Home / Romansa / ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN / 22. Harus Selalu Percaya

Share

22. Harus Selalu Percaya

Author: Mastuti Rheny
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Kenapa kamu tak berterus terang sedari awal padaku, Mas?” sergahku yang semakin tak bisa menahan diri lagi.

Nyatanya Mas Bara masih bisa begitu tenang saat menghadapi kekesalanku.

Wajahnya tetap menampakkan gurat kelembutan yang benar-benar membuat dadaku terasa sangat membuncah.

“Katakan padaku siapa kamu sebenarnya Mas?” desakku lagi menjadi kian terbawa emosi bahkan aku mulai memukuli dada bidangnya yang hanya dia biarkan saja tanpa berusaha mencegahku.

Mas Bara seakan ingin memberikan aku kesempatan untuk meluapkan segala emosiku.

“Kenapa kamu membohongi aku?!”

Aku semakin kesal saat Mas Bara masih saja menguarkan ketenangannya. Pukulanku pada dadanya menjadi semakin intens yang membuatnya akhirnya harus menahan kedua tanganku.

Aku menjadi memberontak kian keras. Aku semakin tak bisa menahan kegera

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   23. Tak Bisa Bersenang-Senang Bersama

    Jelas aku mendengar Mas Bara menyebut nama ‘Lina’ sembari terus berlalu pergi hanya demi bisa menerima panggilan itu secara lebih pribadi.Aku yakin aku tidak salah dengar, bukan Rina tapi Lina karena saat ini asisten pribadi yang ditunjuk Mas Bara untuk melayani semua keperluan itu bahkan masih berdiri tak jauh dari meja makan tempat aku menghabiskan sarapanku saat ini.Aku tak bisa menutupi gelisahku, dengan hati memendam rasa ingin tahu tentang siapa wanita bernama Lina itu juga apa hubungan wanita itu dengan suamiku.Tapi sebelum aku terseret kian jauh dengan berbagai prasangka, beberapa jeda berikutnya Mas Bara kembali muncul dengan gurat wajah yang menampakkan kegeraman. Meski hanya sekilas terlihat karena segera berganti dengan senyuman lebar saat memandangku, aku malah semakin tak bisa menghempaskan rasa penasaranku.Ingin aku bertanya, tapi aku menahan diri, karena aku tak mau me

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   24. Tak Terbiasa Berfoya-foya

    Rina menjadi sangat serba salah saat memandangku.“Aku belum genap 18 tahun Mbak Rina, kemarin pas aku nikah sama Mas Bara aku masih 17 tahun, baru lulus SMA, kedengarannya aku menjadi sangat tua gitu kalau Mbak Rina manggil aku Nyonya Muda. Lagipula aku ini cuma orang desa Mbak Rina, aku bukan orang kaya juga, dan keluargaku juga keturunan ningrat, rasanya semua itu berlebihan Mbak.”Aku mulai mengutarakan semua yang mengganjal di hati pada asisten pribadiku itu.“Tapi Tuan Richard akan menegurku kalau aku memanggil Nyonya Muda dengan sebutan yang lain, maaf aku tidak bisa melakukannya.”“Tapi sekarang kan nggak ada Mas Bara di sini. Cuma ada Mbak Rina sama sopir dan dua orang pengawal saja. Padahal aku pengen kita bisa berteman karena aku di sini nggak punya teman. Mbak Rina mau kan jadi temanku?”Aku mulai menawarkan pada sosok yang selalu t

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   25. Bukan Bulan Madu Yang Sebenarnya

    Mendengar panggilan Rina yang kembali sangat formal padaku aku menjadi sangat ganjil. Terlebih Rina dan kedua orang pengawalku bergegas menggiringku untuk segera masuk ke dalam mobil yang dengan segera sudah disiapkan di depan pelataran tempat perbelanjaan itu, yang membuat aku menjadi bertanya-tanya.“Kenapa tergesa-gesa seperti ini Mbak Rina?” tanyaku masih saja merasa janggal dengan sikap semua orang sekarang.“Tidak apa-apa Nyonya Muda.”“Kamu kok manggil aku gitu lagi sih Mbak?”“Maaf, karena sebentar lagi kita akan bertemu dengan Tuan Richard jadi aku harus kembali menjaga sikapku, maafkan aku Nyonya Muda.”Aku langsung mendesah kecewa, lalu lebih memilih diam karena nyatanya suasana sekarang menjadi sangat membuatku tak nyaman karena semua tampak tegang seperti sedang ingin menghindari sesuatu yang sama sekali tak aku ketahui

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   26. Kembali Meminta Percaya

    “Apa telah terjadi sesuatu Mas?”Aku semakin tak bisa menutupi kegusaranku terlebih saat aku melihat ekspresi wajah Mas Bara yang semakin serius.“Kamu harus ke Surabaya hari ini,” tegas Mas Bara sembari memberi aku isyarat untuk duduk di sisinya dengan tepukan pelan pada sisi sofa yang masih lapang.Meski aku terperangah kaget tapi menuruti saja apa yang dikehendaki suamiku untuk duduk di sisinya.“Apa Mas juga akan pergi sama aku?”Aku tak bisa lagi menahan rasa ingin tahuku.“Tidak, tapi Rina, Damian dan Dony yang akan mendampingi kamu. Hamdan juga sudah mengatur segala urusan kamu di Surabaya.”Aku langsung mengernyit jengah ketika mendengar ucapan Mas Bara.“Jadi aku akan pergi sendiri?”&ldq

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   27. Di Luar Ekspektasi

    Aku memandang nanar pada awan yang berarak yang tampak sangat jelas terlihat dari balik jendela pesawat yang aku tumpangi. Ini adalah pengalaman keduaku menaiki burung besi yang sekarang sedang membelah langit Bali. Berbeda dengan kemarin saat aku menaikinya bersama Mas Bara, hari ini hatiku dipenuhi dengan kegusaran juga kesedihan yang tak bisa aku tampik. Tak ada bahagia yang meraja karena saat ini kami bahkan terpisah jarak dan waktu. Mas Bara dengan begitu lugas meminta aku untuk pergi, tanpa dirinya. Tapi selalu saja aku tak memiliki daya untuk bisa tetap tinggal bersamanya. Belum lagi dengan segala misteri Mas Bara yang semakin membekapku dengan banyak tanya. Semakin aku tahu semakin aku tak bisa memahami. Bahkan fakta tentang suamiku yang ternyata seorang Tuan Muda dari keluarga Taipan kaya raya, benar-benar tak bisa aku telaah dengan nalar. Semua keistime

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   28. Terlalu Berlebihan

    Seorang wanita yang aku taksir usianya sebaya dengan Rina, langsung menyambutku ketika kami mulai memasuki ke dalam rumah besar itu, bersama dengan sekumpulan pelayan yang semua memberikan penghormatan padaku dengan sangat keterlaluan.Jelas aku merasa semua ini begitu berlebihan. Bahkan sampai sekarang aku merasa tetap seorang gadis desa dengan pengetahuan yang serba terbatas. Kehidupan seperti ini terlalu jauh dari ekspektasi yang malah membawaku ke dalam kebingungan yang akut.“Selamat datang Nyonya Muda,” ucap wanita itu.Aku membalasnya dengan segaris senyuman canggung.Tapi sikapnya selalu terlihat formal yang membuatku malah tak nyaman.“Mari aku tunjukkan kamar utamanya,” ucap wanita itu lagi mulai menawarkan bantuan padaku.Aku menoleh sejenak pada Rina tapi wanita berpenampilan modis itu malah menganggukkan kepalanya.

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   29. Pemandangan Indah

    “Lain kali hati-hati Mbak.”Suara seorang pria langsung menyadarkan aku yang tengah fokus memungut berkas-berkasku yang tercecer.Aku mulai melirik kepada lelaki berkaca mata di dekatku yang ternyata juga sedang melakukan hal yang sama.Pria berpenampilan rapi itu pada akhirnya menyerahkan kertas-kertas itu padaku.Sejenak aku merasa dia memindaiku sembari menyunggingkan senyumnya.“Terima kasih,” ucapku sembari menerima berkas-berkas itu dengan cepat.Aku hanya sekilas memandangnya tapi kemudian memilih segera pergi karena merasa Rina dan lainnya sudah menungguku terlalu lama, terlebih gawai di dalam tasku sudah mulai berdering.Aku harus mempercepat langkahku mengabaikan tatapan pria berpenampilan rapi itu yang sekarang bahkan aku rasa seakan sedang mengikutiku dengan tatapannya.Sesampainya

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   30. Gelang Berharga

    Kini aku baru paham ketika Dania menyebut tentang pemandangan paling indah. Ternyata dia adalah dosen pria berkaca mata yang memiliki garis wajah yang menegaskan sebuah ketampanan khas juga kesan intelek yang lugas karena kacamata yang dipakainya.Aku menelisik sosok yang sudah mulai menghadapkan seluruh dirinya ke arah kami para mahasiswanya yang sudah mulai mengambil tempat duduk masing-masing.Sejenak aku merasa tidak asing dengan sosok itu, meski aku tak bisa mengingat dengan pasti siapa sosok yang sekarang aku rasa seperti sedang memindai ke arahku yang membuatku sedikit gugup dan langsung memalingkan muka.“Selamat pagi semua, perkenalkan aku Ragil Mahesa aku dosen untuk mata kuliah Psikologi Pendidikan, aku harap kita bisa selalu melakukan timbal balik yang baik selama proses pembelajaran di kelas. Jadi aku tidak suka dengan mahasiswa yang tidak memberikan atensi ....”Pria berkuli

Latest chapter

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   277. Bahagia Selamanya

    “Diam, atau aku akan menembakmu seperti yang sudah aku lakukan pada Richard!” Aku terperangah saat mendengar pengakuan lelaki berwajah oriental itu. Pengakuannya jelas sangat mengagetkan aku. “Jadi kamu yang sudah menembak suamiku?!” sergahku tandas. Raymond malah tersenyum sarkas menanggapi. “Dia sendiri yang sudah memaksaku melakukan semua ini karena dia terlalu serakah,” tukas Raymond sengit. “Kamu gila!” Aku kembali memakinya dengan suara yang semakin kuat. “Tolong, tolong ....” Aku mulai berteriak ketika Raymond semakin kewalahan dan tak mampu lagi menutup mulutku. Pergerakan di pintu itu semakin intens bersamaan aku mendengar suara gebrakan yang sangat kuat beberapa kali. Raymond yang sedang menggila ini sudah menutup pintu dari dalam hingga sulit untuk dibuka. Pastinya orang-orang di luar ruangan sedang berusaha untuk mendobrak pintu itu. Sementara aku sendiri masih berjuang untuk membebaskan diri dari sergapan Raymond. Tapi beberapa detik kemudian kami malah dikejut

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   276. Di Bawah Ancaman Raymond

    Aku menjadi terlalu kaget mendapati kedatangan Raymond yang sangat tak terduga.Tapi aku malah tak kuasa untuk menghalaunya yang membuat sosok itu terus mendekat dengan penuh rasa percaya diri.“Aku tak menyangka kalau dia mampu bertahan sampai sejauh ini setelah apa yang sudah dia alami,” ungkap lelaki itu sembari mengarahkan pandangannya pada Mas Bara yang sekarang hanya bisa terbaring tanpa kesadaran di atas brankar.Gelisah mulai menerjangku ketika aku mulai melihat tatapan adik dari suamiku yang kini malah memindaiku dengan sangat intens.Aku segera bangkit dan memasang sikap waspada.Setelah kemarin aku melihat sikap Raymond yang tampak berbeda begitu rapuh dan sedih tapi sekarang dia kembali menjadi sosoknya yang dulu, yang terasa licik menakutkan.“Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam ruangan ini?”Selama ini mami melarang orang lain masuk menemui Mas Bara. Tak sembarangan orang boleh menemani Mas Bara. Hanya aku, oma dan mami yang memiliki akses untuk bisa memasuki ruangan. Kar

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   275. Sikap Dingin Mami Sally

    “Sekarang katakan saja apa kamu yang sudah membuat Richard seperti ini?” Abe malah melontarkan tuduhannya dengan terlalu lugas.Aku tak pernah menyangka jika sahabat terdekat suamiku itu akan mengungkapkan tuduhannya dengan sangat lugas pada Lina yang sebelumnya sempat kami bicarakan dan kami curigai.Lina membeliakkan mata, mengunggah kekagetannya yang terlalu ketara.Sejenak aku tak bisa mengartikan tentang ekspresi kekagetannya yang seperti itu.“Apa kamu yang sudah menembak Richard?”Abe kian menegaskan tuduhannya.Lina malah menanggapi dengan tenang hingga kemudian malah mencebik sarkas.“Jadi kalian sekarang mencurigaiku?”Aku dan Abe tak menjawab meski masih saja memberikan tatapan yang sangat lugas pada wanita yang sering mengunggah ekspresi sinisnya itu.“Aku merasa tak perlu untuk memberikan penjelasan apapun pada kalian,” pungkas wanita itu sembari langsung bangkit dari duduknya.Tapi sebelum melangkah wanita itu melemparkan pandangannya pada Abe yang sedang mengikuti perg

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   274. Dikepung Rasa Curiga

    “Apa yang sedang kalian bicarakan?” Segera aku menoleh ke ambang pintu dan menjadi sangat kaget ketika melihat sosok yang sedang kami bicarakan telah berdiri di sana dengan memberikan tatapan yang terlalu tajam.Sempat aku merasa kalau dia sempat mendengar pembicaraanku bersama Abe tadi, yang kemudian menelusupkan rasa gelisah di dalam dada.“Kalian berdua terlihat terlalu dekat, dan aku yakin jika Richard melihat kedekatan kalian, dia tidak akan bisa menerima ini,” sindir wanita berbaju merah itu sangat sarkas.Dengan tatapan yang sama tajamnya aku mulai menentang sorot matanya. Enggan menampakkan ketundukan atas sikapnya yang selalu saja mengintimidasi.Sejak dulu Lina selalu mengunggah keangkuhannya terutama di hadapanku yang pastinya dia anggap sebagai saingan terbesarnya karena nyatanya memang hanya aku yang bisa mendapatkan hati Mas Bara sepenuhnya, sesuatu yang kini membawa kesadaranku kembali atas apa yang sudah aku dapatkan selama ini. Nyatanya memang tak ada yang paling ber

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   273. Mulai Mencurigai Lina

    “Katakan padaku apa yang kamu ketahui tentang suamiku?”Aku segera mencecarnya dengan tak sabar, karena saat ini sekecil apapun informasi yang beredar sangat aku butuhkan karena aku benar-benar ingin menguak tabir misteri tentang penembakan suamiku yang sampai saat ini belum juga terungkap.Abe tampak memindaiku lebih lekat dan aku dengan tegas menentangnya tanpa keraguan.Lelaki bermata tajam itu kemudian menarik nafasnya sejenak sembari menautkan kedua tangannya di depan wajahnya yang lumayan good looking itu.“Sebenarnya sehari sebelum hari naas itu, aku dan Richard sempat bertemu di ruangan ini. Kami membicarakan banyak hal, terutama tentang dirimu dan segala penyesalannya.”Abe sengaja menghentikan kalimatnya kian intens memindaiku seakan ingin menebak apa yang ada di dalam pikiranku saat ini.Tapi aku memutuskan untuk membisu menunggunya melan

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   272. Jatuh Koma

    Sudah nyaris sebulan Mas Bara terbaring koma. Selama itu aku bertahan untuk tetap mendampingi walau keadaanku masih sering diserang mual dan rasa tak nyaman di perut.Tak ada alasan bagiku untuk menyerah karena saat ini prioritas utamaku tetap Mas Bara yang selalu aku yakini tetap bisa mendengar setiap kata yang aku ucapkan di telinganya.Bahkan setiap kali aku datang aku selalu membacakan ayat-ayat Ilahi, sebelum aku mulai mengajaknya mengobrol.“Mas, hari ini aku bawakan lavender, aromanya harum sekali. Kamu bisa menciumnya kan Mas?” tanyaku sembari mendekatkan bunga yang aku bawa di hidungnya.Aku selalu yakin jika Mas Bara selalu bisa merasakan apapun yang aku lakukan walau dia tak memberikan respon apapun. Bahkan tidak dengan kedipan mata, karena mata itu selalu terkatup rapat.Saat melihatnya tetap diam dan beku, hati ini mulai dirasuki kesedihan yang kian pekat

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   271. Kehamilan Kedua

    Rasa tidak nyaman kian menyerangku membuat sekujur tubuhku seakan melemah. Tapi saat ini aku memaksa untuk tetap tegar demi aku bisa memastikan bagaimana keadaan Mas Bara. Gelisah yang menyergapku memaksaku untuk bertahan dan tetap kuat meski sejak tadi rasa mual semakin menekan di dalam perutku.Bahkan ketika aku sampai di Jakarta, beberapa kali aku sudah memuntahkan isi perutku saat berada di dalam pesawat.Oma dan mami sempat menganggap apa yang aku rasakan hanya sekedar mabuk kendaraan.Tapi sesuatu di dalam diriku semakin tak bisa menampik praduga ini. Dengan pengalaman yang sempat aku dapatkan ketika mengandung Raka dan Raya, aku mulai bisa menegaskan pada diriku sendiri jika sekarang aku memang sedang berbadan dua.K

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   270. Kembali Lagi Ke Kota

    “Sesuatu telah terjadi pada Richard!”Ketika oma memekikkan nama suamiku segera aku mendekat dengan hati yang sudah diselimuti kabut kecemasan.“Ada apa dengan Mas Bara, Oma?” tanyaku menjadi kian khawatir.Sementara mami malah menatapku dengan gamang dan mulai menghampiriku untuk bisa memelukku dengan lembut.“Kita harus kembali ke Jakarta hari ini juga Rin.”Mami berucap dengan sangat sungguh-sungguh.Hatiku menjadi kian kuat memendam praduga yang buruk. Aku merasa sangat yakin jika sesuatu telah terjadi pada suamiku saat ini.“Katakan padaku, apa yang sudah terjadi Mi?” desakku semakin gelisah.“Richard membutuhkan kamu,” balas mami masih dengan mengunggah gurat kecemasan di wajahnya.Aku mengernyit penuh kecemasan.

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   269. Sesuatu Terjadi Pada Mas Bara

    Setiap orang bisa menganyam harapan tapi Tuhan yang akan menentukan segalanya. Walau berbagai macam cara telah diusahakan nyatanya, kehendak Tuhan yang tetap berlaku. Takdir telah menggariskan bahwa saat ini adalah perpisahan kami.Hatiku terus memendam rasa kehilangan yang bahkan membuatku terus menangis kala melepas jenazah ibu di pemakaman. Kini jasad yang sosok yang sangat aku sayangi itu telah berbaring di sisi makam bapak. Mereka akhirnya bersama lagi yang membuatku menghadirkan kembali segala kenangan kebersamaan keluarga kami dulu di permukaan ingatan.Tangisku semakin kuat nyaris menyedot segala ketegaran meski oma dan mami mendampingi untuk menguatkan. Sampai akhirnya semua saudaraku ikut mendekat dan kami mulai saling berangkulan berusaha untuk saling menularkan ketegaran.Bahkan Laras telah kembali dari Australia mengejar penerbangan pertama demi bisa ikut mengantarkan ibu menuju peristira

DMCA.com Protection Status