aku ambil semuanya untuk aku serahkan pada Mas Rahmat, atau suamiku ini sudah mulai menyadari kalau gelang pemberiannya sudah tak lagi aku pakai.Sungguh aku menjadi cemas sekarang. Kalau sampai Mas Bara benar-benar bertanya, aku tak tahu harus menjawab apa.Tapi ketika melihat wajah suamiku yang malah tampak berseri, hatiku menjadi sedikit lega meski aku tetap masih bertanya-tanya.“Kamu kok jadi tegang gini, senyum dong yang lebar,” ungkap Mas Bara sembari memegangi kedua pipiku.Namun dadaku masih saja berdebar gelisah.“Emangnya Mas mau nanya apa sih?” Aku bertanya dengan nada yang lebih santai.Suamiku yang selalu terlihat tampan itu malah menyunggingkan senyumnya lebar, yang membuat aku mengernyit penasaran.“Aku cuma ingin bertanya, kalau kamu aku ajak ke Bali, apa kamu akan suka?”Aku terperanga
last updateLast Updated : 2023-09-04
Read more

19. Berangkat Ke Bali

Sungguh aku tak menyangka kalau Mas Bara akan memintaku untuk menemaninya mengunjungi makam bapak. “Sebentar lagi kita akan pergi meninggalkan desa ini, jadi kita harus berpamitan dulu pada bapak kamu,” ucap Mas Bara tanpa aku harus bertanya terlebih dahulu tentang alasannya yang mendadak mengajakku untuk menziarahi makam bapak. Dengan keterbatasan pengetahuan agamanya, Mas Bara hanya memimpin bacaan Al Fatihah untuk berkirim doa pada bapakku. Setelah itu aku mulai memperhatikan tatapan Mas Bara yang terlihat penuh makna ke arah kuburan bapak. Aku tak bisa memastikan apapun, tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Mas Bara saat ini. Sepanjang yang aku tahu antara Mas Bara dan bapak tak terlalu kenal dengan begitu akrab sebelumnya. Meski aku melihat mereka pernah saling bertegur sapa, itu hanya sambil lalu, bahkan mereka tak pernah aku dapati saling mengobrol bersama. Terlebih sebelumnya
last updateLast Updated : 2023-09-05
Read more

20. Sebutan 'Nyonya Muda' Yang Mengagetkan

Mas Bara segera membawa aku ke dalam dekapannya ketika kami baru saja selesai memacu hasrat bersama, yang sudah untuk yang ke sekian kali. Aku merasa terlalu lelah sekarang hingga menjadi cepat terlelap, menjadi terasa semakin nyaman ketika menyandarkan diri di atas dada bidang suamiku sendiri sembari menghirup aroma khas tubuhnya perpaduan feromon asli dirinya dengan harum citrus yang selalu menyegarkan. “Aku menyayangimu Rin,” gumamam itu terdengar samar di telingaku, diantara pikiranku yang sudah mulai jatuh dalam ketidaksadaran. Entah sampai berapa lama aku terlelap, nyatanya ketika terbangun aku sudah tak mendapati suamiku berada di sisiku. Aku kembali sendiri terbaring di atas ranjang dengan memendam rasa penasaran atas keberadaan Mas Bara saat ini. Perlahan aku mengangkat punggungku segera menyadari keadaanku yang masih sepenuhnya polos yang langsung menghantarkan ingatanku pada apa yang sudah kami lakukan bersama tadi malam. Apa yang terjadi semalam terlalu luar biasa untu
last updateLast Updated : 2023-09-05
Read more
PREV
123456
...
28
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status