Begitu seterusnya, sampai beberapa keliling pun tak lepas dari perdebatan kami. Bang Fyan itu egois, tidak pernah mau mengalah dan cenderung memaksakan kehendak, tapi selalu melindungiku.Seperti saat ini, mungkin sifat aslinya sedang dominan sehingga dia dengan tanpa kompromi, seenaknya mengganti wallpaper ponselku dan setelah itu bersikap tak perduli. Tapi sebelumnya, sikap Bang Fyan selalu manis. Apakah itu pura-pura? Atau memang dia sudah berubah? Ya Tuhan, apa yang sedang terjadi? Padahal kemarin aku sudah berusaha dan hampir berhasil bisa membuka diri. Tapi Bang Fyan mengacaukan semuanya dengan sifat egoisnya.Aku menangkupkan kedua telapak tanganku pada wajah ini. Mencondongkan tubuh ke arah depan dengan siku menumpu pada kedua pahaku. Aku tak ingin mengecewakan Mama dan Papa, tapi apakah harus dengan mengorbankan hatiku?Gawai yang berada di saku gamisku bergetar, segera aku mengambilnya dan melihat siapa yang menghubungiku.Bang Fyan.Kulirik jam tangan, 17.30. mungkin Bang
Baca selengkapnya