Beranda / Romansa / ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN / 14. Mengulik Warisan Bapak

Share

14. Mengulik Warisan Bapak

Penulis: Mastuti Rheny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sebelum pergi Mas Bara mewanti-wanti aku untuk tinggal di rumah ibu saja, dan tidak sembarangan keluar rumah.

Jelas aku sedih sekarang karena harus berjauhan dengan Mas Bara, pria asing yang sekarang mulai mengambil perhatian dariku.

Selama sebulan ini kami terbiasa bersama, menghabiskan malam-malam kami dengan gairah yang seolah tak pernah berakhir. Tapi kini kami harus tinggal berjauhan, tanpa aku tahu jelas apa yang sedang dikerjakan Mas Bara hingga memaksanya untuk pergi meninggalkan aku.

Walau awalnya pernikahan kami bukanlah mauku sendiri tapi nyatanya kini aku merasa hampa saat Mas Bara tak berada di sisiku. Meski kami masih bisa saling bertukar kabar lewat ponsel yang sudah Mas Bara belikan untukku tetap saja rasanya tak sama, karena jika kami berjauhan seperti ini, aku tak bisa merasakan hangat dekapannya yang sekarang sudah membuatku terlalu terbiasa, dan menjadi aku butuhkan.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   15. Keraguan Rindu

    “Melakukan apa ya Mbak?” tanyaku sangat ingin tahu.Mbak Yuni kemudian menatapku penuh arti.“Kamu minta sama suami kamu untuk menghutangi kami,” tegas Mbak Yuni tanpa basa-basi.“Jangan, jangan susahkan Rindu, Rindu baru saja menikah dengan Pak Mandor, nanti apa kata Pak Mandor kalau keluarga Rindu sudah merecoki rumah tangga mereka?”Ibu langsung mencegah dengan tegas.“Aku nggak mau Pak Mandor menganggap keluarga kita ini sebagai keluarga benalu.” Ibu terlihat semakin gelisah sekarang.“Tapi katanya selama ini Pak Mandor suka ngasih uang buat Rindu? Pasti Rindu sendiri memiliki simpanan sendiri. Kami hanya akan meminjamnya sebentar, nanti kalau dagangan kami sudah berjalan lancar, kami pasti akan mengembalikannya.”Aku tercenung sejenak, mulai memikirkan tentang uang pemberian

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   16. Sebuah Hadiah

    Aku menjadi tergeragap bangun ketika mendengar gawai milikku berbunyi. Segera aku meraih benda pipih yang selama aku tidur aku letakkan di atas nakas dekat ranjang.Sejenak aku melirik ke arah Laras yang tampak sangat lelap di sampingku. Saat tinggal di rumah ibu aku kembali tidur bersama adikku, putri bungsu ibu yang masih duduk di bangku sekolah dasar.Saat melihat nama Mas Bara tertera di sana, yang diberi nama sendiri oleh Mas Bara, ‘suami tampanku’ itu, segera aku menjawab panggilan video itu, sesuatu yang memang sudah aku tunggu seharian. Karena nyatanya aku memang tak berani menghubungi Mas Bara terlebih dahulu.Aku langsung tersenyum lebar saat melihat wajah tampan suamiku dari layar ponsel. Baru dua hari kami berjauhan rasa kangenku terasa begitu membuncah.{“Kamu tidur pakai baju tertutup seperti itu? Mana semua lingerie yang sudah aku belikan untuk kamu?”} sergah Ma

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   17. Desakan Dari Mas Rahmat

    Senyumku terunggah lugas saat Mas Bara memasangkan gelang indah itu pada tanganku.Gelang ini memang begitu indah, dan aku terlalu bahagia karena tak pernah mendapatkan hadiah perhiasan apapun dan dari siapapun.“Ini indah sekali Mas.”Mas Bara tersenyum ketika melihat aura bahagiaku.Dia kemudian membelai wajahku dengan segala kelembutannya yang selalu bisa membuatku terbuai.“Aku senang kalau kamu senang memakainya.”Setelah itu Mas Bara malah mendesah pendek.“Harusnya aku juga membelikan kamu cincin, bahkan saat kita menikah kemarin aku belum membelikan kamu cincin pernikahan. Maaf kemarin kita terlalu tergesa-gesa saat menikah, dan harusnya aku juga ikut membelikan kamu cincin pernikahan juga di sana, tapi aku ragu dengan ukuran jari kamu. Tapi kalau kita sudah tinggal di kota, kita bisa mudah untuk menc

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   18. Kemarahan Mas Bara

    “Mas, mau nanya apa ya?”Aku sempat memendam keresahan. Hatiku menyimpan praduga yang membuatku resah. Apa mungkin Mas Bara telah tahu kalau uang yang biasanya dia simpan di laci sudah aku ambil semuanya untuk aku serahkan pada Mas Rahmat, atau suamiku ini sudah mulai menyadari kalau gelang pemberiannya sudah tak lagi aku pakai.Sungguh aku menjadi cemas sekarang. Kalau sampai Mas Bara benar-benar bertanya, aku tak tahu harus menjawab apa.Tapi ketika melihat wajah suamiku yang malah tampak berseri, hatiku menjadi sedikit lega meski aku tetap masih bertanya-tanya.“Kamu kok jadi tegang gini, senyum dong yang lebar,” ungkap Mas Bara sembari memegangi kedua pipiku.Namun dadaku masih saja berdebar gelisah.“Emangnya Mas mau nanya apa sih?” Aku bertanya dengan nada yang lebih santai.Suamiku yang selalu terlihat tampan itu malah menyunggingkan senyumnya lebar, yang membuat aku mengernyit penasaran.“Aku cuma ingin bertanya, kalau kamu aku ajak ke Bali, apa kamu akan suka?”Aku terperanga

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   19. Berangkat Ke Bali

    Sungguh aku tak menyangka kalau Mas Bara akan memintaku untuk menemaninya mengunjungi makam bapak.“Sebentar lagi kita akan pergi meninggalkan desa ini, jadi kita harus berpamitan dulu pada bapak kamu,” ucap Mas Bara tanpa aku harus bertanya terlebih dahulu tentang alasannya yang mendadak mengajakku untuk menziarahi makam bapak.Dengan keterbatasan pengetahuan agamanya, Mas Bara hanya memimpin bacaan Al Fatihah untuk berkirim doa pada bapakku.Setelah itu aku mulai memperhatikan tatapan Mas Bara yang terlihat penuh makna ke arah kuburan bapak. Aku tak bisa memastikan apapun, tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Mas Bara saat ini. Sepanjang yang aku tahu antara Mas Bara dan bapak tak terlalu kenal dengan begitu akrab sebelumnya.Meski aku melihat mereka pernah saling bertegur sapa, itu hanya sambil lalu, bahkan mereka tak pernah aku dapati saling mengobrol bersama. Terlebih sebelumnya

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   20. Sebutan 'Nyonya Muda' Yang Mengagetkan

    Mas Bara segera membawa aku ke dalam dekapannya ketika kami baru saja selesai memacu hasrat bersama, yang sudah untuk yang ke sekian kali. Aku merasa terlalu lelah sekarang hingga menjadi cepat terlelap, menjadi terasa semakin nyaman ketika menyandarkan diri di atas dada bidang suamiku sendiri sembari menghirup aroma khas tubuhnya perpaduan feromon asli dirinya dengan harum citrus yang selalu menyegarkan. “Aku menyayangimu Rin,” gumamam itu terdengar samar di telingaku, diantara pikiranku yang sudah mulai jatuh dalam ketidaksadaran. Entah sampai berapa lama aku terlelap, nyatanya ketika terbangun aku sudah tak mendapati suamiku berada di sisiku. Aku kembali sendiri terbaring di atas ranjang dengan memendam rasa penasaran atas keberadaan Mas Bara saat ini. Perlahan aku mengangkat punggungku segera menyadari keadaanku yang masih sepenuhnya polos yang langsung menghantarkan ingatanku pada apa yang sudah kami lakukan bersama tadi malam. Apa yang terjadi semalam terlalu luar biasa untu

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   21. Meminta Penjelasan

    Aku memilih untuk mengitari sekeliling pantai Saba terlebih dahulu daripada mengikuti tawaran Rina yang lain saat dia berniat untuk mengantarkan aku ke Ubud melihat pentas seni yang kemudian dilanjutkan berbelanja di salah satu pasar rakyat.Aku berjalan sendirian dengan kaki telanjangku langsung menapak di atas pasir Pantai Saba yang berwarna hitam.Vila yang kami tempati sekarang berada dekat dengan wilayah pantai yang pemandangannya terlihat sangat eksotik di mataku.Hembusan angin pantai aku biarkan membelai dengan lugas pada wajah dan hijabku yang sekarang mulai ikut berterbangan mengikuti arah pergerakan angin, seakan mempermainkan seluruh diriku seperti juga hatiku saat ini yang menjadi terombang-ambing dalam segala keadaan yang saat ini masih sulit untuk aku mengerti.Setelah beberapa lama berpikir, aku merasa berhak untuk mengetahui segala hal tentang suamiku, tentang Mas Bara yang ternyata

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   22. Harus Selalu Percaya

    “Kenapa kamu tak berterus terang sedari awal padaku, Mas?” sergahku yang semakin tak bisa menahan diri lagi.Nyatanya Mas Bara masih bisa begitu tenang saat menghadapi kekesalanku.Wajahnya tetap menampakkan gurat kelembutan yang benar-benar membuat dadaku terasa sangat membuncah.“Katakan padaku siapa kamu sebenarnya Mas?” desakku lagi menjadi kian terbawa emosi bahkan aku mulai memukuli dada bidangnya yang hanya dia biarkan saja tanpa berusaha mencegahku.Mas Bara seakan ingin memberikan aku kesempatan untuk meluapkan segala emosiku.“Kenapa kamu membohongi aku?!”Aku semakin kesal saat Mas Bara masih saja menguarkan ketenangannya. Pukulanku pada dadanya menjadi semakin intens yang membuatnya akhirnya harus menahan kedua tanganku.Aku menjadi memberontak kian keras. Aku semakin tak bisa menahan kegera

Bab terbaru

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   277. Bahagia Selamanya

    “Diam, atau aku akan menembakmu seperti yang sudah aku lakukan pada Richard!” Aku terperangah saat mendengar pengakuan lelaki berwajah oriental itu. Pengakuannya jelas sangat mengagetkan aku. “Jadi kamu yang sudah menembak suamiku?!” sergahku tandas. Raymond malah tersenyum sarkas menanggapi. “Dia sendiri yang sudah memaksaku melakukan semua ini karena dia terlalu serakah,” tukas Raymond sengit. “Kamu gila!” Aku kembali memakinya dengan suara yang semakin kuat. “Tolong, tolong ....” Aku mulai berteriak ketika Raymond semakin kewalahan dan tak mampu lagi menutup mulutku. Pergerakan di pintu itu semakin intens bersamaan aku mendengar suara gebrakan yang sangat kuat beberapa kali. Raymond yang sedang menggila ini sudah menutup pintu dari dalam hingga sulit untuk dibuka. Pastinya orang-orang di luar ruangan sedang berusaha untuk mendobrak pintu itu. Sementara aku sendiri masih berjuang untuk membebaskan diri dari sergapan Raymond. Tapi beberapa detik kemudian kami malah dikejut

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   276. Di Bawah Ancaman Raymond

    Aku menjadi terlalu kaget mendapati kedatangan Raymond yang sangat tak terduga.Tapi aku malah tak kuasa untuk menghalaunya yang membuat sosok itu terus mendekat dengan penuh rasa percaya diri.“Aku tak menyangka kalau dia mampu bertahan sampai sejauh ini setelah apa yang sudah dia alami,” ungkap lelaki itu sembari mengarahkan pandangannya pada Mas Bara yang sekarang hanya bisa terbaring tanpa kesadaran di atas brankar.Gelisah mulai menerjangku ketika aku mulai melihat tatapan adik dari suamiku yang kini malah memindaiku dengan sangat intens.Aku segera bangkit dan memasang sikap waspada.Setelah kemarin aku melihat sikap Raymond yang tampak berbeda begitu rapuh dan sedih tapi sekarang dia kembali menjadi sosoknya yang dulu, yang terasa licik menakutkan.“Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam ruangan ini?”Selama ini mami melarang orang lain masuk menemui Mas Bara. Tak sembarangan orang boleh menemani Mas Bara. Hanya aku, oma dan mami yang memiliki akses untuk bisa memasuki ruangan. Kar

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   275. Sikap Dingin Mami Sally

    “Sekarang katakan saja apa kamu yang sudah membuat Richard seperti ini?” Abe malah melontarkan tuduhannya dengan terlalu lugas.Aku tak pernah menyangka jika sahabat terdekat suamiku itu akan mengungkapkan tuduhannya dengan sangat lugas pada Lina yang sebelumnya sempat kami bicarakan dan kami curigai.Lina membeliakkan mata, mengunggah kekagetannya yang terlalu ketara.Sejenak aku tak bisa mengartikan tentang ekspresi kekagetannya yang seperti itu.“Apa kamu yang sudah menembak Richard?”Abe kian menegaskan tuduhannya.Lina malah menanggapi dengan tenang hingga kemudian malah mencebik sarkas.“Jadi kalian sekarang mencurigaiku?”Aku dan Abe tak menjawab meski masih saja memberikan tatapan yang sangat lugas pada wanita yang sering mengunggah ekspresi sinisnya itu.“Aku merasa tak perlu untuk memberikan penjelasan apapun pada kalian,” pungkas wanita itu sembari langsung bangkit dari duduknya.Tapi sebelum melangkah wanita itu melemparkan pandangannya pada Abe yang sedang mengikuti perg

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   274. Dikepung Rasa Curiga

    “Apa yang sedang kalian bicarakan?” Segera aku menoleh ke ambang pintu dan menjadi sangat kaget ketika melihat sosok yang sedang kami bicarakan telah berdiri di sana dengan memberikan tatapan yang terlalu tajam.Sempat aku merasa kalau dia sempat mendengar pembicaraanku bersama Abe tadi, yang kemudian menelusupkan rasa gelisah di dalam dada.“Kalian berdua terlihat terlalu dekat, dan aku yakin jika Richard melihat kedekatan kalian, dia tidak akan bisa menerima ini,” sindir wanita berbaju merah itu sangat sarkas.Dengan tatapan yang sama tajamnya aku mulai menentang sorot matanya. Enggan menampakkan ketundukan atas sikapnya yang selalu saja mengintimidasi.Sejak dulu Lina selalu mengunggah keangkuhannya terutama di hadapanku yang pastinya dia anggap sebagai saingan terbesarnya karena nyatanya memang hanya aku yang bisa mendapatkan hati Mas Bara sepenuhnya, sesuatu yang kini membawa kesadaranku kembali atas apa yang sudah aku dapatkan selama ini. Nyatanya memang tak ada yang paling ber

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   273. Mulai Mencurigai Lina

    “Katakan padaku apa yang kamu ketahui tentang suamiku?”Aku segera mencecarnya dengan tak sabar, karena saat ini sekecil apapun informasi yang beredar sangat aku butuhkan karena aku benar-benar ingin menguak tabir misteri tentang penembakan suamiku yang sampai saat ini belum juga terungkap.Abe tampak memindaiku lebih lekat dan aku dengan tegas menentangnya tanpa keraguan.Lelaki bermata tajam itu kemudian menarik nafasnya sejenak sembari menautkan kedua tangannya di depan wajahnya yang lumayan good looking itu.“Sebenarnya sehari sebelum hari naas itu, aku dan Richard sempat bertemu di ruangan ini. Kami membicarakan banyak hal, terutama tentang dirimu dan segala penyesalannya.”Abe sengaja menghentikan kalimatnya kian intens memindaiku seakan ingin menebak apa yang ada di dalam pikiranku saat ini.Tapi aku memutuskan untuk membisu menunggunya melan

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   272. Jatuh Koma

    Sudah nyaris sebulan Mas Bara terbaring koma. Selama itu aku bertahan untuk tetap mendampingi walau keadaanku masih sering diserang mual dan rasa tak nyaman di perut.Tak ada alasan bagiku untuk menyerah karena saat ini prioritas utamaku tetap Mas Bara yang selalu aku yakini tetap bisa mendengar setiap kata yang aku ucapkan di telinganya.Bahkan setiap kali aku datang aku selalu membacakan ayat-ayat Ilahi, sebelum aku mulai mengajaknya mengobrol.“Mas, hari ini aku bawakan lavender, aromanya harum sekali. Kamu bisa menciumnya kan Mas?” tanyaku sembari mendekatkan bunga yang aku bawa di hidungnya.Aku selalu yakin jika Mas Bara selalu bisa merasakan apapun yang aku lakukan walau dia tak memberikan respon apapun. Bahkan tidak dengan kedipan mata, karena mata itu selalu terkatup rapat.Saat melihatnya tetap diam dan beku, hati ini mulai dirasuki kesedihan yang kian pekat

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   271. Kehamilan Kedua

    Rasa tidak nyaman kian menyerangku membuat sekujur tubuhku seakan melemah. Tapi saat ini aku memaksa untuk tetap tegar demi aku bisa memastikan bagaimana keadaan Mas Bara. Gelisah yang menyergapku memaksaku untuk bertahan dan tetap kuat meski sejak tadi rasa mual semakin menekan di dalam perutku.Bahkan ketika aku sampai di Jakarta, beberapa kali aku sudah memuntahkan isi perutku saat berada di dalam pesawat.Oma dan mami sempat menganggap apa yang aku rasakan hanya sekedar mabuk kendaraan.Tapi sesuatu di dalam diriku semakin tak bisa menampik praduga ini. Dengan pengalaman yang sempat aku dapatkan ketika mengandung Raka dan Raya, aku mulai bisa menegaskan pada diriku sendiri jika sekarang aku memang sedang berbadan dua.K

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   270. Kembali Lagi Ke Kota

    “Sesuatu telah terjadi pada Richard!”Ketika oma memekikkan nama suamiku segera aku mendekat dengan hati yang sudah diselimuti kabut kecemasan.“Ada apa dengan Mas Bara, Oma?” tanyaku menjadi kian khawatir.Sementara mami malah menatapku dengan gamang dan mulai menghampiriku untuk bisa memelukku dengan lembut.“Kita harus kembali ke Jakarta hari ini juga Rin.”Mami berucap dengan sangat sungguh-sungguh.Hatiku menjadi kian kuat memendam praduga yang buruk. Aku merasa sangat yakin jika sesuatu telah terjadi pada suamiku saat ini.“Katakan padaku, apa yang sudah terjadi Mi?” desakku semakin gelisah.“Richard membutuhkan kamu,” balas mami masih dengan mengunggah gurat kecemasan di wajahnya.Aku mengernyit penuh kecemasan.

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   269. Sesuatu Terjadi Pada Mas Bara

    Setiap orang bisa menganyam harapan tapi Tuhan yang akan menentukan segalanya. Walau berbagai macam cara telah diusahakan nyatanya, kehendak Tuhan yang tetap berlaku. Takdir telah menggariskan bahwa saat ini adalah perpisahan kami.Hatiku terus memendam rasa kehilangan yang bahkan membuatku terus menangis kala melepas jenazah ibu di pemakaman. Kini jasad yang sosok yang sangat aku sayangi itu telah berbaring di sisi makam bapak. Mereka akhirnya bersama lagi yang membuatku menghadirkan kembali segala kenangan kebersamaan keluarga kami dulu di permukaan ingatan.Tangisku semakin kuat nyaris menyedot segala ketegaran meski oma dan mami mendampingi untuk menguatkan. Sampai akhirnya semua saudaraku ikut mendekat dan kami mulai saling berangkulan berusaha untuk saling menularkan ketegaran.Bahkan Laras telah kembali dari Australia mengejar penerbangan pertama demi bisa ikut mengantarkan ibu menuju peristira

DMCA.com Protection Status