“Mama, tuyang beyapa hayi agi?”Anya menghentikan usapannya pada paha kecil Michellion, Wanita itu menahan napasnya dalam, lalu menghembuskannya selembut mungkin.“Hah,” helanya, bersuara.Belum satu jam mereka bersama, Kamasea sudah 10 kali menanyakan kapan sang adik bisa memanggilnya kakak. Tolonglah! Adiknya ini manusia biasa, bukan anak jadi-jadian, yang ketika lahir langsung dapat berbicara.“Sepuluh ribu hari lagi, Sea.”“Yoh! Tot acih cegituw ja? Dak uyang-uyang imana tcih?!”Kamasea tampak tidak terima. Ia sudah tidur semalaman dan mamanya mengatakan jika hitungan harinya tidak berkurang. “Mama ohongin Ceya ya?” Selidik anak itu dengan picingan matanya yang setajam belati.“Gosh!” Anya menipiskan bibirnya. ‘Sabar,’ batinnya, meminta jiwanya untuk lebih bersabar dalam menghadapi si kepala batu.“Kakak Sea Cantik.. Kamu tanya ke Mamanya kapan, hayo?!”“Dah yama ayaknya,” lontar Kamasea tanpa keraguan.Nada suaranya begitu mantap. Anak itu sangat percaya diri hingga membuat maman
Last Updated : 2023-12-28 Read more