"Astaga, Bu Boss, butek banget sih, itu muka atau air kobokan basi sih?" goda Nathan begitu aku melewati meja kerjanya."Sialan! gue kepret juga lo ya...""Heh, jangan judes-judes, ntar jodohnya jauh baru tau rasa ya!" sambung Nathan masih punya nyali.Aku mendelik sambil berkacak pinggang di sebelah mejanya. "Kadang gue heran deh sama Windy, kenapa dia bisa ketipu sama cowok mulut ember kayak lo, Nath?"Bukannya tersinggung, Nathan justru tergelak kencang sampai beberapa staff lain menoleh ke arah kami. Aku sontak melempar satu buah stabilo dan tepat mengenai keningnya."Elo serem kalau lagi banyak deadline, Mel. Kacau ya meeting tadi, sampe bikin lo sensitif gini?" Nathan bergidik saat mengambil stabilo yang kulemparkan tadi."Bukan karena deadline atau meeting tadi sih," gumamku lantas menarik kursi di depan meja sahabatku ini."Terus karena apa?" Kali ini wajah Nathan berubah menjadi mimik yang lebih serius.'Karena mantan pacar yang kini jadi suami atasan muncul lagi!' teriak bat
Baca selengkapnya