Pagi itu terasa lebih sunyi dibanding biasanya. Di meja makan, hanya terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring. Tidak ada percakapan hangat, tidak ada tawa seperti dulu. Hanan duduk di ujung meja, wajahnya tegang, tampak banyak pikiran. Rumi, yang duduk di sebelah kanan, sesekali melirik ke arah Hanan, tetapi langsung menunduk ketika pandangan mereka bertemu. Sementara itu, Aida, dengan tatapan kosong, memandangi sarapannya yang hampir tak tersentuh.Aida meneguk air putihnya perlahan. Dia memaksakan diri untuk tetap terlihat tenang, meski hatinya bergolak. Matanya mencuri pandang ke arah Hanan yang menyendok makanan, lalu ke Rumi yang tampak gelisah. Perasaan tidak nyaman menyusup di dadanya.“Aida, kamu tahu ini akan terjadi,” batinnya mencoba menghibur diri. “Dia adalah bagian dari pernikahan ini. Kamu tidak berhak cemburu.”Namun, keyakinan itu tidak cukup untuk meredam rasa sakit di hatinya. Tatapan Hanan kepada Rumi—entah mengapa—terasa berbeda pagi ini. Lebih dalam,
Last Updated : 2024-12-06 Read more