"Enak sekali ya ... yang habis jalan-jalan," sindir mbak Nur ketika aku dan Marwah baru saja masuk rumah. Aku memasukkan motor ku di ruang tamu sementara Marwah masuk ke dalam kamar dengan mengendong Alina yang tertidur pulas karena kenyang dan juga ngantuk berat.Mengambil beberapa kantong belanja kami tadi yang aku taruh di cantolan motor yang ada di bawah spidometer."Banyak banget, Han belanjanya. Pasti kamu tekor karena dipalak istri dan anak kamu yang sok-sokan kabur dari rumah karena merajuk. Jangan dibiasakan, Han malah ngelunjak," cerocos mbak Nur yang sudah mirip sama rel kereta yang gak ada ujungnya."Ini kan pakai uang aku sendiri, Mbak. Gak minta juga sama kalian. Terus masalahnya ada di mana? Uangku berarti uang istri dan anakku. Kalau uangku habis untuk menyenangkan kalian saja. Itu baru aku yang b*doh, buang-buang duit gak ada guna dan gak menjamin pahala buat aku. Beda kalau uang ku habis untuk menyenangkan istri dan anakku. Selain pahala karena menyenangkan hati ana
Baca selengkapnya