Home / Urban / Ambisi Sang Penguasa / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Ambisi Sang Penguasa: Chapter 11 - Chapter 20

118 Chapters

Lembar Kesenangan

"Iya, ini aku.""Kau sudah terima suratku?" Luis berubah semangat. Rasa kantuknya seketika lenyap tatkala mendengar Emma berbicara. Akhirnya ia mendengar alunan indah itu lagi usai berhari-hari merindukannya."Sudah kuterima pagi tadi. Kau sudah tidur, ya? Maaf kalau terlalu larut. Aku sengaja menunggu bibiku tertidur, biar dia tidak menguping.""Aku senang kau menelepon. Tidak apa, malam begini justru enak. Aku juga tidak ada yang mengganggu, ayahku sudah tidur di kamar," balas Luis. "Oh ya, kau sudah pakai cincin yang kukirim?""Sudah. Cantik sekali. Ukurannya sangat pas di jari manisku."Luis tengah membayangkan bagaimana cincin itu melingkar di jari Emma. Sekarang ia membayangkan sang kekasih mengenakan gaun pengantin—tidak, tidak, terlalu dini, belum saatnya."Lu? Kau masih di sana?""Uh, hmm, iya, aku masih terjaga.""Kukira kau ketiduran, habisnya diam saja.""Tidak, kok. Aku hanya memikirkanmu terlalu dalam.""Ya ampun, Luis. Kau membuatku tersipu. Bisa-bisa aku tidak bisa tid
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

Ronde Kesekian

Luis berkendara dengan lesu pagi ini. Moodnya kacau gara-gara Emma tak kunjung memberi kabar. Katanya bakal menelepon kalau sempat, masa sudah berhari-hari tidak pernah sempat? Sesibuk apa pekerjaannya? Luis terus mendesah berulang kali, sesekali memukul pelan setir mobil. Ia baru saja mengirim surat untuk Emma sebelum ke sekolah, menanyakan kabar serta minta balasan—ditelepon atau dibalas surat. Harapnya semoga sang kekasih bisa segera menghubungi Luis setelah menerima pesan darinya."Padahal aku ingin memberinya uang agar dia tidak perlu repot-repot bekerja lagi," gumam Luis seraya menarik ransel dari jok penumpang di sebelahnya. Ia membuka pintu, tiba-tiba saja membentur sesuatu. "Ada apa ini?" bisiknya."Punya mata tidak!" bentak Edward seraya berdiri sambil mengusap-usap kepala belakang. Dia sedang berjongkok, mengecek ban depan sepedanya sewaktu Luis memarkir mobil dan membuka pintu sembarangan."Oh, kau rupanya." Luis tidak bergairah cari ribut. Ia hanya menatap malas musuh beb
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

Pria Hebat

Luis digiring oleh kelompok Edward, lima bocah tidak berguna. Mereka mengantarkan tersangka hari ini menuju gudang belakang sekolah, tongkrongan mainstream para berandalan. Ruangannya berdebu dan lembap, Luis sampai batuk dibuatnya. Penerangan pun mengandalkan sinar matahari yang menembus jendela. Geng Edward melingkari Luis yang berdiri kebingungan di tengah ruangan."Sebenarnya apa maksud kalian membawaku kemari? Mau mengeroyokku lagi?"Para anggota geng saling melempar pandang satu sama lain."Kau saja, Drew," kata bocah yang seingat Luis bernama Mike.Luis beralih menyorot ke arah Drew yang berdiri di tengah antara lima orang anggota."Luis, hmm, kami ... kami bermaksud menjadikanmu ketua geng kami.""Kalian membuang Edward?""Sudah lama kami ingin menyingkirkannya—sejak dia dikalahkan olehmu. Kami jadi sadar kalau kami cuma dimanfaatkan oleh Edward. Seperti katamu, dia tidak bisa apa-apa tanpa kami. Namun, perilakunya pada kami malah semena-mena. Kami dianggap seperti pembantunya
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

Hebat atau Tidak

Luis sangat mengakui kebusukan ayahnya. Ya, betapa tidak, merampas nyawa orang tua kandung demi mendapatkan harta. Memang, harta warisan itu pasti bakal lari ke tangan George nantinya. George hanya mempercepat proses, sudah terlalu lama ia menunggu jatahnya turun sampai putus asa dibuatnya. Satu-satunya jalan adalah dengan membuat orang tuanya mati. Cara singkat nan ekstrem. Orang-orang frustrasi cenderung nekat hingga mengenyampingkan hal-hal manusiawi.Enrique masih heran mengapa Luis menyebut ayahnya sebagai pria busuk. Apa yang diperbuat pria hebat itu hingga sang putra begitu menyebutnya dengan imbuhan negatif? Enrique menatap serius, ia memangku sikunya pada kedua lutut. "Mengapa kau menyebutnya busuk? Dia pria sukses, Luis. Harusnya kau memuji ayahmu.""Kau benar. George Arias kini sukses mewujudkan mimpi. Memiliki bisnis impiannya, hah ...." Chevy yang terparkir di halaman Emerald jadi alasan Luis tidak buka suara. Benda itu adalah sogokan berharga baginya, hadiah tutup mulu
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

Konsekuensi Untuk Berdamai

Luis berakhir sebagai pegawai full time Motel Emerald. Dia bekerja siang-malam sebagai hukuman atas pelanggaran di sekolah. Lebih buruk, ia tidak mendapat bayaran lebih."Ayolah, kau menjajahku, Ayah!" rutuk Luis begitu mengetahui kenyataan bahwa gajinya tetap pas-pasan."Siapa yang menjajah siapa? Sejak awal kau memang pekerja di sini. Tambahan waktu ini sebagai ganjaran atas perbuatan memalukanmu di sekolah," papar George santai di kursi empuk di ruang administrasi. Ia tidak peduli meski putranya terus mengoceh sambil memegang ujung tongkat alat pel. Biar Luis kapok mengerjai anggota keluarga Winchester."Mulai sekarang, tiap kau membuat masalah, kau harus bekerja lembur tanpa dibayar," tambah George. Terdengar semakin mengesalkan di telinga Luis."Cukup! Omonganmu sama sekali tidak menghibur.""Ya memang tidak. Siapa juga yang mau menghiburmu? Sudah, cepat bersihkan kamar kosong di lantai dua. Sekalian berandanya juga."Luis hampir menghempaskan alat pel di tangan, kalau saja ia ti
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

Putus Mendadak

"Uangku lenyap ...," racau Luis di ruang administrasi. Ia duduk di kursi empuk sambil menyangga kedua kaki pada meja. Kepalanya menengadah, bersandar pada bahu kursi. Jangan tanya George ke mana, baguslah kalau Luis ditinggal sendirian. Ia memang butuh me time.Lampu pada plang motel barusan dinyalakan, pertanda hari memasuki sesi-sesi penghujung. Luis kembali menempati kursi seraya termenung lagi. Rangkaian kejadian hari-hari belakangan tergolong sebagai hari tersial sepanjang hidup. Sudah jatuh, tertimpa tangga. Berusaha membela diri berujung diskors, ditambah kerja lembur cuma-cuma, lengkap dengan ancaman tuntutan, dan berbuah pada lenyapnya uang yang diharapkan. Harusnya Luis bisa tegas waktu Dean memberi cicilan pertama, mestinya saat itu juga ia mendesak Dean membayar lunas sejumlah lima puluh ribu dollar. Bukan untung malah buntung.Katanya kesabaran akan berbuah manis, tapi buah yang tumbuh malah pahit rasanya. Jauh dari kata mujur, hidup Luis sedang memasuki fase kemunduran.
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

Pertemuan Tak Terduga

Keesokan harinya, Luis mengirimkan kejutan yang ia janjikan kepada Emma. Uang senilai sepuluh ribu dollar, terbungkus rapat di dalam amplop cokelat beserta sebuah pesan dalam selembar kertas."Gunakan uang ini untuk keperluanmu. Jangan tanya asalnya dari mana, pokoknya kau harus menggunakan uang ini untuk kepentinganmu. Bersenang-senanglah! Aku ingin kau bahagia!P.S. jumlahnya sepuluh ribu. Hitung lagi, kalau kurang akan kutuntut tukang pos!"Luis mencium amplop sekilas sebelum berjalan memasuki kantor pos. Paling tidak besok Emma akan meneleponnya lagi, Luis sudah berpesan agar menghubunginya segera setelah paketnya sampai. "Kirim surat lagi, Tuan?" tanya petugas pos basa-basi."Hm. Aku sudah menaruh kepercayaan pada kantor pos ini. Kali ini jangan sampai merusak kepercayaanku."Petugas pos mengambil paket dari tangan Luis, ia menekan sekilas amplop tebal tersebut. Sudah bisa ditebak apa isinya. Pantas saja pengirimnya sangat posesif.Luis kembali pulang setelahnya. Ia kan tidak se
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

Bendera Putih

Duduk santai di rooftop sambil senyum-senyum. Luis tampak santai walau George berteriak memanggilnya dari depan ruang administrasi, ada tamu check in, minta dibawakan barang. Ia tidak pernah nampak sebahagia itu sebelumnya, terlihat tidak biasa hari ini. Padahal sebelum pergi ziarah ia masih mengeluh soal rumah dan tidak ikhlas bekerja cuma-cuma.Apa ini efek berziarah? Tentu bukan, ini efek uang. Ya, lagi-lagi. Sehabis berjumpa dengan sang ibunda, Luis diajak pergi menuju bank terdekat untuk membuka rekening atas nama pribadinya. Sebagai sarana menuruti keinginan Luis."Katakan saja permintaanmu. Apa yang kau inginkan?" tanya Thalia sebelumnya, hendak menebus kesalahan telah meninggalkan Luis selama bertahun-tahun."Yang kuinginkan?" Luis sangat memanfaatkan kesempatan emas tersebut. Kalau dilihat-lihat, gaya berpakaian Thalia mulai dari dress, sepatu hak, serta perhiasan di telinga, leher, dan pergelangan tangan. Oh, jangan lupakan cincin-cincin di jarinya, semua terlihat mahal dan
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

Makan Malam Berkelas

Dua minggu telah berlalu, masa skorsing sudah berakhir. Luis kembali ke sekolah dengan penuh percaya diri, makin berlagak. Berjalan penuh pesona di koridor sekolah, merasa diri paling jago seantero SMA. Ia tersenyum miring memerhatikan murid-murid di koridor yang minggir ketika dia lewat. Tidak ada yang sanggup mengalahkan pamor Luis, meningkat seribu persen. Siapa yang berani macam-macam lagi dengannya? Anak pemilik sekolah saja berhasil dibantai, bagaimana dengan murid-murid lain? Tidak, mereka memilih kabur alih-alih harus saingan dengan si jagoan baru demi menghindari masalah. Mata pelajaran sudah cukup membebani para murid, jangan ditambah dengan persaingan pamor.Masa-masa indah mengiringi hidup Luis, bisa dibilang, kehidupannya berada pada tingkat maksimal. Prestasi akademik di sekolah, tidak ada yang berani membuat masalah, George menaikkan gajinya walau sedikit—sangat sedikit. Hubungan asmaranya pun lancar, komunikasi jalan terus tanpa putus. Surat-surat dan telepon datang be
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

Beban Mantan

Dua keluarga masih bersatu di meja bundar pada acara makan malam para pemuka kota. Orang-orang kelas atas, para sosok terpandang, berkumpul di ruangan yang sama. Masing-masing dari mereka memamerkan apa yang bisa dipamerkan, mulai dari pakaian branded, perhiasan, jabatan, bahkan prestasi keturunan mereka.Begitu pula Imelda, istri Dean yang bergelar walikota saat ini. "... Sayangnya Ed tidak mau menyusul kakaknya belajar ilmu teknologi di Jerman. Dia akan kuliah di dalam negeri saja."Luis tersenyum sinis. Kalau Edward dilepas di negeri itu, bisa-bisa menjadi Hitler kedua. Sepersekian detik kemudian, Luis menyanggah pendapatnya. Hitler itu orang hebat meski kejam, sementara Edward tidaklah memiliki dua sifat tersebut. Edward menjadi tidak terkalahkan berkat geng yang terpaksa ikut gara-gara pamor yang ia sandang sebagai anak pemilik sekolah, harus disegani.Saat Luis sedang sibuk berpendapat tentang Edward di dalam pikirannya, Imelda tiba-tiba mengajukan pertanyaan, "Bagaimana sekolah
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status