All Chapters of Menantu yang Tak Diinginkan: Chapter 31 - Chapter 40

45 Chapters

BAB 31 Datangnya Sang Penyelamat

"A—ampun! to-long!" pekik Marya, kini ia tengah disekap oleh keluarga suaminya sendiri. Wasida, Jeni, Nara, dan juga Lia. Mereka semua bekerja sama untuk menyeret wanita malang itu masuk ke dalam gudang.Perlakuan aniaya mereka sudah bukan main-main lagi, bahkan tak segan Lia menggunakan cutter untuk melukai tangan dan wajah Marya. Mereka semua seperti sudah hilang akal dan tak peduli lagi dengan nyawa Marya."Hmmm ... akan aku rusak perlahan seluruh wajahmu sampai Rey akan jijik melihatmu nanti," ucap Lia dengan seringai."Semenjak wanita ini di rumahku, sudah tak ada lagi kedamaian di rumah ini. Agar tak kembali lagi ke rumah ini, apa kita bunuh saja menantu tak tahu diri ini?" sahut Wasida.Gila! mereka semua sudah gila. Marya sampai berkeringat dingin mendengar semua perkataan yang keluar dari mulut mereka semua. "Ampun! apa salahku, Bu?! aku ndak pernah menganggu ibu dan kalian semua!" ucap Marya, ia mencoba memberontak.Namun, percu
Read more

BAB 32 Mendapat Kepercayaan Tuhan

"Ayo, kemari Rey. Ibu tahu, kamu sangat mencintai kantor dan aset-aset mahal milikmu, dan juga rumah ini." Wasida membentangkan kedua tangannya, ia yakin jika Rey akan lebih memilihnya dibandingkan dengan Marya.Rey ada sosok pekerja keras, perusahaan tempat ia memimpin saat ini adalah warisan peninggalan ayahnya. Jika boleh dikata, Rey sangat mencintai perusahaan itu. Segenap hati ia menjalankan perusahaan yang dulunya hampir di ujung kebangkrutan itu, sampai akhirnya kini telah menjadi perusahaan industri terbesar di kota ini.Kini ia harus memilih, antara perusahaan yang ia banggakan dan cintai itu, atau Marya sang istri tercinta. Sungguh berat pilihannya kali ini, tak ada satu pun yang sanggup ia relakan.Bukan karena Rey takut hidup miskin, tapi perusahaan itu adalah amanat dari ayahnya yang harus ia jaga. Ayahnya hanya percaya pada Rey untuk mengelola perusahaan itu, Rey pun ingin mengemban amanat dari ayahnya sebaik mungkin. Sementara Marya? wanita
Read more

BAB 33 Wasida Mulai Luluh?

"Astagfirullah, cepat kamu temui Ibuk, Mas!" seru Marya ketika mendengar jika ibu mertuanya masuk rumah sakit. Pun juga Rey yang panik, ia segera bersiap untuk pergi menuju rumah sakit.Meski perlakuan Wasida sangat keterlaluan, tapi bagi Rey dan Marya seorang ibu tetaplah seorang ibu untuk anak-anaknya. Mau seburuk-buruknya seorang ibu, tidak akan ada istilah mantan ibu dan mantan anak, kan?"Dek, ayo! kamu juga ikut Mas ke rumah sakit," ucap Rey. Namun tampak Marya menggeleng lemas. Wajahnya kini muram."Kamu saja, Mas. Justru kalo aku ikut, yang ada kondisi Ibuk semakin memburuk," cicit Marya. Marya tahu jika ia nekad untuk menemui ibu mertuanya, pasti hanyalah akan semakin merusak suasana di sana.Mendengar itu, Rey malah kembali duduk di kursinya. "Loh? kenapa Mas Rey malah duduk?! cepat Mas pergi jenguk Ibuk!" protes Marya."Untuk apa? aku tak mau meninggalkan istriku seorang diri di sini," ujar Rey. Lelaki itu melipat tangannya di
Read more

BAB 34 Hanya Drama

Rey masih terdiam, lelaki itu belum menjawab pertanyaan dari Wasida. "Gimana? kamu mau, kan? pulanglah ke rumah, Rey," tanya Wasida lagi, ia benar-benar tidak ingin kehilangan Rey.Jujur saja, yang dapat memajukan perusahaan keluarga Prawijaya dengan baik itu hanyalah Rey seorang. Kakak kedua Rey yang bernama Zain dulu pernah memegang perusahaan itu, namun justru malah membuat perusahaan berada di ujung tanduk kebangkrutan."Rey ...." lirih Wasida, ia memegang telapak tangan putra bungsunya itu dengan penuh kasih. Rey sebenarnya kasihan dan merasa iba pada wanita yang telah mengandung dan membesarkannya ini, tapi ...."Maaf, Buk. Aku tidak akan kembali lagi ke rumah." Akhirnya Rey membuka suara, namun ucapannya bagai petir untuk Wasida. "Ke—kenapa?!" tanya Wasida dengan nada tinggi, kini ia seperti tengah protes dengan jawaban sang putra.Rey tersenyum. 'Karena aku sudah tahu rencana busuk kamu, ibu.' Rey menjawab Wasida, namun di dalam
Read more

BAB 35 Sulitnya Mencari Kerja

Beberapa hari ini, Rey berjuang mencari kerja ke beberapa perusahaan yang sesuai dengan kemampuan yang ia punya. Anehnya, Rey selalu mendapatkan penolakan.Padahal ia mengajukan lamaran kerja di perusahaan-perusahaan yang sudah mengenal siapa dirinya dan bagaimana kemampuannya. "Assalamualaikum.""Wa'alaikumussalam." Marya menyambut kepulangan sang suami dengan segelas teh hangat di tangannya. Nampak jelas raut wajah lelah dan lesu dari Rey, membuat Marya pun bertanya-tanya."Kenapa, Mas? kok lesu gitu mukanya?" Marya duduk di samping sang suami dan memijat lengan Rey dengan telaten."Mas ketolak lagi," keluh Rey, ia menyenderkan kepalanya di bahu Marya. Bersandar dengan orang yang kita cintai di saat sedang terpuruk memanglah menenangkan."Ndak papa, Mas. Belum rezekinya berarti," ucap Marya memberi pengertian kepada Rey, ia mengelus pundak Rey. "Yang terpenting jangan sampai nyerah berusaha," imbuh Marya lagi."Tapi sepertinya ada yang aneh, Dek." "Aneh? aneh gimana?" Marya menamp
Read more

BAB 36 Memulai Dari Nol

"Bukan masalah seberapa besar bayarannya.""Lalu?!""Sihir tidak akan mempengaruhi jiwa manusia yang taat kepada Tuhannya, sayangnya kali ini musuhmu adalah seorang hamba yang taat kepada sang penciptanya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa jika sudah seperti ini," jelas Mbah Jayeng kepada Lia."Enggak! Ga mungkin! Pasti ada caranya untuk menghancurkan hubungan mereka!" pekik Lia dengan frustasi.Harapan dan impiannya seakan hancur ketika mendengar penjelasan Mbah Jayeng, padahal ia sudah mendambakan kebahagiaan bersama Rey ketika ia berhasil menyingkirkan Marya. Padahal ia sudah menantikan momen membahagiakan itu sejak lama. Memiliki jiwa dan raga Rey adalah keinginan terbesar dalam hidup Lia.****"Buka usaha?""Iya, Mas. Jika kamu ndak bisa mendapatkan pekerjaan di luar sana, kenapa ndak membuka peluang sendiri?""Tapi pasti butuh modal yang banyak, Dek. Sementara tabungan kita harus kita simpan sampai setidaknya kamu melahirkan nanti."Marya tersenyum simpul. "Yakin sama Allah, pasti
Read more

BAB 37 Alasan Tak Kembali

"Pak! Buk! Sini-sini, nasi uduk sama gorengan ini enak loh rasanya." Pak Akmal melambaikan tangannya, sontak saja orang-orang yang berada di sekitar tempat jualan Rey dan Marya langsung berdatangan karena penasaran."Kebetulan saya juga belum sarapan, nasi uduknya satu, ya." "Siap, Buk. Tunggu sebentar, ya."Hari pertama Marya berjualan benar-benar di luar ekspektasi, Marya pikir tidak akan seramai ini. Ternyata tempat ia berjualan memang begitu strategis, ditambah rasa makanan yang ia buat juga mendukung."Mas, tolong jualin gorengannya, ya." "I—iya, ini 5 ribu dapet berapa, Dek?" "Dapet 8 Mas." Marya dengan cekatan membuat pesanan demi pesanan, dari mulai nasi uduk dan lontong sayur. Sedangkan Rey yang bertugas untuk mengurusi pesanan gorengan tengah keteteran."Mas, jangan tahu semua dong isinya, dicampur," protes seorang ibu-ibu yang melihat Rey sedang memasukan gorengan ke dalam plastik, tapi yang Rey ambil sedari tadi hanya satu macam saja."Eh? maaf-maaf Mbak." Rey kembali me
Read more

BAB 38 Fitnah

"Kita harus buat Rey kembali lagi ke rumah ini, Ibu butuh dia untuk menjalankan perusahaan keluarga," ucap Wasida."Iya, tapi bagaimana caranya? Dia saja kudengar cukup sukses dengan usahanya bersama si wanita sialan itu, mana mau dia pulang ke rumah ini?" "Kita buat saja usahanya hancur, Mbak, Buk. Dengan begitu, Rey pasti akan menyerah dan datang kepada kalian," usul Lia memberikan sebuah ide."Hancur? Bagaimana caranya, Li? Apa kamu tahu?" Wasida masih bingung dengan usulan yang diberikan oleh Lia, bagaimana caranya membuat usaha Rey hancur? Sementara ia sendiri tidak bisa lagi membuat Rey percaya dengannya."Buat bisnis mereka bangkrut, apa pun caranya. Misalnya suruh orang fitnah usaha mereka, dan buat nama bisnis mereka jelek. Dengan begitu, semua orang pasti tidak mau lagi belanja di sana," jelas Lia."Nah! Itu sepertinya cara yang paling mudah, kita bisa bayar orang untuk melakukan hal itu," sahut Jeni, ia sangat setuju dengan us
Read more

BAB 39 Buktinya?

"Ada apa ini ribut-ribut?!" tanya Rey dengan panik, pasalnya ia baru datang dari rumahnya bersama Andi untuk mengambil persediaan bahan-bahan. Tapi betapa terkejutnya mereka berdua ketika melihat ruko milik mereka telah dikerumuni oleh banyak massa."Marya! Ada apa?!" Rey lebih panik lagi ketika mendapati istrinya yang sudah menangis pilu di antara kerumunan itu."Ini loh, Mas. Ibu-ibu itu tiba-tiba datang, trus nuduh kalo gara-gara gorengan dan nasi uduk buatan kita itu mengandung racun atau apalah itu," jelas Ani."Racun? Racun apa?" tanya Rey dengan heran, ia sudah berjualan selama beberapa bulan, dan tidak pernah mendapati protes seperti itu dari para konsumennya."Halah, kalian semua itu jago sekali aktingnya. Liat nih, gara-gara makanan yang kalian jual itu, anak saya sampai masuk rumah sakit!""Bentar-bentar! Ibu-ibu ini memangnya punya bukti kalau semua itu karena makan makanan yang kami jual? Kalau tidak, kalian bisa saya tuntut atas hal pencemaran nama baik!" ucap Rey dengan
Read more

BAB 40 Tidak Perlu Takut

"Assalamualaikum.""Wa'alaikumussalam," sahut Rey dari dalam rumah, ia membuka pintu depan dengan terburu-buru."Kamu ternyata, Ndi. Sama Ani juga? Ayo masuk," ujar Rey, ia mempersilakan kedua orang itu untuk masuk ke dalam. Marya pun keluar dari kamarnya untuk menyambut Ani dan Andi."Iya, Pak. Ini sebenarnya cuma mau ngasih kunci ruko ke Pak Rey." Andi mengulurkan tangannya dan memberikan sebuah kunci kepada Rey. "Oh, iya. Terima kasih kalian sudah mau menutup rukonya," ucap Rey.Kini Marya datang dengan sebuah nampan yang terdapat dua gelas teh hangat di atasnya. "Minum tehnya dulu, ya.""Iya, makasih Mar. Kamu ndak kenapa-napa toh? Aku takut kamu kepikiran sama kejadian tadi," ucap Ani.Andi pun menyenggol bahu Ani. "Justru karena Mbak ungkit jadi inget, Mbak!" lirih Andi."Oh, iya juga, ya." Ani meringis ketika mendapati teguran dari Andi.Marya tersenyum simpul menanggapi hal itu. "Gapapa, An. Cuma heran aja, kok bisa ada yang fitnah sampai seperti itu," sahut Marya."Ada yang
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status