Home / Romansa / Istri Manja Dosen Posesif / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Istri Manja Dosen Posesif: Chapter 71 - Chapter 80

142 Chapters

Jangan Marah, Sayang

"Dia masih tidak mau terbuka denganku," lirih Frisca duduk sendirian di ruang makan. Sesekali ia melirik suaminya yang sedang sibuk di ruangan kerjanya. Frisca sangat sedih menatap Daniel yang begitu tertutup. Rasa menyesal kembali menyeruak dalam hatinya. Frisca menutup kedua matanya dan menyembuhkan wajahnya di atas lipatan tangannya. "Kenapa tadi aku harus ikut ke kantor? Andai aku ke tempat Mama atau pulang sekalianpun, mungkin aku tidak akan merasakan perasaan ini. Menyebalkan!" umpat Frisca kesal dengan sendirinya. Helaan napas terdengar dari bibir Frisca, ia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke kamarnya di lantai dua. Gadis itu melirik suaminya yang tidak menatapnya sedikitpun. 'Ayolah Frisca, cobalah untuk lebih dewasa dan lebih peka lagi.' Frisca meninggalkan tempat itu dan berjalan naik ke lantai dua. Sepeninggalnya, Daniel ternyata menatapnya dan laki-laki itu menunjukkan rasa bersalahnya. Dia dalam kamarnya, Frisca mencoba menghubungi Dante. Di setiap rasa
Read more

Sikap Kekanakan Frisca dan Daniel Suami Posesif

Frisca menggembung pipinya dan berdiri bosan di depan pintu apartemen milik Dante. Sudah dua jam lamanya ia diam di sana dan menunggu sang Kakak yang belum kunjung pulang. Sebelumnya Frisca sudah membuat janji dengan Dante, bahkan ia sembunyi-sembunyi dari Daniel. "Mana Kakak, lama sekali? Padahal hanya di bandara saja," ucap Frisca berulang kali ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Frisca kembali lagi duduk dan menyandarkan kepalanya. Ia mengambil satu bungkus permen dan memakannya untuk membuang rasa bosan. "Menunggu siapa?" tanya seorang laki-laki berjalan mendekati Frisca. Seketika Frisca berdiri menatap aneh pada orang asing tersebut. "Eum... Menunggu pemilik apartemen ini, Kakakku," jawab Frisca dengan sedikit was-was. Laki-laki itu mendekatinya dan kian dekat, ia juga menoleh ke kanan dan ke kiri melihat situasi yang sepi. "Ka-kau sendiri siapa?" Frisca gugup menatap laki-laki itu. "Ayo mampir ke apartemenku, setelah itu kita kenalan," aj
Read more

Pertama Bertemu Setelah Tujuh Tahun Lamanya

"Maafkan Mama ya Frisca, Mama baru bisa menjengukmu sekarang, kapan hari itu Mama sangat sibuk dan Miko juga sekolah." Silvia tersenyum manis pada Frisca dan wanita itu mengusap punggung tangan menantunya yang kini terbaring sakit. Senyuman manis Frisca berikan pada wanita itu, ia hanya mengangguk kecil. "Iya Ma, jangan khawatir. Frisca baik-baik saja kok." "Tapi Mama tetap saja kepikiran dan tidak bisa tenang, apalagi suamiku menghubungi Mama juga sangat mendadak." Silvia menoleh ke arah Daniel yang duduk di sofa bersama dengan Miko. Daniel hanya menoleh saja, laki-laki itu segera menurunkan Miko dari pangkuannya. Adik kecilnya berlari mendekati ranjang Frisca dan naik di sana. Anak itu hanya mau berinteraksi lebih dengan Frisca, meskipun terkesan kalau Frisca juga cukup asing untuknya. "Kak Frisca sakit apa? Panas ya?" tanya Miko meletakkan telapak tangannya di atas kening Frisca. Gadis itu seketika terkikik geli dan menggelengkan kepalanya saja. "Kakak tidak papa, Miko.
Read more

Fakta Kecil Mengejutkan

Nyatanya sampai seharian gadis bernama Violet itu masih berada di depan pintu kamar rawat inap Frisca. Daniel juga tidak mempedulikannya sama sekali, Frisca tidak tahu kenapa Daniel sampai sebenci ini, padahal dia adalah laki-laki yang baik. "Kak Daniel," panggil Frisca pada sang suami yang duduk mengupaskan apel untuknya. "Iya, Sayang?" Daniel mengangkat wajahnya. "Kenapa tidak kita bukakan saja pintunya buat Violet, kasihan dia," ujar Frisca menatapnya sedih. Daniel meletakkan piring berisi potongan apel, ia menghela napasnya panjang dan beralih menatap lekat-lekat pada Frisca. "Kalau aku bukakan pintu untuknya, tapi aku akan keluar. Aku kembali ke sini lagi malam. Mau?!" seru Daniel malah mengancam. Frisca mencebikkan bibirnya kesal. "Lagian kenapa Kak Daniel sebenci itu sama Violet. Sepertinya dia gadis yang baik." "Heem, tapi masa lalunya cukup buruk. Aku pernah dianggap sampah, dia pernah memintaku bersujud di kakinya." "Hah?!" Frisca memeluk kaget dan wajahnya syok tak
Read more

Suamiku Meresahkan

"Ternyata lucu juga mendengarkan orang polos bertemu dengan orang polos. Sama-sama manja, sama-sama lucu." Daniel terkekeh menatap istrinya yang kini berdiri di samping ranjang rumah sakit dan duduk di sana usai berhasil membujuk Violet untuk pulang."Kak Daniel sih, mana bisa mengusir Violet!" seru Frisca menatapnya sebal. "Bukan tidak bisa, Sayang. Tapi malas." Frisca meminum obatnya, ia duduk di atas ranjang dengan kedua kakinya yang kini menggantung. Gadis itu menatap Daniel dengan tatapan yang aneh. Apa yang tadi Violet katakan padanya tentang Papanya Daniel. Mungkin itu semua urusan Daniel dan keluarganya, tidak ada hubungannya dengan Frisca. "Kenapa diam saja, hem?" Daniel menatapnya lekat dan mendekat. Frisca seketika menggeleng cepat. "Tidak, tidak papa." "Kamu sendiri yang menawarkan diri menjadi temannya Violet. Siap-siap setiap hari bakal diganggu. Dia bakal setiap hari muncul di hadapan kamu," ujar Daniel mengusak pucuk kepala Frisca. "Tidak masalah. Tapi, dia jah
Read more

Sahabat Baru dan Permintaan Daniel

Pagi ini Bibi sudah gaduh mengetuk pintu kamar Frisca memekik memanggilnya berulang kali. Namun Nyonya dan Tuannya tidak cepat menjawab. Sedangkan Daniel di dalam, ia memeluk istri kecilnya yang sangat lelap di dalam dekapan hangatnya. "Tuan... Tuan Daniel, ada tamu di luar yang mencari Tuan! Tuan Daniel!" pekik Bibi meninggikan suaranya. Daniel berdecak kesal menyadari tidurnya diganggu, ia segera melepaskan pelukannya pada sang istri dan segera berjalan keluar dari dalam kamarnya. Bibi di sana menatap Daniel sambil terkekeh, ekspresi Tuannya seperti ingin berteriak. "Ada apa sih Bi... Masih pagi juga," seru Daniel menggaruk tengkuknya lehernya yang tak gatal. "Nyonya kecil sedang tidur, bisa-bisa dia ngamuk kalau Bibi keras-keras terikanya." "Ehe, maaf Tuan Daniel. Itu, anu... Di depan ada cewek yang nyari Nyonya, katanya temannya Nyonya," ujar Bibi tersenyum manis. Seketika Daniel keluar dan menutup pintu kamarnya. Laki-laki itu berjalan menuruni Anak tangga dan ia menatap
Read more

Kau Mematahkan Kebahagiaanku

Frisca tersenyum manis melingkari salah satu tanggal spesial di kalender yang ia pegang. Hari ini, tepat tanggal dua puluh satu adalah hari yang sejak kemarin-kemarin ditunggu oleh Frisca. Hari di mana Frisca akan sibuk seharian menyiapkan sesuatu yang istimewa. "Akhirnya, hari ini datang juga!" Senyuman manis mengembang di bibir Frisca. Gadis itu berdiri tegak menata cermin di depannya. Ia sudah siap dengan dress rumah, dan rambut panjangnya yang terikat. "Bagus! Kak Daniel sudah berangkat, Bibi sudah belanja semuanya dan... Oh, lebih baik aku cek dulu." Frisca melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Di sana ia melihat Bibi yang tengah sibuk memasak. Sengaja Frisca berjalan tanpa suara, sudah ada niatan nakal dalam benaknya ingin membuat Bibi berteriak dan kaget. "Satu... Dua... Dan tig-" "Hayoo, mau kagetin Bibi, kan?!" pekik wanita itu tanpa membalikkan badannya. Helaan napas bosan lolos dari bibir Frisca. Ia berdiri di samping pembantunya dan terkikik geli. "Kok Bibi
Read more

Frisca Menghilang

Frisca berjalan cepat keluar dari dalam kantor milik Daniel. Tangisannya tidak bisa is hentikan begitu saja, karena pemandangan tadi sangat membuatnya kecewa. Entah tahu atau tidak, sadar atau tidak Frisca merasa kalau kini suaminya tengah mengejarnya. "Taksi... Mana taksi!" seru Frisca berhenti di depan halte. Ia tetap menangis sedih, dan mengeluarkan ponselnya. "Kak Daniel... Ke mana Kak Daniel, kenapa tidak bisa aku hubungi?!" peki Frisca kesal. Gadis itu mencari nomor siapapun di ponselnya sampai kini ia mencoba menghubungi Papanya, entah nanti akan dimarahi semacam apapun, Frisca tidak peduli. "Papa..." Gadis itu menangis lebih dulu saat panggilnya terjawab. "Loh, Frisca kenapa? Kenapa nangis, nak? Di mana Daniel?! Apa yang terjadi Frisca?!" pekik Johan, terdengar sangat cemas. "Pa, minta seseorang buat jemput Frisca," pinta gadis itu. "Nggak bisa Sayang, Papa sedang ada rapat dan..." "KENAPA SIH, SEMUA ORANG NGGAK ADA YANG NGERTI PWRASAAN FRISCA!" teriak gadis itu. Ta
Read more

Tempat untuk Pulang Adalah Saudara Kandungku

"Jangan nangis, dek. Kakak tahu ini berat, tapi kamu nggak sendirian sekarang, Sayang." Dante memeluk sang adik dengan erat. Terpaksa kini ia membawa Frisca ke vila miliknya yang cukup jauh dari kota. Di sana Frisca bisa menenangkan pikirannya. Pemandangan vila yang sejak dulu sangat Frisca sukai, ia merasa tidak mau pulang kalau sudah di sana."Istirahat ya, Kakak masakin sesuatu," bujuk Dante mengusap pucuk kepala sang adik. Frisca mengangguk lemah. "Iya Kak. Tapi Kak Dante jangan pulang," pinta gadis itu melas. Dante mengembuskan napas pelan. "Kakak nggak akan pulang sebelum kamu tenang. Lagian Camelia juga sedang pulang ke rumahnya." Frisca tidak menanggapinya, melainkan ia memilih berbaring di sofa dan membiarkan Dante pergi manjauh darinya. Di vila itu memiliki banyak sekali pelayan yang nantinya akan membantu Frisca da juga Dante. Ini juga bukan pertama kalinya bagi Frisca datang ke tempat ini. 'Apa dia sekarang mencariku? Apa dia juga memikirkan aku dan memikirkan apa
Read more

Pergi Untuk Saling Merindukan

Satu bulan berlalu. Frisca tidak menyangka kalau ia pergi dari Daniel selama satu bulan penuh. Sesuai dengan yang ia inginkan, kalau dirinya memang ingin menjauh sejenak dari suami tercintanya. Tidak bohong kalau Frisca tidak merindukan Daniel. Hampir setiap hari ia menanyakan kabar sang suami kepada kakaknya, Dante. "Hem, sudah satu bulan kita tidak bertemu. Apa Kak Daniel tidak merindukanku?" Frisca tersenyum tipis menatap foto pernikahan mereka. "Frisca kangen, tapi Frisca masih belum siap sakit hati lagi seperti kapan hari. Lukanya masih terasa sampai saat ini, sakitnya pun kadang terasa sama." Kembali gadis itu meletakkan figora foto di atas nakas. Frisca memperhatikan hujan di luar kamarnya. Sudah beberapa hari ini memang diguyur hujan yang cukup lebat, Frisca juga meminta pada Dante untuk selalu menjaganya. "Frisca... Kau di mana?" Suara Dante di luar kamar membuat Frisca menoleh ke belakang seketika ia bangkit dan berjalan keluar. Di sana ia melihat Dante yang membawa
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status