"Kebiasaan sekali kamu tuh Fyan! Bawa motor nggak bawa jas hujan. Adikmu sampai basah gituh," tegur Bunda begitu kami turun dari motor."Ara-nya juga suka hujan-hujanan, kok Bunda yang heboh," jawabku seraya melirik Ara. Yang dilirik malah senyum-senyum nggak jelas dengan pasang wajah sok imut."Udah, mandi sana! Nanti masuk angin, Abang juga yang diomelin Mama." titahku."Biasa aja kali, nggak usah pasang wajah jutek gituh," jawabnya seraya cemberut.Aku memalingkan wajah menahan gemas melihat dia cemberut seperti itu. Kubuang napas kasar menormalkan gejolak di dalam sini."Ara pamit dulu, ya, Bun," ucapnya pada Bunda yang masih memperhatikan kami dari teras."Iya, cepetan mandi pake air hangat!""Oke, Bunda!" jawabnya kemudian berlari menuju rumahnya yang hanya beberapa meter dari sini."Makasih coklatnya, Bang Fyan!" Dia berteriak setelah sampai di pintu pagar rumahnya sambil mengacungkan cup coklat.Hingga tak terasa ujung bibirku terangkat dan rasanya ada kebahagiaan yang tak bis
Baca selengkapnya