Arren menggeleng pelan sambil mengeratkan pelukan. Agaknya, gelagat dokter barusan membuat hatinya bersedih. Arren sebenarnya ingin merasa baik-baik saja, terutama karena Leon ada di sini bersamanya. Namun, berat hati Arren untuk menyembunyikan segala kekalutannnya. “Arren?” Leon mencoba melepaskan sejenak pelukan sang istri. Ia sangat penasaran dengan apa yang sedang terjadi. “Katakan, apa yang terjadi, Sayang?” tanyanya lembut sambil mengelus pipi Arren dengan penuh kasih sayang. “Kata dokter, aku harus melewati tes darah lagi, Leon,” desisnya takut. Ia tidak menyangka, racun laknat itu masih saja bersarang di tubuhnya. “Lalu?” Kali ini Leon bangkit dari posisinya. Ia menyejajarkan diri agar dapat mendengarkan Arren dengan saksama. “Apa yang dokter katakan?” “Yah, dia akan memberikan hasilnya dalam beberapa hari ke depan,” Arren mendongakkan kepala. Ia membutuhkan dukungan dari suami tercintanya, terlebih, ada jabang bayi yang sedang dikandungnya. “Kau pasti akan baik-baik s
Read more