Home / Romansa / Istri Manja Dosen Posesif / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Manja Dosen Posesif: Chapter 81 - Chapter 90

142 Chapters

Ayo Pulang, Sayang

"Tempat ini sangat dingin, aku tidak percaya Frisca betah tinggal di sini." Daniel memperhatikan sekita rumah dan yang jauh lebih ia perhatikan adalah tentang alam sekitar. Tempat itu jauh dari rumah ke rumah di bawah sana. Berada di pegunungan yang tinggi. Setahunya kalau Frisca sangat-sangat rentan dengan udara dingin tapi ini ia malah berada di sebuah pegunungan dan tidak dipercayai kalau dia tinggal sampai satu bulan."Bagus kan, tepatnya," ujar gadis itu tersenyum menatap Daniel. Kali ini Daniel hanya mengangguk. Beralih ia menatap wajah cantik Frisca yang nampak berbinar-binar. "Apa kau selama ini tidak merindukanku?" tanya Daniel mengusap pucuk kepala istrinya. Gadis itu tertunduk, bibirnya melengkung senyum. "Tentu saja rindu. Bagaimana mungkin aku tidak rindu," jawabnya tersenyum kecil. "Dan aku orang yang jauh lebih hancur saat kau tinggal pergi, Sayang." "Huh?" Frisca sontak menoleh. Apa yang ia lihat kini, wajah Daniel yang begitu sedih dan kecewa. Kesedihan selam
Read more

Tiada Alasan Untuk Tidak Mencintaimu

Satu bulan Frisca tidak melihat kondisi rumahnya. Dan begitu ia pulang saat ini, semuanya terasa berubah. Mulai dari beberapa kursi yang dipindahkan, sampai beberapa barang-barang kesukaan Frisca ada di mana-mana, termasuk di sofa ruang keluarga. Gadis itu meraih boneka Unicorn miliknya di sofa dan memeluknya dengan erat. Ia tahu kalau Daniel tidak akan pernah menerim tamu siapapun di rumahnya kecuali Dante dan orang-orang kepercayaannya di kantornya. "Kenapa barang-barangku ada di mana-mana?" tanya Frisca menoleh ke belakang menatap suaminya yang sibuk membawa barang-barang Frisca masuk ke dalam rumah. "Aku tidak punya sesuatu yang membuatku merasakan kehadiranmu di sampingku, selain barang-barang yang sering kau peluk. Kau tidak akan bisa digantikan oleh apapun," jawab Daniel tersenyum tipis. Frisca meremas boneka Unicorn yang ia peluk dan menatao Daniel dengan tatapan yang hangat. Begitunya Daniel menyayangi Frisca. Rasa egois yang selalu membuat Frisca merasa serba salah meng
Read more

Ancamannya Terus Pergi

"Sayang, kau tidak ingin menemui Mama dan Papa? Mereka mencemaskanmu, Frisca," ujar Daniel menatap sang istri. Frisca nampak terdiam menundukkan kepalanya dan menggeleng. "Nggak. Nanti Mama sama Papa pasti marah," jawabnya cemberut. Laki-laki itu tersenyum tipis. "Mana ada, kalau mereka marah tentu saja aku akan membelamu, Sayang." Gadis itu tersenyum tipis dan ia tetap menggeleng-gelengkan kepalanya menolak. "Nggak usah, lebih baik Frisca tidur saja sekarang." Frisca mengambil bantal bulu miliknya dan ia dengan asyik berbaring di atas ranjang seraya menatap langit-langit kamar. Ekor matanya bergerak melirik sang suami yang duduk di sofa, hal itu membuatnya bertanya-tanya apakah laki-laki ini tidak sibuk?"Kak Daniel hari ini libur, ya?" tanya Frisca. Daniel mengerutkan keningnya dan mengangguk ragu. "Heem, kenapa?" "Tumben, biasanya sangat sibuk.""Aku kerja terus, istriku marah-marah dan ngambek, jadinya aku milih libur saja," jawab Daniel melirik sang istri. Frisca tersen
Read more

Broke Me First

"Akhirnya ingat rumah juga istrimu, Niel!" Seruan itu terdengar dari bibir Silvia saat tanpa sengaja ia datang ke rumah Daniel. Wanita itu memperhatikan menantunya yang tengah duduk di samping sang putra. "Mama, apa-apaan sih Ma? Jangan ngomong begitu ke Istriku," ujar Daniel pada sang Mama."Kenapa? Memang gitu adanya kan, kalau istrimu ini tidak terlalu peduli padamu, menyedihkan sekali, Niel," sahut wanita yang tengah duduk di sofa memangku Miko. Frisca yang duduk bersama Daniel di sofa, gadis itu diam menundukkan kepalanya saja.Ia sangat tertusuk dengan kata-kata yang keluar dari bibir Mama mertuanya ini, sekalipun Frisca sadar kalau ia memang salah. "Jangan sedih, Mama hanya bercanda," bisik lirih Daniel tanpa suara ia mengusap punggung Frisca. "Aku pergi pasti juga ada alasannya. Tidak mungkin aku tidak apapun tiba-tiba pergi, aku kan bukan anak kecil." Frisca tersenyum tipis. "Ya, tapi kau melupakan tugasmu sebagai seorang istri, kau tahu! Apa yang ada di dalam pikiranm
Read more

Terbentuk Menjadi Wanita yang Kuat

"Mamanya Kak Daniel marah-marah pada aku semalam Kak, dia nyalahin aku, tapi tidak apa-apa." Dante tersenyum manis menatap sang adik, ia harus memahami bagaimana tindakan dan juga apa yang akan dilakukan oleh Frisca ke depannya. Selama satu bulan penuh Frisca tinggal bersama dirinya, Dante tidak pernah luput satu hari pun berhenti untuk menasehati adiknya. "Terus? Mau menyerah begitu saja mendengar ocehan Mama mertuamu yang tidak penting?" tanya Dante. Gadis itu terkekeh menjalankan kepalanya pelan. "Tentu saja tidak, kalau Frisca menyerah, sama saja Frisca membodohi diri sendiri." "Hemm... Tumben banget adik kakak ini pinter," seru Dante mengusak gemas pucuk kepala Frisca. Gadis itu mengerucutkan bibirnya dan menepis tangan Dante dengan pelan. Sejak pagi tadi Dante menemaninya, karena Daniel hari ini bertugas seharian penuh akan pergi ke luar kota. Sebagai orang yang dipercayai nomor satu oleh Daniel, dan juga Dante yang sangat sayang pada adiknya, tidak mungkin ia mengabaika
Read more

Rumah yang Nyaman

Kedatangan Frisca ke rumahnya hari ini bisa dikatakan untuk kali pertama setelah ia pergi. Dante dengan membawa Frisca pulang ke rumah karena Mama merindukannya, dan Dante kugamemianta Mamanya untuk tidak marah-marah pada Frisca. "Ayo masuk, Mama sudah nunggu kamu di dalem," ajak Daniel menarik lengan Frisca. Gadis itu terlihat ragu, nyaris ia tidak mempercayai Kakaknya, namun akhirnya Dante kembali menarik lengannya dan diajaknya masuk Frisca ke dalam rumah. "Kak, nanti kalau mama marah padaku bagaimana? Apalagi kalau Daniel marah padaku bagaimana?" tanya Frisca dengan ekspresi takut."Sudah... Tidak akan ada yang berani marah padamu kalau Kakak di rumah, Frisca." Kembali Dante mengajak adiknya masuk ke dalam rumah dan tentu saja di sana langsung disambut oleh sang Mama yang terkejut melihat kedatangan Frisca. Wanita itu sudah satu bulan lebih tidak melihat putrinya dan ini ia segera meninggalkan ruang makan saat melihat putri bungsunya di bawa pulang oleh putra sulungnya. "Ya
Read more

Hadiah untuk Istriku Tersayang

Demi kenyamanan sang istri, Daniel benar-benar membelikan sebuah apartemen mewah untuk Frisca. Laki-laki itu tidak mau ada satu orang pun yang menganggu istrinya. Terlebih lagi Mamanya yang sangat sensitif sejak Frisca meninggalkan Daniel. Mereka kini berdua berada di depan apartemen baru yang Daniel baru saja belikan untuk Frisca. "Kita bisa tinggal di sini, dan bisa juga tinggal di rumah," ujar Daniel seraya membuka pintu apartemen dengan lebar. Senyuman Frisca langsung mengembang, ia melangkah masuk dan menatap tempat yang didominasi cat berwarna putih salju dan beberapa barang-barang yang baru. "Suka?" tanya Daniel memeluknya. "Suka banget. Frisca yakin kalau Frisca akan beta tinggal di tempat ini," ujar gadis itu berjalan ke arah dinding kaca dan membuka gorden dan berwarna hitam di sana. Daniel hanya menatapnya saja, ia tersenyum senang melihat istrinya yang begitu lega. "Pemandangan kota juga bagus dari sini, Kak Daniel," ujar Frisca menunjuk ke arah luar. "Heem, kalau
Read more

Sayang Aku, atau Anak Kita Nanti?

Malam hari di apartemen ternyata sangat nyaman. Frisca merasa sangat betah di apartemen dari pada di rumahnya. Bahkan suaminya juga setia menemaninya di sana. Daniel baru saja pergi keluar membelikan makan untuknya. Laki-laki itu juga tidak menyentuh laptopnya sama sekali. "Buka Daniel, besok pagi kita jalan-jalan di sekitar sana ya," ajak Frisca pada suaminya seraya menunjuk trotoar jalanan di tepian taman. "Iya sayang, tapi jangan terlalu lama. Aku takut terjadi sesuatu padamu," jawab Daniel. "Heem," jawab Frisca. Gadis itu duduk meluruskan kedua kakinya dan bersandar pada punggung sofa. Frisca dia memperhatikan kedua kakinya dengan bibir yang tiba-tiba cemberut. Daniel memiringkan kepalanya menatap sang istri dan juga memperhatikan mimik wajahnya yang berubah. "Kenapa?" tanya laki-laki itu. "Kakiku nyeri sekali, sedikit bengkak," ujar Frisca menunjuk kaki kirinya. "Coba aku lihat." Daniel langsung duduk di sampingnya dan ia meraih kedua kaki Frisca untuk ia tempatkan di at
Read more

Masa Lalunya yang Belum Usai

Untuk kali pertama Frisca mengetahui keindahan negara Spanyol. Biasanya ia hanya lihat keindahan negara itu dari media sosialnya saja. Tapi hari ini kakinya benar-benar menapak di tanah Spanyol yang sudah lama ia impi-impikan. "Ternyata Spanyol seindah ini, tidak ada bedanya dengan di rumah," kekeh Frisca. Daniel menoleh dan tersenyum. "Tentu saja berbeda, di sini menyuguhkan pemandangan yang sangat indah." "Tapi kalau Kak Daniel ke sini hanya untuk urusan bisnis dan tidak mengajakku jalan-jalan sama saja pemandangan di sini tidak menarik untukku." Daniel terkekeh. Ia masuk ke dalam kamar hotelnya dan membawa tas milik Frisca yang berisi beberapa stelan pakaian. Sedangkan gadis itu berdiri di depan jendela menatap ke arah luar dengan pemandangan yang sangat indah di sana. "Cepatlah mandi, setelah ini kita mencari makan di luar," ajak Daniel. "Huum, kita jalan-jalan ke sekitar sana ya, Kak!" pinta Frisca menunjuk ke arah luar. "Iya Sayang, cepatlah bergegas." "Okay Boss!" Fr
Read more

Istriku yang Paling Pengertian

Hari sudah sore, Frisca baru saja kembali dari jalan-jalan bersama Dante. Bersama sang Kakak, Frisca bisa bebas ke mana saja. Kadang Frisca berharap kalau suaminya bisa belajar dari Dante. Selama mereka menjadi sahabat, ternyata tidak ada kemiripan sama sekali seiring berjalannya waktu. "Baru pulang? Jalan-jalan ke mana saja, Sayang?" tanya Daniel menatap wajah cantik istrinya. Frisca hanya sekejap saja melirik Daniel sebelum ia tersenyum tipis. "Pokoknya keliling di sekitar sinian saja. Kak Dante juga tidak mengeluh kok, aku mau ke manapun," jawab Frisca melepaskan kardigannya. "Kak Dante juga tidak banyak menolak, dia tetap menjadi laki-laki terbaik buat aku." Mendengar apa yang barusan dikatakan oleh istrinya, Daniel merasa tidak enak hati, terlebih ia tidak bisa menemani Frisca dengan bebas. "Kalau begitu besok adalah giliranku mengajakmu jalan-jalan." Daniel berucap dengan santai, seraya duduk di sofa memperhatikan istrinya yang membuka kotak kue yang baru saja dia beli. F
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status