Semua Bab Istri Manja Dosen Posesif: Bab 61 - Bab 70

142 Bab

Istri Terhebat untuk Daniel

"Kau ke mana saja Niel, kenapa jarang muncul beberapa hari ini?!" Pertanyaan itu keluar dari bibir Sarah saat ia melihat Daniel pertama kali datang ke kampus untuk satu minggu ini. "Ada urusan penting, dan cukup privasi hingga membuat semua orang tidak tahu," jawab laki-laki itu dengan menyebalkan.Sarah mendengkus pelan dan wanita itu menatap Daniel dengan tatapan tidak suka. Berarti lagi semenjak Daniel menikah dengan Frisca, teman laki-lakinya itu menjadi sangat dingin dan sering mengabaikannya. Sekedar membahas pesannya pun kadang menunggu berhari-hari, bahkan kadang juga tidak sama sekali. "Ke mana gadismu itu? Beberapa hari ini aku tidak pernah melihatnya?" tanya Sarah. "Siapa yang kau maksud?" tanya Daniel balik. "Siapa lagi kalau bukan Frisca, sebenarnya terjadi hal-hal yang tidak baik padanya ya? Sampai dia tidak datang ke kampus." Daniel hanya diam, laki-laki itu meraih mantel hitam miliknya dan berjalan menuju ke arah pintu sebelum langkahnya dicegat oleh Sarah.Wani
Baca selengkapnya

Siapa Wanita Selain Aku!

Usai makan malam, Daniel langsung mengurung dirinya di dalam ruangan kerja. Sedangkan ia meminta pada istrinya untuk istirahat di dalam kamar dan tidak boleh ke mana. Jenuh sekali Frisca dengan permintaan Daniel saat ini. Sikap posesif yang tidak pernah berubah dan berkurang, banyak aturan-aturan baru yang ia berikan pada sang istri. "Kalau dia enak di dalam ruangan kerja, ada yang dia kerjakan dan bisa fokus. Kalau aku di dalam kamar seperti ini harusnya apa?" Frisca melempar boneka Unicorn miripnya ke lantai. "Kenapa sifat posesifnya tidak pernah bisa hilang, tentu saja aku menginginkan dia yang perhatian tapi bukan berarti seperti ini," keluh Frisca menggelengkan kepalanya pelan. Frisca berjalan mendekati pintu, ia perlahan-lahan mengeluarkan tangannya dan memutar knop pintu. Kedua matanya terpejam berharap pintu itu terbuka tanpa suara. Usahanya berhasil, pintu terbuka dan tidak menimbulkan suara sedikitpun. Gadis itu melangkah keluar dari dalam kamar dan menuruni anak tangga
Baca selengkapnya

Semua Laki-laki Sama Menyebalkan!

"Sementara aku titipkan Frisca padamu dulu, aku tidak tahu dia kenapa." Daniel menundukkan kepalanya. Geram alasan yang Daniel katakan, Dante langsung menarik krah kemeja yang adik iparnya itu pakai dengan kuat dan matanya menghujam marah. Dante bukan dirinya lagi saat sedang marah dalam keadaan seperti ini. "Adikku tidak akan marah kalau kau tidak melakukan hal aneh-aneh, sialan!" umpat Date pada Daniel. "Tapi aku tidak melakukan apapun! Semalam dia marah tidak jelas padaku, tiba-tiba dia mengunci pintu dan menangis! Dia...." "Harusnya sebagai laki-laki kau harus pintar mencari di mana salahmu, bukannya malah menyalahkan adikku." Dante menyentak kasar krah kemeja yang Daniel pakai dan napasnya naik turun. Sebagai seorang Kakak ia akan marah kalau adiknya menangis meminta padanya untuk menjemputnya. Setibanya Dante di rumah Daniel, ia mendengar Daniel membentak Frisca. Dante tersenyum menyeringai dan ia mengusap wajahnya frustrasi. "Asal kau tahu Niel, aku lebih mengenal Fris
Baca selengkapnya

Laki-laki Selalu Salah, Wanita Selalu Benar

"Daniel, kenapa terburu-buru? Frisca mana?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Tarisa, wanita itu malah menanyakan di mana Frisca saat ini berada, padahal Daniel datang untuk menjemputnya."Loh, memangnya Frisca tidak di sini, Ma?" tanya Daniel melebarkan kedua matanya. "Tidak, makanya Mama bertanya, kenapa kamu ke sini sendirian?" tanya wanita itu menatap di samping Daniel dan masih mencari-cari. "Kemarin siang Dante yang menjemput Frisca, Ma. Aku pikir dia mengantarkan Frisca ke sini," jelas Daniel semakin pusing. Tarisa menggelengkan kepalanya dan wanita itu terlihat sangat cemas. Hingga dari belakang kiri nampak Johan yang muncul dan laki-laki itu mendekati Daniel bersama istrinya. Wajah panik dua orang di depannya membuat Johan bertanya-tanya, terlebih lagi kalau Daniel, menantunya itu sudah cemas pasti ada hubungannya dengan Frisca. "Ada apa ini? Kenapa kalian terlihat sangat cemas?" tanya Johan menatap mereka berdua bergantian. "Frisca Pa! Dia dibawa entah ke mana sama
Baca selengkapnya

Kemarahan pun Pudar

Frisca diam bersama dengan Camelia di dalam kamar sang Kakak. Gadis itu kesal hanya dengan melihat wajah suaminya yang tiba-tiba saja muncul menjemputnya pulang. Camelia berjuang mati-matian membujuk rayu Frisca untuk tidak lagi sedih dan berpikiran yang aneh-aneh setelah tahu adik iparnya kini tengah hamil muda. "Frisca, jangan sedih-sedih terus. Jangan mikirin hal yang aneh-aneh ya," bujuk Camelia mengusap punggung Frisca dengan lembut. "Frisca nggak suka kalau Kal Dante kasar sama Kakak. Mau sampai kapan sih Kak, kita ini para perempuan disakiti terus?" Frisca memeluk Camelia dengan erat. Usapan Camelia pun terhenti, mungkin ia juga sadar dan menyadari dengan apa yang Frisc katakan saat ini. "Tapi Kakak sudah terbiasa dan hafal dengan sikap dan sifat Kakakmu, jangan khawatir," bisik Camelia membujuk Frisca lagi dan lagi. Frisca enggan mendengarkan Camelia, ia masih sedih dan menggeleng-gelengkan kepalanya terus. Hingha tiba-tiba saja pintu kamar Dante terbuka. Di sana nampa
Baca selengkapnya

Kalian Pikir, Aku ini Masih Anak-anak?!

Frisca tidak mau dilarang-larang lagi tentang apapun yang dia inginkan, sedangkan Daniel selalu merasa cemas tiap kali Frisca melakukan banyak hal. Bahkan kali ini ia harus berpura-pura bekerja dan fokus pada laptopnya meskip Daniel yang duduk di sofa hanya diam memperhatikan istrinya yang sedang memasak di dapur. "Setelah memasak itu, jangan melakukan apapun!" seru Daniel bersuara. Frisca menoleh, ia menatap suaminya dan menggeleng. "Memangnya kenapa? Kuenya belum selesai. Bibi janji mau mengajarin Frisca, tapi..." "Kalau aku bilang sudah ya sudah, Sayang. Jangan membantah!" tegas Daniel lagi. Frisca mencebikkan bibirnya, semakin hari suaminya memang sangat menyebalkan dan semaunya sendiri. Gadis itu menyudahinya seketika, ia sendiri sadar kalau Daniel juga tidak sepenuhnya bekerja. Laki-laki itu hanya sibuk mengawasinya saja. "Kak Daniel... Kak Daniel sejak tadi ngerjain apa?!" sinis Frisca menyipitkan kedua matanya memperhatikan suaminya. "Ya kerja seperti biasa. Kenapa? J
Baca selengkapnya

Mengatur atau Diatur!

"Ibu hamil nggak boleh banyak tingkah!"Seruan itu meluncur dari bibir Dante. Laki-laki itu pagi ini sudah menjaga Frisca di apartemennya, di sana juga ada Daniel yang heboh pagi-pagi datang ke tempat Dante. Sedangkan Frisca yang kesal setengah mati dengan suaminya, ia pun hanya pasrah dan diam-diam saja menyangkut ini semua yang Daniel inginkan. "Harusnya kalau kalian ini ingin bertemu, bisa nggak sih tinggal ketemu saja jangan ajak-ajak Frisca, Kak Daniel nih!" pekik Frisca menatap kesal pada suaminya. "Sudahlah sayang, diam saja duduk di sana. Pekerjaanku biar cepet selesai," ujar Daniel masih menunjukkan senyuman hangat pada Frisca, istrinya yang paling rewel namun tetap ia sayangi. "Iya, iya!" Frisca cemberut mendengar apa yang Daniel katakan. Gadis itu turun dari atas sofa, tatapan Daniel tidak lepas dari semua gerak dan gerik Frisca. Bahkan saat gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke dapur pun Daniel tetap menatapnya hingga mengabaikan Dante yang mengoceh menjelaskan ba
Baca selengkapnya

Satu Hari Terus Bersamamu

Seperti biasa, setiap pagi Frisca selalu saja kesulitan menyingkirkan lengan kekar suaminya yang melilit perutnya dengan sangat erat. Laki-laki itu menyembunyikan wajah tampannya di ceruk leher Frisca dengan lekat. "Masih pagi, Sayang. Tidur saja dan jangan ke mana-mana sampai aku bangun," bisik Daniel kian erat memeluknya. "Bisa nggak jangan kencang-kencang meluknya. Ini adik di dalam pasti tertekan!" pekik Frisca melirik suaminya. Seketika pelukan Daniel pun merenggang, laki-laki itu melepaskan rengkuhannya dan mengusap wajahnya sesekali ia menguap lebar. Sedangkan Frisca duduk di sampingnya seraya merapikan rambut panjangnya. "Hari ini saatnya ke dokter, jangan lupa. Setiap bulan harus terus dipantau supaya tahu kondisi kesehatanmu, Sayang," ujar Daniel mengusap pinggang Frisca dan beralih menyembunyikan wajahnya di perut rata sang istri. "Tapi aku kan tidak sakit, Niel. Tidak perlu," ujar Frisca menggelengkan kepalanya. "Patuh denganku. Aku ini suamimu, jangan bandel!" ser
Baca selengkapnya

Surat dari Wanita Tujuh Tahun Lalu

"Waahh... Ternyata kantor Kak Daniel benar-benar besar. Mirip seperti punya Papa, tapi ini lebih bagus!" Frisca berdecak kagum melihat perusahaan milik Daniel. Padahal dulunya sering sekali Frisca datang ke tempat ini saat mengantarkan berkas milik Dante yang tertinggal, tapi siapa sangka kalau tempat ini adalah milik Daniel. Sementara Frisca kini berjalan tertinggal di belakang Daniel. Laki-laki itu tengah berbincang dengan salah satu orang-orangnya di dalam sana, Frisca masih berdiri di ambang pintu. Menatap banyak perubahan tentang kantor megah milik Daniel. "Emm... Maaf Pak Daniel, kalau boleh tahu dia kan Adiknya Pak Dante, bukan?" tanya salah satu karyawan Daniel menunjuk ke arah Frisca. Seketika Daniel membalikkan badannya menatap Frisca yang kini terlihat menatap seisi kantor itu. Daniel mengangguk pelan. "dia istriku." "Hah?!" pekik beberapa orang di sana yang sangat terkejut dengan pengakuan Daniel barusan. "I... Istri?!" pekik semua orang melebarkan kedua matanya. "
Baca selengkapnya

Cobalah untuk Saling Jujur dan Terbuka

"Kalau kau sedang bersama Kakak, jangan galau-galau! Nanti yang ada Camelia menghajarku kalau dia tahu aku membuat galau!" Dante mengomeli Frisca seraya menata makanan di hadapan adiknya yang tengah sangat-sangat badmood. Gadis itu menatap makanan di hadapannya dengan tatapan tak selera. "Frisca sedih," ucap gadis itu murung. "Sedih terus. Kapan senengnya? Dengar Sayang, Kakak sekarang sudah menikah. Apapun yang kau rasakan pasti Kakak rasakan juga, hanya saja pernikahan Kakak tidak sebahagia pernikahanmu dengan Daniel. Kau tahu itu!" Frisca mengerutkan keningnya dan ia mulai mengambil sumpit di atas mangkuk ramen yang Dante belikan untuknya. Ia menatap Kakaknya dengan wajah lekat, Frisca sama sekali tidak paham dengan yang Dante maksud saat ini, tidak bahagia dengan pernikahannya dan merasa sangat sedih. "Maksud Kakak apa?" Polosnya Frisca bertanya. Dante tersenyum tipis. "Coba kau pikir, Kakak menikah dengan Camelia tanpa sepengetahuan siapapun. Kakak hanya memenuhi tanggung
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status