Accueil / Romansa / Dosen Kampret itu, Suamiku!! / Chapitre 301 - Chapitre 310

Tous les chapitres de : Chapitre 301 - Chapitre 310

328

[301] Bang Kenan Susah Banget Diajak Enak!

“Abang, Mama sama Papa kan lagi nggak ada di rumah.. Em, anu.. Gimana kalau sambil nungguin akunya disuruh pulang, kit-kita main ke apart-nya Abang?” “Enggak boleh, Ceya.” Kenan berusaha untuk terlihat tenang meski jari-jari tangannya terasa gatal, ingin memutar roda kemudi supaya berbalik arah, menuju tempat yang kekasihnya sebutkan. Jawabannya sungguh tak selaras dengan apa yang hatinya teriakkan. Di dalam hati pemuda itu, Kenan berteriak keras, menyetujui ide cantik sang kekasih. Namun ia menahannya dengan sangat kuat, menipu dirinya sendiri, begitu pula dengan sang kekasih yang mendengar penolakannya. “Yah!” hela Kamasea. Ia sudah menduga jika sang kekasih akan menolak ajakannya, tapi perasaan kecewa rupanya tetap bersarang di hati kecilnya. Lirihnya suara Kamasea membuat Kenan menjadi tak tega. “Kalau pengen banget, kamu telepon Jo sama Eci.” Ucapnya, mencarikan jalan keluar untuk permasalahan mereka. Kenan menyalip mobil didepannya. Setelah mengamankan posisi mobilnya, pemud
last updateDernière mise à jour : 2024-02-23
Read More

[302] Mine!

Waktu bergulir dengan cepatnya. Seperti feeling Kamasea, keduanya diharuskan untuk melanjutkan sekolah ke negara lain. Hal itu dimaksudkan demi kepentingan keduanya, sekaligus menjadi syarat mutlak jika si kembar berniat mempertahankan cinta mereka sampai ke jenjang pernikahan. Sebelum pergi untuk studinya, Josephin lebih dulu mengajukan perjanjian dibawah payung hukum. Tepat ketika dirinya menyelesaikan gelar, pertunangannya dengan Jesika wajib segera diselenggarakan– itu berarti, secara tidak langsung, Jesika telah menjadi miliknya. Gadis itu tak diperkenankan memiliki hubungan dengan laki-laki lain, selama dirinya mengenyam bangku perkuliahan. Tiga tahun lamanya si kembar hilang dari peredaran, ada banyak hal yang berubah sejak kepergian keduanya. Dimulai pada Shafa yang dua tahun lalu melepas masa lajang usai mendapat restu para kakak-kakaknya. Kenan si calon menantu yang berhasil membangun perusahaan kecilnya bersama teman-teman kuliahnya dan Jesika yang tumbuh menawan, hidup me
last updateDernière mise à jour : 2024-02-24
Read More

[303] Hi, Love..

Ketika pintu ruang kerjanya dibuka tanpa ketukan, Jesika mengalihkan pandangannya dari layar laptop.“Pantes kok belom nangkring di ruangannya Papa. Masih kerja to ternyata.” Ucap Kamarudin melihat putrinya belum bersiap untuk pulang.Gadis itu masih berada dibalik meja kerjanya, bertemankan secangkir kopi yang uapnya mengepul tersapu oleh angin pendingin ruangan.“Ayo, Kak.. Udah jam segini loh.”“Papa.. Papa duluan aja deh. Nanggung banget soalnya, Pah.”“Dilanjutin di rumah kan bisa, Kak. Mama kamu ntar ngomel kalau Papa pulangnya nggak bareng anak gadisnya.”Semenjak kepergian Josephin, tidak ada lagi orang yang Anya percayai untuk menjaga Jesika. Baik-buruk menghilangnya anak itu memang terasa sangat kental. Alhasil, karena berada di satu tempat kerja yang sama, Kamarudin lah yang mendapatkan tugas sebagai bodyguard si sulung.Jesika pun terkekeh. “Nggak bakalan, Pah. Biar Eci chat Mama. Beneran nanggung ini. Kalau di-log out bisa-bisa Eci ngulang dari awal lagi.”“Papa tungguin
last updateDernière mise à jour : 2024-02-24
Read More

[304] The Dream that Came True

Josephin bangkit dan berlari menyambangi tempat dimana Jesika berdiri. Ia membekap mulut Jesika menggunakan satu tangannya. “Ssst!! Jangan teriak,” ucapnya, tidak sebagai permohonan. Suaranya yang tegas dan dalam lebih cocok disebut dengan perintah. Meski Josephin yakin papanya tidak akan mendengar teriakkan Jesika, tapi bukan reaksi seperti ini yang ia harapkan akan dikeluarkan, oleh kekasih yang lama tidak dirinya temui. “Emp-Emp! Yep-pash!” pinta Jesika, meronta. “Aku lepasin tapi janji jangan teriak?” tawar Josephin. Pemuda itu melonggarkan bekapannya. Ia tidak akan melepaskan tangannya sebelum Jesika mau berjanji. Kedua orang tua mereka belum mengetahui perihal kepulangannya ke Indonesia. Jangankan kedua orang itu, Kamasea yang tinggal bersamanya saja tak ia beritahu. Sang adik pasti mengira jika dirinya masih menunggu dengan sabar di dalam penthouse mereka. Cih! Memang siapa yang bisa bersabar jika ditinggalkan, sedangkan adik perempuannya pergi berlibur seolah tengah ber
last updateDernière mise à jour : 2024-02-27
Read More

[305] Tonight is going to be Wonderful

“Abang kayaknya juga mau nyicil, biar pas nikah nanti nunggu baby-nya nggak kelamaan.” “Go to the hell, Josephin Hasan! Busuk sana kamu di neraka!” Anya memeluk erat sulungnya yang terindikasi akan dibombardir kesuciannya oleh si buaya buntung. “ini demi bertambahnya keturunan kita, Mah.” Oceh Josephin tak hentinya menyulut emosi sang mama. “MATAMU!” maki Anya. Setelah pembicaraan yang membangongkan itu selesai, Kamarudin terus mencoba menghubungi putri kesayangannya. Lelaki itu bahkan sudah menyebar para tenaga kerjanya untuk melacak keberadaan sang putri. Ia berusaha dengan sangat gigih supaya putrinya segera ditemukan dan pulang secepat mungkin ke Indonesia. Sedangkan Anya, perempuan itu memindahkan kamar Jesika yang semula berada di lantai atas, kini tepat disamping kamarnya dengan Kamarudin. Hal tersebut ditujukan untuk berjaga-jaga, meminimalisir jika seandainya Josephin benar-benar kehilangan kendali lalu menghamili Jesika sebelum putri mereka disahkan secara agama dan k
last updateDernière mise à jour : 2024-03-03
Read More

[306] Anak dan Ibu Sama-Sama Beraksi

“Parkir agak jauhan dari lokasi, Din!” Anya melakukannya supaya kedatangan mereka tak terdeteksi oleh Michellion. Anak itu pasti akan langsung kabur sebelum mereka berhasil menangkapnya. “Disini?” “Kejauhan! Gempor kaki aku ntar..” Kamarudin menipiskan bibirnya. Ngajak guyon istrinya! “Disitu tuh, deket DPC!” “DPC apa, Babe?” “Dibawah pohon cemara, Pak Udin! Masa gitu aja lupa sih.” Duh! Usia memang tidak bisa menipu. Padahal dulu ketika mereka muda, laki-laki itu sering sekali mengusirnya menggunakan singkatan yang malam ini sedikit ia modifikasi. Ia hanya mengganti kata belakang, yang semula ‘rindang,’ menjadi jenis pohon ditempat yang ingin ia tuju. “Oh,” jawab Kamarudin, singkat. Menuruti permintaan sang istri, Kamarudin memakirkan mobilnya tak jauh dari pohon yang Anya sebutkan. Untuk menemukan arena balap liar yang sempat menjadi alasan tertangkapnya si bungsu, mereka harus berjalan setidaknya beberapa meter dari mobil yang mereka parkiran. Keduanya berjalan beriring
last updateDernière mise à jour : 2024-03-08
Read More

[307] Don't Touch Me, Josephin!

Jesika menggeliat ditempat duduknya. Gadis itu merasa tak nyaman sebab tubuhnya perlahan-lahan merasakan rasa panas yang membakar dari dalam. Setelah sedikit berbincang dengan Josephin, anak itu menolak pengusiran yang Jesika lakukan. Josephin bersikeras untuk tetap tinggal, menggunakan tawaran menonton film supaya Jesika luluh dan tidak mengusirnya. Alhasil, keduanya pun menonton film Korea terbaru di kamar Jesika. Sepanjang film tersebut diputar, Jesika tidak merasakan adanya keganjilan. Josephin bersikap baik. Anak itu tak berusaha melakukan skinship berlebihan seperti sebelumnya. Namun mendekati detik ke 25, perasaan tak nyaman mulai muncul. Detik demi detik selanjutnya, hawa dingin yang terpancar dari mesin pendingin ruangan tak lagi bisa Jesika rasakan. “Jo..” “Yes, Love?” Seringaian yang terpatri setelah Josephin menjawab panggilannya pun menyadarkan Jesika— bahwasannya, benar-benar ada sesuatu yang salah, yang telah terjadi disekitarnya. “Kam-Kamu apain aku, Jo?” Dengan
last updateDernière mise à jour : 2024-03-11
Read More

[308] Andweeee!!!

“Langsung pulang ke rumah! Jangan mikir buat kabur ke rumah Opa atau Mama miskinin kamu sampe tujuh turunan! Kita pantau kamu dari belakang!” “Ya-ya-ya!” jawab Michellion, tak sepenuh hati. Anak itu tahu kalau ancaman tersebut hanyalah tong kosong yang tak akan pernah dilakukan oleh sang mama. Mana mungkin mamanya tega memiskinkan dirinya. Ia kan harus menghidupi anak sahabat mamanya ketika mereka dewasa nanti. Gengsi-lah, Bray! Masa anak seorang Anya Calista menjadi beban keluarga lain sih?! Ya malu dong! Opa buyutnya yang terbaring damai di pemakaman elit, bisa-bisa bangkit dari alam baka! Bugh! “yang bener jawabnya!” amuk Anya, lengkap dengan tempelengan tangannya ke kepala si bungsu. “Iya, Mah! Kapan pulangnya sih ini?!” Michellion ingin cepat-cepat meninggalkan tongkrongannya. Semakin lama mereka tinggal, harga dirinya sebagai ketua geng pun anjlok ditangan mamanya sendiri. Melakukan perlawanan pun percuma. Selain membawa alat, kebar-baran mamanya bertambah dua kali lip
last updateDernière mise à jour : 2024-03-14
Read More

[309] See You, Bro!

“Udin, Cintakuuuuu!!”Anya berlari setelah terjun payung dari atas mobilnya. Ia tergopoh-gopoh menghampiri Kamarudin yang berada di bahu jalan. Dibelakangnya, Michellion menyalip langkah kaki Anya.“Pah, Papa nggak apa-apa?!”“Argh! Minggir, kamu! Mama dulu yang tanya!” amuk Anya sembari mendorong tubuh Michellion agar menyingkir.“Sayang, cintaku.” Anya menangkup pipi Kamarudin yang telah melepaskan helmnya. “Kamu nggak kenapa-napa kan? Nggak keserempet kan tadi?” Pikirannya tentang bagaimana nasib sang putri di rumah pun menghilang layaknya buih yang pecah tersapu angin.Kamarudin mengangguk. “I’m okay, Babe..” Kamarudin turut meletakan telapak tangannya pada pipi kanan istrinya.“Nggak terjadi apa-apa. Aku cuman kaget aja. Untungnya respon aku cepet tadi,” ucap Kamarudin agar kekhawatiran Anya terhadapnya bisa berkurang.“Woi! Kalau bawa motor tuh yang bener! Lo kira jalanan punya nenek moyang lo?!”Rupanya tidak hanya Anya dan Michellion yang menghampiri lokasi menepinya Kamarudin
last updateDernière mise à jour : 2024-03-16
Read More

[310] Pastikan Josephin Tetap Bernyawa

Semakin mendekati gerbang kediamannya, Anya semakin merasakan perasaan tak enak dalam hatinya. Entah apa yang terjadi, tapi satu yang pasti, saat ini pikirannya selalu tertuju pada anak pertamanya. ‘Ada apa ya?’ batin Anya, gelisa. Dadanya terasa sesak, seolah sesuatu tengah menghimpit organ pernapasannya. Hal itu membuatnya beberapa kali melakukan remasan dari luar pakaian tidurnya. Dibalik roda kemudi, Kamarudin menekan klakson, meminta seseorang untuk membukakan gerbang rumahnya. Ia menurunkan kaca mobil, lalu melaju pelan, memasuki kediamannya. “Malam, Pak, Bu! Selamat datang di rumah!” Petugas keamanan memberikan hormat, menyambut kedatangan ketiganya. “Makasih, Pak.” Ucap Kamarudin, sebelum kembali menutup kaca mobilnya. Ketika mobil berhenti di pekarangan rumah, wanita yang diliputi kegelisahan itu pun bergegas turun tanpa kata. Ia mengelonyor pergi, meninggalkan anak serta suaminya. Langkah kaki Anya begitu lebar. Ia berjalan secepat yang dirinya bisa untuk sampai di depa
last updateDernière mise à jour : 2024-03-16
Read More
Dernier
1
...
282930313233
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status